WARISAN LUHUR MATARAM DALAM TINJAUAN ETIS FILOSOFIS
WARISAN LUHUR MATARAM DALAM TINJAUAN ETIS FILOSOFIS
Purwadi,
Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menggali warisan luhur Mataram. Metode kefilsafatan digunakan untuk membahas nilai etis yang bersumber dari Kerajaan Mataram. Teori moral diterapkan agar warisan luhur Mataram sesuai dengan pembinaan budi pekerti luhur di era mutakhir. Keutamaan literasi Mataram berguna untuk membentuk mental spiritual yang handal. Generasi muda perlu diajarkan nilai luhur yang telah diberikan oleh nenek moyang. Butir butir kearifan lokal dari para tokoh Mataram merupakan sumbangan yang berharga buat mewujudkan kepribadian yang kokoh. Dengan menggali nilai luhur warisan Mataram itu diharapkan dunia makin tertata sejahtera dan damai.
Kata kunci: warisan, luhur, Mataram
A. Pengantar
Mataram dalam perspektif sejarah peradaban telah mewariskan nilai keluhuran. Beberapa nilai luhur itu meliputi unsur Ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan. Berpijak dari nilai luhur Mataram itu masa kini dan masa depan Indonesia ditata sesuai dengan falsafah dasar Pancasila.
Masa kejayaan Mataram perlu digali dan dikembangkan untuk pembinaan budi pekerti generasi muda. Nilai Ketuhanan terpantul dari ungkapan sangkan paraning dumadi. Bahwasanya orang hidup mesti tahu asal usul dan tujuannya. Nilai kemanusiaan terdapat dalam nasihat welas asih pada sesema. Nilai kebangsaan dilakukan dalam bentuk gotong royong.
Budaya Mataram Binangun memuat nasihat yang utama. Misalnya nilai kerakyatan diwujudkan dalam tradisi rembug desa. Nilai keadilan diberikan dalam sesanti ambek adil paramarta. Keadilan diterapkan untuk membuat kemakmuran dan kedamaian dunia.
B. Metode dan Landasan Teori
Penggunaan metode filsafat terhadap warisan luhur Mataram diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang sistematis integral dan komprehensif. Menurut Abdullah Ciptoprawiro (1986) metode pemikiran kefilsafatan Jawa dalam rangka untuk memperoleh nilai kasampurnan. Orang Jawa berusaha untuk mengetahui tentang hakikat kebenaran.
Etika bagi orang Jawa sungguh penting. Wiwien Widyawati (2007) mengulas teori etika Jawa berdasarkan sastra piwulang. Karya sastra ciptaan para pujangga Kraton Mataram berisi tentang ajaran moral. Etika Jawa yang diterapkan dalam masyarakat disadari benar buat membuat keselarasan sosial. Tata kelola masyarakat memerlukan etika moral yang sesuai dengan perkembangan jaman.
Orang Jawa menyebut etika dengan istilah tata krama, kasusilan, subasita, unggah inggih, wulangan, wejangan, wedharan, wursita, kautaman. Melalui sastra piwulang ajaran moral dikembangkan oleh para pujangga Mataram. Tembang macapat umumnya digunakan untuk merumuskan etika Jawa, agar mudah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
C. Hasil Pembahasan
1. Menggali Nilai Etika Sosial
Sistem sosial Mataram secara alamiah tumbuh bersama dengan nilai etis yang disusun oleh para pujangga. Aspek kemasyarakatan mendapat perhatian yang cukup dari para tokoh kerajaan Mataram. Pembahasan warisan luhur Mataram berdasarkan nasihat para pujangga dan raja. Misalnya Sultan Agung menciptakan serat Nitipraja yang berisi tentang masalah kepemimpinan. Aba aba Mataram dituangkan dalam serat Nitipraja. Aba aba Mataram merupakan bentuk dhawuh atau perintah dari pangarsa bregada prajurit. Ada prajurit jayengastra, prajurit prawira anom, prajurit doropati, prajurit tanantaka, prajurit nyutra. Tiap kesatuan memiliki tanda khusus. Upacara Kraton Mataram dalam rangka untuk mencapai keselarasan. Prajurit Kraton Mataram bertindak atas dasar tradisi dan adat istiadat yang berlaku turun temurun.
