SEJARAH GUNUNG LAWU TEMPAT MUKSA PRABU BRAWIJAYA
SEJARAH GUNUNG LAWU TEMPAT MUKSA PRABU BRAWIJAYA
Oleh Dr Purwadi, M.Hum.
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA.
hp. 087864404347
A. Kiblat Papat Lima Pancer.
Gunung Lawu tampak agubg, anggun, ngengreng, mrebawani. Cocok untuk malakukan tata cara ritual. Ilmu kelakone kanthi laku. Seperti lelaku jaman kerajaan tempo dulu.
Kraton Surakarta Hadiningrat merupakan kelanjutan Karaton Mataram, Pajang, Demak dan Majapahit. Kraton yang didirikan Sinuwun Paku Buwana II merupakan tempat bertemunya barang agal kasar dan barang halus. Barang dapat diraba maupun yang tidak dapat diraba, yang kelihatan oleh mata ataupun yang tidak kelihatan oleh mata.
Kepercayaan Jawa meyakini bahwa Karaton Surakarta Hadiningrat dibangun tanggal 17 Suro 1745. Istana ini dijaga oleh badan badan halus dari empat penjuru mata angin. Oleh karena itu Karaton Surakarta Hadiningrat selalu memberi sesaji sebagai tanda caos penghormatan.
1. Jagad Wetan.
Dari arah penjuru timur Karaton Surakarta Hadiningrat. Oleh para Kanjeng Sunan Lawu atau Raden Gugur dari Majapahit. Sunan Lawu Bagus adalah putra Sinuwun Paku Buwana II. Sunan Lawu enem saudara Sinuwun Paku Buwana IX. Jadi putra Sinuwun Paku Buwana IV yang sering menampakkan dirinya di Pesanggrahan Langenharjo.
Perpindahan Karaton Majapahit ke Demak Bintara ada tanda tanda jaman. Sinuwun Prabu Brawijaya V muksa di Gunung Lawu tahun 1478.
2. Jagad Kidul.
Dari arah penjuru selatan Karaton Surakarta Hadiningrat. Kanjeng Ratu Kidul, yang bernama Kanjeng Ratu Kencanasari. Tinggal di kraton Sokodomas Bale Kencana di laut selatan.
Adapun Nyai Roro Kidul adalah sebutan para pengawal. Kyai Udanangga atau Kyai Widanangga yang disebut juga bukan pria bukan wanita. Tinggal di Kahyangan Dlepih, sangat dekat dengan Panembahan Senopati raja Mataram tahun 1582-1601. Juga Sinuwun Sultan Agung. Kanjeng Ratu Kencana Wungu tinggal di Gua Kalak.
3. Jagad Kulon.
Dari arah penjuru barat Karaton Surakarta Hadiningrat. Kanjeng Ratu Sekar Kedaton. Tinggal di gunung Merapi. Bersama dengan juru nujum sebagai sesepuh, yakni Kyai Sapu Jagad dan Kyai Sapu Regol.
4. Jagad Lor.
Dari arah penjuru utara Karaton Surakarta Hadiningrat. Kanjeng Ratu Bathari Kalayuwati di hutan Krenda Wahana. Sering pindah ke kraton Tirtodasar sebelah barat Pelabuhan Ratu.
Bathari Kalayuwati yang berkuasa di lereng gunung Kendeng. Pangeran Singosari yang tinggal di Alas Roban. Kyai Proboyoso tinggal di laut Jawa utara.
B. Papan Wingit di Gunung Lawu.
Tempat tempat wingit atau angker yang ada di Gunung Lawu, yang kadang amat wingit kepati pati. Tempat tempat tersebut antara lain digunakan untuk doa nenuwun pada bulan Suro.
1. Pablengan
Pablengan ada di kaki Gunung Lawu bagian barat. Di sana ada sendang 6 buah. Nenuwun doa dengan cara sesuci diri.
a. Sendang Pablengan airnya asin. Bisa digunakan untuk menggarami makanan seperti puli, cabuk rambak legendar.
b. Sendang Banyu Mati dan Banyu Urip.
Sendang Banyu Mati airnya dingin, sedangkan Banyu Urip airnya hangat.
Daya linuwih keanehannya, misalnya saja kita meletakkan ayam hidup di atas sendang Banyu Mati. Ayam seketika akan mati, tetapi jika kemudian diletakkan di atas sendang Banyu Urip, ayam tadi akan hidup kembali. Begitu juga dengan obor yang menyala.
c. Sendang tempat mandi para kaum bangsawan.
Airnya hangat, bisa untuk berendam orang yang sakit apa saja. Dalam 3 hari pasti sembuh.
Daya linuwih luar biasa. Karena sangat enak, orang yang berendam di situ kadang bisa tertidur pulas di dalam air.
