SEJARAH GAMELAN KARATON SURAKARTA HADININGRAT.

 SEJARAH

 GAMELAN KARATON SURAKARTA HADININGRAT. 


Oleh Dr Purwadi, M.Hum.

Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA.

Hp. 087864404347


1. Gamelan Carabalen


Gamelan carabalen merupakan lambang keagungan. Tamu yang datang merasa mendapat kehormatan. Maka gamelan carabalen termasuk gamelan pakurmatan. 


Tamu kehormatan yang terdiri dari berbagai Karaton berkunjung ke Kraton Surakarta. Sekitar 300 utusan Kerajaan beranjangsana dan makan malam di Sasana Handrawina.


 Sejak pagi tuan rumah sudah sibuk. Persiapan rapi dilakukan. Balerata dan Kori Kamandungan dihias dengan janur. Parkiran ditata. Petugas siap sedia. Satpam, satpol, polisi menjalankan tugasnya.


Pukul 18.30 gamelan ditabuh. Suaranya megah mewah meriah. Bertempat di Kori Gapit lor. Namanya gamelan Carabalen. Pengrawitnya sepuh dan berpengalaman. Sebagai pembukaan ditabuh gendhing gangsaran carabalen. Untuk busana pengrawit memakai beskap putih, udheng, beskap, stagen, sabukwala, keris. Penabuh berjumlah sembilan orang. Fungsi gamelan Carabalen untuk : mengiringi kedatangan tamu, ditabuh sambil berjalan untuk mengiringi hajad dalem gunungan dari Sitihinggil menuju Masjid Agung, mengiringi panahan, mengiringi prajurit putri latihan berbaris.


 Adapun ricikan gamelan carabalen terdiri dari Bonang depan : gambyong

Bonang belakang : 1. Klenang 2. Klenut. 


Kendhang jalu alit

Kendhang estri ageng. Kenong : Nada 6, 5

Kempul

Gong

Penonthong

Lagu : 1. Glagah

2. Plumpuh

3. Glagah Kanginan

4. Gangsaran

5. Bali Balen

6. Pisang Bali


Cara menabuh gamelan carabalen dilakukan dengan cara duduk dan berjalan. Gamelan Carabalen, terdiri dari : satu rancak bonang gambyong terdiri dari 6 buah pencon.


 Satu rancak bonang kenut klenang terdiri dari 6 buah pencon, dan ada yang terdiri dari 4 buah pencon. Adapun nadanya sama seperti bonang gambyong. Sebuah kendang peneteg ageng. sebuah kendang peneteg alit. Sebuah kenong japan bernada lima. Sebuah ketuk/penonthong bernada nem. Sebuah kempul bernada lima, dua buah gong ageng.


Kendhang wujudnya seperti kendhang batangan. Bentuknya lonjong yang hampir simetris. Kendhang estri berukuran lebih besar. Kendhang jaler berukuran lebih kecil. Keduanya bersahut-sahutan. Saling mengisi, saling melengkapi. Layaknya pasangan suami istri yang mesti bekerja sama, supaya harmonis. Kemrompyang, suaranya benar benar enak, nikmat selaras dan serasi. Inilah kekayaan musik Jawa.



Kewibawaan Upacara 

Suara gong terdengar gumleger. Suasana menjadi seger buger yang menyehatkan. Penonthong membuat tiang nada, yang disusul dengan suara kenong. Bonang depan disebut gambyong. Bonang yang berada di belakang bernama klenong dan kenut. Ditabuh dua orang. Bagi para penghayat suara gamelan carabalen tentu menggetarkan hati. 


Gamelan Carabalen dibuat pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IV. Dahulu digunakan untuk mengiringi latihan jemparingan/panahan tradisional. Juga dipergunakan untuk mengiringi prajurit Baki. Digunakan juga untuk Tayungan Prajurit Panyutra saat mengawal Sinuhun saat menerima tamu. Sekarang digunakan untuk mengiringi Prajurit Panyutra saat mengawal Gunungan ke Masjid Agung. Gamelan ini sekarang disimpan di Bale Bang Sitihinggil Kraton Surakarta.



2. Gamelan Monggang


Gamelan Kyai Monggang Kadipaten Kyai Singa Krura (Pelog) dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Senopati Mataram. Dahulu digunakan untuk mengiringi latihan watangan naik perahu setiap hari Sabtu. 


Gamelan monggabg juga dipergunakan untuk mengiringi Miyos dalem saat menikmati Rampogan Sima atau adu sima dan banteng. Sekarang disimpan di Bale Bang Sitihinggil Kraton Surakarta untuk tengara/tanda setiap hari Sabtu sore.


Masing-masing perangkat gamelan pakurmatan mempunyai fungsi khusus. 