Etika sosial Mataram diulas dengan tegas lugas lewat narasi estetis. Babad Mataram mengulas narasi keutamaan. Para aparat negara diharapkan mau membaca secara urut. Babad Mataram berisi tentang perjalanan historis para leluhur. Penulisan babad Mataram berguna untuk membangkitkan minat baca. Kesadaran literasi dibangun dengan menyajikan bacaan umum yang bemutu. Pembinaan mental spiritual bangsa Indonesia lewat kesadaran literasi. Boleh jadi tujuan penyusunan babad Mataram dalam rangka membentuk karakter luhur. Keteladanan tokoh Mataram merupakan sumber inspirasi untuk bertindak kebajikan.
Kreativitas kawula Mataram mendapat apresiasi yang tinggi. Proses kreatif ini dinamakan dengan istilah carangan pakem Mataram. Tiap warga negara diberi kebebasan untuk berkarya. Carangan merupakan narasi yang berisi tentang alur pemikiran kreatif. Cerita kadewatan bercampur dengan mitologi lokal. Kepercayaan pada pennguasa laut selatan dibangun atas dasar wacana kekuasaan. Legitimasi politik raja Mataram berasal dari sistem kepercayaan Jawa. Narasi dan mitologi dalam carangan merupakan bentuk gagasan cemerlang. Raja Mataram mewariskan nilai keutamaan.
Sosialisasi nilai luhur Mataram dilakukan oleh seniman dalang. Misalnya dalang Panjang Mas yang mengabdi pada Sultan Agung. Tokoh Seniman yang hidup pada masa pemerintahan Sultan Agung. Bagi para dalang yang mengabdi pada Kraton Mataram ini sungguh sakti mandraguna. Dalang sakti yang selalu berdarma bakti. Tak heran bila para dalang menghormati sebagai sesepuh. Anak keturunan dalang Panjang Mas unggul dalam olah cipta kesenian. Sistem kemasyarakatan Mataram tertata berkat ketertiban.
Keselarasan sosial diperoleh dengan menjunjung tinggi nilai etika sosial. Eba sukaning penggalih merupakan ungkapan untuk membuat kebahagiaan publik.
Kata eba sukaning penggalih menunjukkan suasana yang amat takjub. Kerajaan Mataram mewariskan nilai edi peni adi luhung. Edi peni merupakan ciptaan yang memuat nilai seni indah. Adi luhung memuat nilai budaya selalu menjunjung tinggi keluhuran. Karya seni edi peni selaras dengan karya budaya yang adi luhung.
Kraton Mataram merupakan kelanjutan dari sistem sosial Kraton Majapahit Demak Pajang Mataram. Dari Kerajaan Majapahit etika sosial terwariskan lewat kitab kakawin Sutasoma dan kakawin negara Kertanegama. Sutasoma berisi tentang keragaman dan toleransi seperti yang disusun oleh Empu Tantular. Sedangkan Empu Prapanca lewat kakawin Negara Kertagama melukiskan suasana keemasan Majapahit. Prabu Hayamwuruk yang memerintah tahun 1350 -1386 sukses membangun kerajaan. Patih Gajah Mada mengucapkan sumpah palapa. Kejayaan Majapahit lantas terus dilestarikan.
Demak Bintara di bawah kepemimpinan Raden Patah memberi sistem sosial yang harmoni. Wali sanga berperan sebagai penasihat raja. Keragaman budaya tetap dilanjutkan. Sastra suluk berisi tentang kedamaian dalam beragama. Suasana sejuk dalam beragama berlangsung aman damai. Soetrisno (2008) menngulas dengan jelas tentang toleransi orang Jawa dari perspektif budaya. Wali sanga melakukan syiar agama dengan menggunakan media seni wayang.
Kerajaan Pajang tampil dengan menekankan arti penting budaya. Sultan Hadiwijaya yang berkuasa sejak tahun 1546 merupakan tokoh akulturasi. Kerukunan sosial diwujudkan dengan menyatukan dinasti Majapahit. Andi Harsono (2005) menjelaskan tafsir serat Wulangreh berdasarkan pemahaman tradisional. Ajaran ini cocok dengan selera umum masyarakat. Aspek historis dan kultural berjalan seimbang. Pendiri Mataram Panembahan Senapati memerintah tahun 1583 - 1601. Etika sosial dijunjung tinggi dengan mendirikan lembaga Swadaya masyarakat.