Jika naik, badan akan terasa dingin sampai ke dalam tulang.
d. Sendang tempat mandi rakyat biasa.
Merupakan rembesan air dari dua tempat. Yang satu rasanya hangat, yang satunya dingin. Bisa digunakan sebagai obat untuk anak yang sakit apa saja. Jika dimandikan dengan air tadi selama 3 hari berturut turut pasti sembuh.
e. Selokan air.
Untuk memandikan hewan yang sakit. Dalam 4 hari pasti sembuh. Airnya panas hangat.
f. Sendang yang digunakan untuk minum para bangsawan.
Airnya berasa dingin, baunya seperti bau limun. Jika diminum akan membuat perut terasa lega dan enak. Boleh dicoba dengan hati sukarela.
2. Gunung Mangadeg.
Di Gunung Mangadeg sana terdapat makan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara I yang mulai memerintah pada tahun 1757.
Tempat tersebut juga dikenal dengan nama makan Giri Layu. Tempat tersebut biasanya digunakan untuk bertapa. Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto bersemayam di lingkungan Gunung Ngadeg. Tepatnya di Giri bangun.
3. Candi Sukuh
Pada jaman Prabu Ajisaka dahulu, di sana digunakan untuk mengetahui apakah seorang anak perempuan masih gadis atau bukan. Caranya: jika anak tersebut masih perawan, kain yang dipakai untuk masuk ke dalam candi utuh tidak sobek. Sebaliknya, jika sudah tidak suci, kainnya akan sobek sampai setengah kaki.
Di dalam candi terdapat patung patung. Patung orang sedang membuat keris sambil memegang istrinya. Hal tersebut karena istrinya perlu perhatian.
Patung Tumenggung.
Benyuk yang besarnya seperti manusia memakai kuluk kanigara. Maka disebut Patung Tumenggung, dihadap oleh patung kecil kecil.
c. Patung Kebo Handini. Sebesar kerbau, di hadapannya ada berbagai macam patung binatang kecil kecil.
d. Di tengah candi ada patung Sang Hyang Batara Brama membawa gada, dihadap oleh patung dewa kecil kecil.
e. Di tingkat atas ada patung Budha besar naik gajah, dihadap patung kecil kecil. Seperti patung -patung tersebut dibuat sebagai tanda bagi orang orang yang tirakat di sana. Jika tirakatnya diterima maka ia akan bisa melihat patung patung tersebut. Jika tidak diterima tidak akan bisa melihat patung patung tersebut.
Di candi Sukuh pada jaman dulu ada burung perkutut yang dinamai perkutut gung, suaranya keras sekali, sampai jarak sekitar satu kilometer masih bisa mendengarnya.
4. Candi Cipta Rengga.
Berada di lereng Gunung Lawu, banyak patung besar kecil. Patung bidadari berjumlah 21 buah. Jika ingin masuk, harus berhenti di pesanggrahan dengan mengadakan selamatan dan membakar dupa. Jika masuk pada waktu malam pasti melihat macam putih yang sudah jadi makhluk halus, tetapi macan tersebut tidak mengganggu.
Jika masuk pada siang hari tidak akan melihat apa apa. Di sana juga ada candi pamelengan, untuk meminta kebutuhan hidup.
5. Jurang Pangarip arip
Jika naik Gunung Lawu dan lewat Jurang Pangarib-
arip, akan merasakan udaranya yang nyaman semilir. Udara yang nyaman tersebut bisa menyebabkan kantuk, dan bisa melihat sepasang burung jalak gading berbulu putih.
Itu adalah utusan Sinuhun Lawu, diperintahkan untuk menjemput. Maka harus diikuti kemana perginya. Burung jalak itulah yang akan menunjukkan jalan agar tidak tersesat.
6. Watu Pundhutan
Bentuknya seperti tumpeng, jumlahnya 2 berada di atas sebuah batu yang seperti meja. Batu tersebut untuk mengetahui kekayaan dan keteguhan seseorang. Jika ingin menguji badan, batu batu tersebut diletakkan di bahu lalu berjalan berputar mengelilingi meja.
Jika kuat 3 kali putaran berarti bisa hidup berkecukupan. Jika bisa 5 kali keliling, akan cukup kekayaannya. Jika bisa mengelilingi meja sampai 7 kali, akan kaya raya.
7. Lajuran Banjar Dawa, mulai dari lereng Gunung Lawu.
Disebut Candi Arga Dalem, yaitu berupa batu gilang yang ditumpuk seperti memasang pondasi kraton. Diatur bertingkat naik, luasnya antara 120.000 m2. Itulah jalan yang digunakan untuk naik ke puncak Gunung Lawu.