Gamelan Monggang, berfungsi untuk upacara. 


a) Pakurmatan jumenengan raja dan pangeran pati, untuk keperluan jumenengan ini dibunyikan bersamaan dengan gamelan Kodok Ngorek. 


b) Pakurmatan kelahiran putra dari permaisuri bila lahir laki-laki.


 c) Pakurmatan keberangkatan senapati perang bila akan berangkat ke medan perang.


 d) Mengiringi hajad dalem gunungan dalam upacara Garebeg dari Sitihinggil ke Masjid Ageng. 


e) Mengiringi perjalanan Sunan dari dalam kraton menuju singgasana di Sitihinggil. 


f) Mengiringi nawala/surat yang dibawa utusan baik dari Sunan. 



3. Gamelan Kodok Ngorek


Gamelan Kodok Ngorek, berfungsi untuk mengiringi upacara Kraton. 


a) Mengiringi jumenengan sultan dan pangeran pati. Khusus keperluan ini dibunyikan bersamaan dengan gamelan Monggang. 


b) Pakurmatan kelahiran putra dari permaisuri bila lahir perempuan. 


c) Mengiringi hajad dalem gunungan dalam upacara Garebeg dan dalam keraton menuju Sitihinggil. 


Gamelan Kyai Kodhok Ngorek Kadipaten Anom (Pelog). Dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakra Kusuma. Dahulu digunakan untuk mengiringi penobatan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (Putra Mahkota). Juga digunakan untuk mengiringi Upacara adat Grebeg Siyam, Grebeg Besar, Grebeg Mulud. 


Pada saat tertentu digunakan untuk menghormati tamu kenegaraan yang berkunjung ke Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 


4. Gamelan Sekaten 


Peranan gamelan begitu penting untuk memberi legitimasi kultural pada Kraton Jawa. Mulai jaman Kesultanan Demak Bintara gamelan selalu digunakan untuk mengiringi upacara kenegaraan. Terlebih untuk upacara Grebeg Sekaten, Grebeg Besar dan Grebeg Idul Fitri, gamelan Sekaten hadir untuk memberi suasana sakral. 


Gamelan Sekaten dimiliki oleh Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kasultanan Kacirebonan dan Kasultanan Banten. 


Gamelan Sekaten digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam. Gamelan Sekaten sebagai sarana pelengkap dimulai sejak zaman Demak. Perkawinan antara Sunan Gunungjati atau Fatahillah dengan putri Sultan Trenggana. Gamelan Sekaten Demak diberikan kepada Sunan Gunungjati yang diberi tugas menyebarluaskan agama Islam. Gamelan Sekaten tersebut disimpan sebagai pusaka Cirebon. 



5. Gamelan Kyai Pamedharsih (Slendro) – Kyai Sukosih (Pelog)

Dibuat pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana X di Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dahulu gamelan ini disimpan di Gedung Regol Talangpaten (sebelah timur Sasana Putra).


 Gamelan ini dahulu khusus digunakan untuk mengiringi latihan Bedaya Srimpi. Sekarang berada di Bangsal Smarakata dan digunakan untuk siaran langsung klenengah RRI Surakarta. 


6. Gamelan Kyai Lokananta (Slendro) - Kyai Semar Ngigel (Pelog)

Kanjeng Kyai Lokananta dibuat era kerajaan Bintara (Demak). Kyai Semara Ngigel dibuat masa Sinuwun Paku Buwana II, dahulu namanya Kyai Semar Mendem (tahun 1650 M). Ketika Sinuwun Paku Buwana IV naik tahta Kyai Semar Mendem diubah namanya menjadi Kyai Semar Ngigel. 


Gamelan ini digunakan untuk mengiringi penghormatan tamu-tamu keraton di Sasana Handrawina. Dulu digunakan untuk mengiringi Miyos dalem tedhak ke Masjid Agung saat Upacara Adat Grebeg Mulud tahun Dal. 


Sekarang ditempatkan di Sasana Handrawina Kraton Surakarta untuk mengiringi beksan penghormatan tamu.



7. Gamelan Kyai Kadukmanis (Pelog) – Kyai Manisrenggo (Slendro)


Gamelan ini dibuat pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IX (tahun 1808 J). Dipergunakan untuk latihan klenengan, latihan bedaya/srimpi, wireng.


 Sekarang ditempatkan di Paningrat selatan Sasana Sewaka Kraton Surakarta Hadiningrat, untuk mengiringi Tarian Sakral Bedaya Ketawang.


Tari sakral di Karaton Surakarta Hadiningrat dipercaya mendatangkan keselamatan dan kemakmuran bagi segala warga bangsa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Leluhur Prabowo Subianto

SUGENG RIYADI IDUL FITRI.

Babad Pangeran Benawa