2. Menggali Nilai Etika Kemanusiaan
Rasa kemanusiaan perlu dipupuk sejak usia dini. Etika kemanusiaan pada prinsipnya sesuai dengan rasa pangrasa. Panembahan Senapati sebagai raja Mataram selalu mengutamakan keuntungan dan kepentingan orang lain. Usaha yang dilakukan dengan mengurangi hedonisme. Jiwa konsumtif menumpulkan kepekaan hati. Maka perlu adanya sikap mawas diri. Damardjati Supadjar (2001) mengulas refleksi kefilsafatan budaya Jawa berdasarkan fenomena sosial Jawa.
Kemanusiaan bagi para tokoh Mataram memperoleh perhatian utama.
Etika humanis Mataram terwujud dalam kesadaran kemanusiaan. Usaha gabungan sentana Mataram dengan melakukan kegiatan seni macapat. Persatuan para bangsawan Mataram menjadi ciri gaya hidup. Gabungan antar trah berguna untuk membentuk kerukunan. Suasana guyub rukun berubah menjadi kegiatan produktif. Pengageng istana bertukar pikiran demi memperoleh kemajuan. Raja Mataram mendukung kemajuan demi memperoleh kemakmuran. Kawula Mataram lantas bahagia sentosa dalam membangun negara. Moral Pancasila diulas oleh Endang Daruni (2004) dengan pendekatan kefilsafatan yang bersifat humanis.
Aktivis kemanusiaan kerap disebut dengan istilah
Hadinagoro Mataram. Gelar buat pejabat kerajaan yang sudah memperoleh pangkat setingkat pangageng. Kerajaan Mataram mempunyai hierarki yang ketat dan teratur. Birokrasi disusun berdasarkan profesionalitas kerja. Masing -masing petugas punya bekal kemampuan yang meemadai. Berguna untuk sarana pengabdian pada Kerajaan Mataram.
Kawula suka berkunjung di ibu Negara Mataram. Garwa prameswari berfungsi sebagai ibu negara. Untuk itu diperlukan seleksi yang amat ketat. Asal usul dan darah menjadi pertimbangan utama. Alur garis keturunan cukup menentukan. Prameswari raja menurunkan putra mahkota yang kelak memerintah kerajaan Mataram.
Mancanegara merupakan kawasan luar yang disebut dengan istilah
jaban rangkah praja. Hubungan diplomasi sudah berjalan sesuai dengan tata krama jaman. Jaban rangkah praja Mataram disebut juga dengan istilah manca negari. Kawasan yang berada di luar kewenangan pemerintah. Departemen luar negeri mengurusi kawasan jaban rangkah. Diplomasi kenegaraan Mataram berlangsung lancar berkat ketrampilan pengageng istana. Bekal ilmu pengetahuan cukup handak moral dan profesional. Hubungan diplomatik Mataram mengharumkan nama bangsa.
Komunikasi dijalin antara rakyat dengan aparat. Ada program kabar negari Mataram.
Kabar negari atau pawarta prajurit merupakan berita resmi kerajaan Mataram. Setiap terjadi peristiwa selalu dikabarkan oleh bebadan. Berita diseleksi dengan teliti. Kabar yang bikin gaduh dilarang keras. Rakyat harus dilindungi dari berita bohong dan menyesatkan. Kabar untuk rakyat Mataram harus bersifat mendidik. Agar suasana tetap ayem tenteram. Partini (2015) mengulas sastra gendhing yang dihubungkan dengan proses akulturasi budaya dan agama.
Bagi para tokoh Mataram kekuatan ekonomi itu sangat penting. Aktivitas ekonomi demi lambahan rukmi Mataram. Hal ini berarti tabungan keuangan buat alat pembayaran. Dalam hal ini aktivitas menabung sangat dianjurkan. Pengertian lambahan merujuk pada proses penyimpanan emas batangan. Mataram memiliki cadangan emas yang berlimpah dari ruah. Sektor ekonomi yang penting buat pembiayaan negara. Aparat pemerintah perlu dana yang banyak. Berkat kecermatan sana hartaka atau bendahara negara, roda pemerintahan berjalan. Rakyat pun mendapat pelayanan yang baik. Mataram pantas menjadi suri tauladan.