8. Candi Arga Dumilah.
Di dalam candi ada rumput yang dinamai rumput rikman. Warnanya putih tingginya kurang lebih 1 meter. Berguna untuk mengobati hewan yang sakit, yaitu untuk boreh dan minumannya.
Ada lagi rumput kalanjana. Tingginya antara 2 kaki. Menurut cerita jaman Prabu Ajisaka, rumput tadi jika dikibaskan di mata bisa melihat bangsa makhluk halus.
9. Junggring Salaka
Di Junggring Salaka, daerah Gunung Lawu, ada pohon yang disebut Wit Manis Reja. Buahnya jadi makanan para bangsawan. Rasanya manis, baunya harum. Buah ini bisa membuat badan segar dan bugar.
10. Arga Sonya
Di Arga Sonya terdapat makam Sang Prabu Yudhistira, raja Amarta, dan Raden Nakula Sadewa. Ada juga kuburan anjing belang yuyang. Siapa yang mendatangi tempat tersebut pasti akan mendengar suara air bergemericik tapi tidak ada wujudnya.
11. Puncak Gunung Lawu
Di puncak Gunung Lawu terdapat candi, dinamakan Candi Pamujan. Pada jaman Kadewatan, tempat tadi digunakan untuk memupa para dewa. Sekarang digunakan untuk memuja bagi siapa saja yang punya hajat, agar bisa diterima permohonanya.
12. Sendang Kamulyan
Airnya bening sampai seperti kaca, jika disentuh sangat dingin. Siapa yang berani mandi sampai 7 kali di sana, akan tercapai keinginannya. Mandi di sana dengan menggunakan timba kecil, namun jika tidak diterima maka timba tersebut tidak kelihatan.
13. Telaga Kuning
Luasnya sekitar 360 m2. Airnya bening berwarna kuning, dalamnya 36 pecak (telapak kaki). Telaga tersebut digunakan untuk mandi dan mengetahui apakah orang tersebut mujur atau hancur. Di dasar telaga terlihat berlumut
14. Pasar Dieng
Pasarnya makhluk halus. Pasarnya hanya ada pada hari Jumat Legi, suaranya ramai seperti di pasar, tetapi tidak terlihat oleh mata. Dis ana hanya ada batu-batu berserakan. Dalam dunia makhluk halus, batu tersebut adalah meja -kursi yang digunakan untuk berdagang.
Jika ada orang yang naik ke batu tersebut dan kebetulan sedang hari pasaran, maka ia bisa membeli barang-barang di sana. Caranya dengan menjatuhkan uang di batu lajuran dan mengatakan apa yang ingin dibeli. Di sana lalu akan ada bungkusan berisi apa yang tadi dibeli, juga bisa dimakan.
15. Beringin Jodhipati
Di bagian selatan Gunung Alwu ada pohon beringin yang dinamai beringin Jodhipati. Setiap malam Jumat digunakan untuk tirakat.
Orang yang tirakatnya diterima pasti mendengar suara menggelegar dan suara menggeram seperti suara Raden Harya Werkudara dalam cerita pedalangan.
16. Bambu Pringgonaden
Pohon bambu di Pringgondani juga bisa digunakan sebagai tempat tirakat bagi orang yang ingin meminta kekuatan.
Jika diterima, mulutnya seperti diludahi orang. Setelah itu orang tersebut akan memiliki kekuatan tubuh.
17. Pertapaan Pringgodani.
Letaknya di kaki Gunung Lawu sebelah tenggara, juga digunakan untuk tirakat orang yang ingin memiliki kekuatan.
Jika diterima, seketika badannya akan tumbuh bulunya, kumis, jambang, bulu dada. Kekuatannya sangat dasyat.
18. Gunung Jabal Kanil.
Tempatnya ada di dekat pertapaan Pringgodani. Juga digunakan untuk tirakat bagi orang orang yang ingin memiliki kelebihan. Kakinya dirantai dengan gelang yang besarnya sejempol kaki.
Jika diterima, dalam 7 hari akan ada suara menggelegar yang mengagetkan, sehingga rantainya putus, hilang masuk ke dalam kaki. Kesaktian orang tersebut yaitu jika menendang batu sebesar gentong akan hancur berkeping keping.
Di sana juga ada jurang yang dalamnya tak terhingga, keluar airnya banyak sekali. Karena sangat dalam, jatuhnya air tidak kelihatan. Jika menjatuhkan batu sebesar kerbau, maka suara jatuhnya pun tidak akan terdengar.
Hanya saja ombak dari air yang dijatuhi batu tadi terlihat menjadi sungai besar, yang dinamai sunai Ngumbang umbang, mengalir ke barat. Gunung Lawu sebagai tempat pengayoman.
