FILSAFAT KEJAWEN SYEKH SITI JENAR DEMI TOLERANSI ATAS KERAGAMAN BUDAYA

 FILSAFAT KEJAWEN SYEKH SITI JENAR DEMI TOLERANSI ATAS KERAGAMAN BUDAYA



Purwadi, 

Universitas Negeri Yogyakarta


Abstrak


Artikel ini hendak menjelaskan filsafat kejawen Syekh Siti Jenar. Metode filsafat digunakan untuk mengungkapkan makna ajaran kejawen yang terdapat dalam naskah. Teori etika digunakan untuk menganalisis ajaran luhur yang dimuat dalam serat Syekh Siti Jenar. Akulturasi ajaran Syekh Siti Jenar dalam rangka untuk menerapkan pandangan yang berbeda-beda. Toleransi atas perbedaan sangat diutamakan. Perbedaan dalam masyarakat terjadi karena ragam budaya, adat istiadat, bahasa dan keyakinan. Dengan mengungkapkan ajaran Syekh Siti Jenar, maka suasana selaras serasi dan seimbang bisa diwujudkan dalam masyarakat. 


Kata kunci: filsafat, kejawen, toleransi


A. Pengantar


Keragaman budaya perlu dilestarikan sepanjang masa. Lewat literasi Jawa klasik kesadaran atas keberagaman dilakukan terus menerus. Misalnya kajian terhadap serat Syekh Siti Jenar jelas berguna untuk menumbuhkan toleransi budaya. Karya mistik Jawa klasik itu dijadikan refleksi spiritual oleh sebagian besar penghayat kejawen. 


Perkembangan kejawen bermula dari jaman Kerajaan Demak Bintara. Raja Demak bernama Raden Patah Jimbun Sirullah Syah Alam Akbar. Penguasa Demak menggandeng wali sanga untuk menyadarkan paham toleransi. Tembang ilir illir misalnya, bertujuan untuk memberi harapan pada masyarakat. Keragaman diakui oleh negara. Toleransi menjadi kewajiban bagi segenap warga Kraton Demak. Syekh Siti Jenar hadir sebagai pelopor penting atas hakikat religi. 


Dewasa ini kesadaran terhadap perbedaan dikembangkan terus. Daru Winarti dkk (2023) menekankan arti penting piwulang untuk membina kehidupan sosial dan budaya Jawa. Toleransi masuk dalam pengajaran formal. Generasi muda paham arti penting keragaman sosial dan budaya. Sikap saling menghormati terwujud berkat pendidikan karakter yang baik. Kearifan lokal ternyata menyumbangkan kebajikan buat menganyam anggunnya peradaban. 


B. Metode dan Landasan Teori


Butir butir kearifan lokal yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar diulas dengan pendekatan kefilsafatan. Metode filsafat digunakan untuk menganalisis data secara sistematis integral dan komprehensif. Abdullah Ciptoprawiro (1986) mengulas tentang sistematika alur pemikiran bidang kefilsafatan Jawa. Unsur logika etika estetika sepadan dengan konsep cipta rasa karsa. Dalam kacamata ilmiah dikenal kata berjenjang kebenaran kebaikan keindahan. 


Teori etika digunakan untuk menerangkan pemikiran moral dalam ide kejawen Syekh Siti Jenar. Budaya Jawa mengenal unggah ungguh, tata krama, suba sita. Damardjati Supadjar (2001) membahas etika Jawa dengan menekankan laku mawas diri. Konsep etika ini mengacu pada aspek pendidikan budi pekerti luhut. Wulangan wejangan wedharan Syekh Siti Jenar penuh dengan unsur moralitas. Unsur penting dalam kancah peradaban Jawa. 


Pendekatan kefilsafatan Jawa memegang peranan penting dalam tata kehidupan. Abdullah Ciptoprawiro (1986) mengkaji sistem pemikiran khas Jawa. Filosofi tradisional penting. Keseimbangan terjadi manakala warga masyarakat bersedia untuk tertib hukum. Berpegang teguh pada nilai moral merupakan jalan untuk menuju ketentraman  kedamaian dan kesejahteraan lahir batin. 


C. Hasil Pembahasan


1. Pelestarian Tradisi


Kerajaan Demak Bintara berhasil mewariskan nilai utama yang berhubungan dengan keyakinan. Kemudian dilanjutkan dengan tradisi Kraton Pajang. Keutamaan ini belanjut setelah  Kerajaan Mataram berkuasa di tanah Jawa. Yudi Latif (2025) membahas masa silam dengan pendekatan kultural historis. Akulturasi budaya lestari sepanjang hayat. Pelestarian tradisi melalui jalur literasi. 


Syekh Siti Jenar merupakan tokoh toleransi budaya yang legendari. Para pemuka agama selalu bermufakat perihal ilmu sejati. Berdiskusi dengan Syekh Siti Jenar tentang kebenaran. Perselisihan paham yang berlarut larut tidak banyak gunanya. Hanya membuang waktu tenaga dan pikiran. Raja Demak berkepentingan atas kerukunan. Segenap perwakilan masyarakat diajak untuk berdialog. Damardjati Supadjar (2001) menjelaskan adanya refleksi dan mawas diri. 