Untuk itu perlu solidaritas yang disebut dengan istilah mabaris wadya bala. Konsolidasi sebuah komunitas amat dianjurkan. Barisan bala tentara Mataram yang sedang bertugas. Kegiatan ini dimulai dengan latihan. Disiplin dan tertib kerja amat diutamakan. Panglima Mataram memberi latihan dasar militer. Sewaktu waktu digunakan sudah siap sedia. Kerajaan Mataram terkenal memiliki sistem keamanan yang kuat. Tentara dibina dengan sepenuh hati. Wadya bala Mataram benar benar tangguh dan ampuh.
Sifat kemanusiaan yang tinggi ditunjukkan oleh raja Mataram kedua. Prabu Hadi Hanyakrawati memerintah tahun 1601 - 1613. Panti jompo didirikan buat pelayanan publik. Orang tua yang tidak mampu diberi santunan bulanan. Kehidupan para orang tua lanjut bisa cukup bahagia.
Masa pemerintahan Sultan Agung terjadi pada tahun 1613 -1645. Nilai kemanusiaan diwujudkan dengan konsep serat sastra gendhing. Hak dan kewajiban dalam negara dilaksanakan seimbang. Hak rakyat merupakan kewajiban negara. Hak negara menjadi kewajiban bagi sekalian rakyat. Serat Nitipraja mengatur pemerintahan dengan sangat rapi.
Kanjeng Sri Susuhunan Amangkurat Tegalarum berkuasa tahun 1645 - 1677. Badan badan yang mengelola kegiatan kemanusiaan mendapat tunjangan finansial dari pemerintah. Bahkan melalui garwa prameswari Ratu Kencana Serayu disediakan dana khusus. Kebetulan Ratu prameswari memiliki tambang emas di Pacurendang Ajibarang Bannyumas, keuangan Amangkurat Tegalarum memang kuat. Santunan buat fakir miskin dan anak telandar dipelihara oleh negara.
Masa pemerintahan Amangkurat Amral terjadi pada tahun 1677 - 1703. Ibukota Mataram pindah ke Kartasura. Dengan dibantu oleh Ratu Ratu Kencana Kediri atau Ratu Mas Candra Kirana, Mataram peduli pada kegiatan kemanusiaan. Beras kopi teh jagung ketela pohung tersedia berlimpah ruah. Sewaktu waktu ada masa paceklik logistik dibagi buat siapa saja yang memerlukan. Apalagi bila terjadi bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan gunung meletus. Kerajaan Mataram siap sedia memberi pertolongan. Hasil pertanian dan perkebunan disimpan di lumbung lumbung. Persediaan logistik ini demi memenuhi aktivitas kemanusiaan.
Kartasura sebagai ibukota Mataram selanjutnya dipimpin oleh Sinuwun Amangkurat Emas. Bersama dengan Ratu Mas Semarang atau Ratu Lembah Manah, Kraton Mataram makin gemilang. Bisnis trasi di Lasem Rembang begitu berkembang. Ekspor impor berjalan lancar. Keuntungan yang didapat digunakan untuk membantu orang lemah. Ratu Mas Semarang berdiri di barisan terdepan saat rakyat membutuhkan bantuan. Amangkurat Emas memerintah tahun 1703 - 1708. Makam beliau berada di pajimatan Setono Gedhong Kediri. Rasa kemanusiaan Sri Susuhunan Amangkurat Emas sungguh sangat tinggi. Pantas untuk dijadikan suri teladan buat segenap generasi.
3. Menggali Nilai Etika Kerakyatan
Kerakyatan berguna untuk membuat strata yang tidak berjarak. Program ini disebut dengan istilah naba bumi pesisir. Tradisi berkunjung di kawasan pesisir Jawa dinamakan naba bumi pesisir. Mataram memang mempunyai wilayah yang beragam. Jawa Timur mulai dari Madiun, Kediri, Surabaya sampai Blambangan disebut tlatah bang wetan. Kedu Banyumas Tegal dikatakan bang kulon. Daerah dekat pantai utara disebut pesisir. Lautan selatan disebut gisik kidul. Tedhak bumi pesisir dilakukan bangsawan Mataram dengan upacara kenegaraan.