C. Nilai Magis dan Filosofis Gunung Lawu.
1. Ruwatan Candi Sukuh
Candi Cetho lan Sukuh sinawang katon pangkuh
Sanadyan prasaja ananging mawa prabawa
Dadi tandha yekti luhuring budaya
Wiwit kuna Nuswantara wus kaloka
Akeh sing durung ngerti papan dununge candi
Cedhak gunung Lawu winangun awujud tugu
Minangka sarana manembah Hyang Widhi
Ingkang tansah paring berkah lan rejeki
Kala jaman smana Candi Sukuh lan Cetho
Ujaring pra wredha yasan warga Majalengka
Kasor andon yuda nasak wanawasa
Urip nrima ing sukuning Lawu arga
Candi Sukuh lan Cetho saiki dadi srana
Nora mung kinarya sasana manungku puja
Nanging uga dadi papan wisata di
Sarta uga kanggo noleh jaman kuna
Makna magis dan filosofis tembang di atas bisa dijadikan sebagai bahan refleksi kehidupan. Candi Sukuh terletak di ereng-ereng Gunung Lawu. Di sini terdapat cerita Sudamala. Isinya tentang Sadewa yang meruwat Bathari Durga. Sejak dulu kala tradisi ruwatan sudah berlangsung di Tanah Jawa. Upacara ruwatan murwakala berguna untuk menentramkan hati petani.
2. Daya Magis Gunung Lawu
Kae Gunung Lawu sinawang katon biru
Sajake isih turu swarane manuk podhang
Gumontang neng epang ngoceh swarane gandhang
Sinelan unine prenjak sarta branjangan
Nanging Gunung Lawu ra rumangsa kaganggu
E e Gunung Lawu yen Minggu akeh tamu
Menyang grojogan sewu sarta nyang Balekambang
Leledhang neng taman lungguh pinggir blumbang
Sinambi mriksani endahe sesawangan
Taman Balekambang nyata endah sinawang
Gunung Lawu
Gunung Lawu katon biru
Medhunge putih memplak mayungi jurang pereng
Angrembuyung wit witane
Sumilir angin gunung manuke pating cruwit
Pancure kemricik banyune
Tlagane kebak lukir banyune kinclong-kinclong
Banyu angileni tegalan pesawahan
Gunung Lawu papan wisata Girimulya kaline tiban
Cemorokandang cemorosewu Sarangan telagane indah
Tawangmangu Grojogan Sewu Pringgondani Pancuran Pitu
Hargo Dalem neng pucuk gunung Hargo Dumilah Junggring Salaka
Makna magis dan filosofis tembang di atas bisa dijadikan sebagai bahan refleksi kehidupan. Gunung Lawu menjadi tempat sakral bagi Kraton Surakarta. Di sini dipercaya bahwa Prabu Brawijaya muksa. Setiap tahun Sinuwun Paku Buwana XIII yang bertahta tahun 2004 selalu melakukan upacara ritual di puncak Gunung Lawu. Di sana telah bertapa Sunan Lawu. Suasana Gunung Lawu memang amat magis.
3. Pedhut Ampak-Ampak.
Wancine andungkap sore Srengenge suda panase
Langit katon peteng ketutupan mendhung ireng
Angine sumiyut nyabet pang cemara
Pedhut ampak-ampak ing pucuk gunung Lawu
Hawane sangsaya gremis tipis mangsa rendheng
Wengine krasa sepi agawe mirising ati
Gununge njenggereng mbalang ulat peteng
Pucuk gunung Lawu sinawang katon biru
Ampak-ampak gunung Lawu pedhut kandel ngemu banyu
Lamun nuju ketemu aja sembrana patrapmu
Gugunen kandhaku kudu ngati-ati
Akeh sing mrangguli wong sembrana nemahi
Sing dak suwun rina wengi tansah rahayu lestari
Sanajan munggah gunung aja nganti padha bingung
Udinen prabotmu aja nganti kurang
Yen nyata pepak lagi padha tumindak
Makna magis dan filosofis tembang di atas bisa dijadikan sebagai bahan refleksi kehidupan. Suasana seram atau tegang digambarkan dengan keadaan langit yang hitam legam serta diikuti dengan suara bagai gemuruh. Perang Bratayuda digambarkan amat sedih. Suara gendhing tlutur bikin menangis. Tapi dibalut dalam suasana estetis.
Sejak tanggal 17 Maret 2020 Gunung Lawu menjadi sarana tolak balak. Wabah corona diruwat dengan ilmu laku, langkah spiritual. Dunia supaya ayem tentrem. Ayu hayu rahayu.
Pancaran Wibawa gunung Lawu bersinar terang. Cocok untuk meditasi sebagai sarana panuwunan. Jumbuh dengan alam mistik Kejawen.
Prabu Brawijaya V Raja Majapahit muksa di Gunung Lawu. Makanya Gunung Lawu memancarkan daya kawibawan.
Komentar
Posting Komentar