Etika kerakyatan perlu dihayati oleh segenap pemimpin. Soekirman (2013) memberi contoh arti penting pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tokoh Mataram mesti paham obah musiking jaman. Untuk itu dunia selalu mengalami perubahan. Kerajaan Mataram mengatakan owah gingsiring jaman. Keadaan senantiasa mengalami perubahan. Dunia memang tidak abadi. Perubahan itulah yang kekal. Roda selalu berputar. Termasuk nasib manusia. Pujangga Mataram menyebut cakra manggilingan.
Tugas negara yang berhubungan dengan hal tersebut dinamakan pabaratan rumeksa praja. Arti penting sebuah kegiatan etika kerakyatan.
Berarti penugasan militer di kawasan pertempuran. Kerajaan Mataram berkewajiban menjaga kedaulatan negara. Para prajurit berkewajiban menjaga wilayah. Latihan resmi dilakukan setiap saat. Masing masing bregada memliki tanggung jawab yang berlainan. Busana dan upacara dilakukan dalam rangka untuk memperoleh kepercayaan publik. Mataram melaksanakan tugas dengan utama dan benar.
Catatan penting tentang hal tersebut yakni rabasa yuda rananggana. Tempat pertempuran harus menjunjung tinggi etika. Wadya bala tentara Mataram harus tahu etika perang. Militer mesti menjunjung tinggi nilai luhur. Kehormatan harus dijaga. Tentara Mataram bertugas demi bangsa dan negara. Cara cara utama harus dijaga oleh segenap tentara Mataram. Hukum perang merupakan harga diri seorang perwira dan tamtama.
Sri Susuhunan Paku Buwono I memerintah pada tahun 1708 - 1719. Kerajaan Mataram Kartasura memiliki potensi besar dalam bidang pendidikan. Rakyat Mataram Kartasura diwajibkan belajar setiap pukul 18 - 20 malam. Jam gora berbunyi tanda belajar dimulai. Pendopo pemerintah boleh digunakan untuk belajar. Fasilitas pemerintah memang untuk rakyat. Kanjeng Ratu Mas Balitar langsung menangani sepenuh hati. Prameswari Paku Buwono I itu menulis buku kerakyatan berjudul serat Iskandar, Serat Yusuf dan serat Kandha. Para siswa sebagian berasal dari wilayah bang wetan, bang kulon, pesisir dan tanah Pasundan.
Amangkurat Jawi memerintah kerajaan Mataram tahun 1719 - 1726. Dengan bantuan Kanjeng Ratu Kencana Kudus, Kraton Mataram makin cemerlang. Adipati Tirtanegara bupati Kudus memberi bantuan besar. Pembangunan segala bidang sangat gencar. Kegiatan rakyat yang berhubungan dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan di dukung terus. Rakyat hidup makmur. Lembaga yang memperkuat aspek kerakyatan diberi subsidi yang cukup. Rakyat bisa hidup mandiri.
Ekonomi kerakyatan tumbuh subur. Kota Kudus menjadi sentra industri. Kanjeng Ratu Kudus memiliki visi dan misi yang handal profesional. Jiwa kerakyatan bangsawan bisa menyesuaikan dengan keadaan. Kadipaten Kudus menjadi sentra ekonomi rakyat yang kuat. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan ternyata sudah berlangsung jaman Mataram. Ekonomi kerakyatan berkembang sesuai dengan gerak derap potensi lokal.
4. Menggali Nilai Etika Keadilan
Nilai etika keadilan perlu diperhatikan oleh setiap pemimpin. Etika keadilan lebih dekat kepentingan rakyat bangsa dan negara. Kerajaan Mataram selalu mengutamakan rasa keadilan. Misalnya dalam ungkapan sabarang karya praja. Ungkapan ini berarti mengabdi pada rakyat. Proses terjadi keadilan sosial dijelaskan oleh Mahmudi (2008) melalui analisis spiritual. Sabarang kardi berarti segala macam pekerjaan. Penugasan yang berhubungan dengan kepentingan rakyat memang sangat berharga. Amanat yang membawa drajat pangkat semat. Mataram menghormati kepribadian luhur.
Adil dan beradab merupakan suasana yang penuh kemuliaan. Misalnya ungkapan taberi ing kardi. Ungkapan ini bermakna selalu bersikap hemat cermat bersahaja. Pujangga Mataram mengutamakan petung atau kejelian dalam mengelola tatanan ekonomi. Pedagang harus penuh perhitungan. Petani harus rajin bekerja. Pegawai harus disiplin. Mataram telah menerapkan etika bernegara. Rakyat biar hidup aman sejahtera.
Alat perlengkapan spiritual dikatakan sebagai ubarampe hajad dalem. Tentang upacara kenegaraan dikatakan sebagai hajad dalem. Mataram mempunyai ragam ritual kenegaraan. Raja punggawa sentana bersatu padu untuk memperoleh kewibawaan. Ubarampe berarti perlengkapan. Piranti atau peralatan material yang pasti tercukupi. Ubarampe disediakan oleh petugas istana. Agar masyarakat selalu damai sejahtera dan selamat.
Wacan jagad sakalir berarti bacaan buat dunia seisinya. Mataram memiliki literasi klasik yang mumpuni. Serat pengracutan berisi soal kebatinan. Serat nitipraja berisi tata pemerintahan. Serat sastra gending berisi keselarasan lahir batin. Kerajaan Mataram telah menganjurkan untuk membaca dan menulis. Istana menjadi wahana untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan.
Rasa keadilan diajarkan oleh para
yogiswara praja.
Pemimpin spiritual dikatakan yagiswara atau yogiswara. Kerajaan Mataram peduli pada aspek batin. Kebutuhan rohani diperhatikan betul. Tata cara dilakukan dengan cermat. Para pemuka kebatinan diberi kedudukan penting. Upacara dipimpin sesuai dengan paugeran. Mataram berusaha untuk membuat keseimbangan cipta rasa karsa. Etika keadilan dijunjung oleh para tokoh Mataram demi kebaikan. Iskandar Yasin (2025) menjelaskan etika keadilan yang berhubungan dengan gerakan Perguruan Taman Siswa.
5. Menggali Nilai Etika Teologis
Kesadaran teologi Jawa berhubungan dengan arah perkembangan keyakinan. Mataram tentu terpengaruh dengan konsep Majapahit. Misalnya cerita wayang pasti memuat kekuasaan para Dewata. Raja Mataram dianggap Dewa Wisnu sebagai pemelihara ketentraman dunia. Yudi Latif (2025) membahas teologi jaman kerajaan masa lampau. Kekuatan batin orang tradisional merupakan model dasar untuk pembangunan.
Dari kerajaan Demak Bintara teologi dikembangkan oleh wali Sanga melalui sastra suluk. Arti sastra suluk yakni instrumen untuk menuju jalan Tuhan. Dengan cara melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan. Para raja Mataram selalu menganggap wali sanga adalah guru suci tanah Jawi. Nasihat para wali menjadi bahan referensi bagi para raja.
Dalam serat pengracutan diajarkan tata cara meditasi. Dari sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa sebagai sarana untuk mendekat pada Tuhan. Sultan Agung mengajar satataning panembah jati atau meditasi tingkat tinggi. Ronaldo (2023) memberi narasi terkait orang Jawa yang gemar menghayati seni wayang kulit sebagai bahan renungan batin. Endang Daruni (2004) dengan tegas menyatakan bahwa moral Pancasila sangat erat dengan ajaran agama yang berkembang di tanah Jawa.
Cebolek merupakan ajaran teologi yang disusun oleh Pujangga Kyai Yasadipura. Peran Ratu Mas Lamongan putri bupati Purbaya sungguh bermakna. Penulisan sastra mistik atas perintah Sinuwun Paku Buwono II atau Sunan Kombul. Raja Mataram yang memerintah tahun 1726 - 1749. Budi Sutrisna (2022) menjelaskan budaya simbolik yang dihayati oleh orang Jawa. Bersamaan dengan itu diajarkan pula mistik serat Dewaruci. Pada intinya etika teologi ini memuat hakikat kepercayaan kejawen. Soekirmaan (2013) jelas menguraikan arti penting sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat.
Paku Buwono III memerintah tahun 1749 - 1755. Untuk mengisi aspek rohani, raja Mataram Surakarta ini menyusun kitab Wiwaha Jarwa. Konsep teologi yang berpangkal dari ajaran Empu Kanwa jaman kerajaan Kahuripan. Raja Airlangga mewariskan heroisme teologis. Sinuwun Paku Buwono III begitu antusias menerapkan akulturasi budaya masa silam. Arjuna Wiwaha menjadi lakon pewayangan yang memuat ajaran mistik spiritual. Kelancaran usaha pendidikan ini atas bantuan Kanjeng Ratu Beruk. Wanita dari Surabaya, putri Bupati Wirakusuma yang masih keturunan Sunan Ampel. Uraian Wiwien Widyawati (2008) sangat relevans bila digunakan untuk menafsirkan suasana kebatinan.
Etika teologis Mataram sangat penting dalam kancah peradaban Jawa. Paham kejawen umumnya diambil dari sastra piwulang. Pujangga Mataram berhasil meramu paham teologi kejawen. Semua warisan luhur Mataram berguna untuk bahan refleksi kehidupan.
D. Kesimpulan
Keberadaan budaya Mataram masih berpengaruh kuat di era mutakhir. Pemikiran para tokoh Mataram beraneka rupa. Keluhuran ciptaan Mataram masih relevan diterapkan sepanjang jaman.
Panembahan Senapati, Prabu Hadi Hanyakrawati, Sultan Agung dan Sunan Amangkurat Tegalarum sudah mewariskan literasi klasik. Sastra piwulang digunakan sebagai referensi spiritual. Sunan Amangkurat Amral, Amangkurat Emas, Paku Buwono I, Amangkurat Jawi, Paku Buwono II dan Paku Buwono III selalu menjunjung tinggi nilai etis filosofis. Kerajaan Mataram berjaya karena ketertiban dijaga oleh semua warga negara.
Pujangga dan raja Mataram selalu berkepentingan atas budaya tradisional.
Literasi klasik memuat ajaran moral. Serat Nitipraja, Sastra Gendhing, Pangracutan, Ccebolek dan Wiwaha Jarwa merupakan dokumentasi etika Jawa. Generasi muda bisa menggunakan isi literasi Jawa klasik sebagai tuntunan hidup. Kearifan lokal berguna sebagai sarana pembinaan kepribadian.
Daftar Pustaka
Abdullah Ciptoprawiro. 1986. Filsafat Jawa. Jakarta. Gramedia.
Andi Harsono. 2005. Tafsir Serat Wulangreh. Yogyakarta. Pura Pustaka.
Budi Sutrisna. 2022. Makna Simbolik Negara Ngalengka dalam Seni Wayang. Jurnal Filsafat 32(2) 190 - 198.
Damardjati Supadjar. 2001. Mawas Diri. Yogyakarta. Philosophy Press.
Endang Daruni. 2004. Moral Pancasila. Yogyakarta. Pustaka Raja.
Iskandar Yasin. 2025. Ensiklopedi Taman Siswa. Yogyakarta. Bangun Bangsa.
Mahmudi. 2008. Ajaran Spiritual Serat Wirid. Yogyakarta. Pura Pustaka.
Partini. 2008. Serat Sastra Gendhing. Yogyakarta. Pura Pustaka.
Ronaldo. 2023. Kajian Nilai Nilai Filosofis Kesenian Wayang Kulit dalam Kehidupan Masyarakat Jawa. Jurnal Ilmu Budaya 10(1) 82 - 92.
Soekirman. 2013. Sergai Kampung Kami. Yogyakarta. Bangun Bangsa.
Soetrisno. 2008. Ensiklopedi Budaya Jawa Timur. Surabaya. SIC.
Wiwien Widyawati. 2008. Etika Jawa. Yogyakarta. Pura Pustaka.
Yudi Latif. 2025. Apa Jadinya Dunia Tanpa Indonesia. Jakarta. Kompas.

Komentar
Posting Komentar