Perihal duo pokok penting yang mesti dilakukan pembahasan. Renungan yang mendalam sungguh penting. Hakikat hidup dan mati adalah keniscayaan. Hendaklah hati tidak bimbang ragu. Syekh Siti Jenar tahu benar. Hakikat kematian yang harus kamu diketahui oleh manusia. Supaya tidak mengalami duka nestapa. Budi Susanto (2022) mengulas filosofi pewayangan yang penuh ajaran budi pekerti. 


Pilihan hidup mesti kekal abadi. Lestari karena tiada harapan apa pun. Akan tetapi segala cita cita. Tidak perlu brahmana atau raja. Terutama pemberi kehidupan. Tak ubahnya seorang aulia bestari. 


Pertolongan siap sedia. Kepada sesama manusia. Seandainya Siti Jenar tidak mencari makna hakikat. Bisa disaksikan sejak sekarang atau nanti. 

Pribadi yang kembali pada alam. Pemuka agama bertanya jawab. Syekh Siti Jenar ditanya tentang spiritual. Bagaimana asal usul hidup. Mohon diceritakan secara rinci. 


2. Solidaritas Sosial Religius


Dialog tentang sistem sosial dan religi dilakukan oleh Syekh Siti Jenar bersama wali sanga. Raja Demak memberi dukungan penuh. Syekh Siti Jenar memberi keterangan. Agar semua insan tahu. Layak menghuni jagad. Pertanyaan ini dijawab dengan lancar oleh Syekh Siti Jenar. Setiap saat selalu berlatih meditasi. Secara hermeneutik Sumaryono (2001) menjelaskan fenomena budaya. 


Dengar dengan saksama para pemimpin agama. Cara mula menjalani hidup. Sri Harti Widyastuti dkk (2023) menjelaskan tata nilai yang berguna bagi pembinaan generasi muda dengan latar istana Surakarta. Itulah yang disebut maul khayat atau makna air kehidupan. 


Kaelan (2022) selalu menekankan arti penting pengamalan Pancasila. Yakni tirta kamandanu atau air kehidupan. Pada hakikatnya cuma satu. Lantas terinci tiga bagian. Kemudian dibagi menjadi sembilan. Bagian terpenting dari awal hayat. Kodrat hidup direnungkan mendalam. 


Banyu urip atau tirta marta adalah air kehidupan. Tiga warna bersatu padu. Mata telinga ditutup rapat. Hidung ketiganya dikuasai dengan sempurna. Heri Santoso (2023) menjelaskan pendidikan karakter dengan kesadaran literasi. 


Hakikat wujud budi tertinggi. Budaya panca indera. Telah terhempas bebas. Terbawa sampai lubuk hati. Terkumpul menjadi satu manunggal. Disebut sebagai Sukma Mulia. Daru Winarti dkk (2023) menjelaskan arti penting pengajaran yang bersumber dari nilai luhur sastra. 


Rasa tertinggi telah tercapai. Segala mahluk tak kenal. Kekuatan banyu urip tirta kamandanu. Yaitu segala kelengkapan ragawi.  Sri Harti Widyastuti dkk (2023) mengambil suri tauladan yang diajarkan oleh Sri Sunan Paku Buwana IX melalui karya sastra klasik. 


Bilamana perhatian pada tubuh. Dengan berpangkal pada tingkat rasa. Hindari daging mentah yang berbau. Untuk  mengetahui maul khayat atau puncak hayati. Oleh karena perlu adanya kajian yang mendalam atas karya klasik yang bernilai pendidikan. 


3. Kesadaran tentang Keragaman


Keragaman budaya terjadi sepanjang peradaban umat manusia. Kebenaran dicari dengan pendalaman. Beda pendapat selalu terjadi dalam dialog religi. Oleh karena itu diperlukan kebesaran jiwa. Butuh kesabaran untuk menerima perbedaan. Ilmu pengetahuan tentang hakikat kenyataan. Tetesan air bening tirta nirmala. Bukan pekerjaan sukar. Sebetulnya mudah dan susah. Mudah bila orang sudah paham. Budi Susanto (2022) mengulas tentang ilmu kasampurnan melalui simbolisme wayang purwa. Kesenian menjadi jalan menuju pencerahan. 


Akan halnya susah itu. Untuk segala tindakan. Tujuan agar  bongkar dan kumpul. Sangkan paraning dumadi segera diketahui. Dengan memahami tanajul tarki. Roda berputar atau cakra manggilingan. Bahwa jaman itu terus berubah. Begitu rinci Ajaran Syekh Siti Jenar. Toleransi yang diajarkan benar benar diresapi mendalam. Penting buat kehidupan berbangsa dan bernegara. Kaelan (2022) jelas menuntun pendidikan kebangsaan. 


4. Jalan Menuju Kebenaran


Hakikat kebenaran menjadi bahan dialog antar wali sanga. Dalam tembang dhandhanggula Syekh Siti Jenar mengajar pokok pokok toleransi. Kerajaan Demak Bintara berkepentingan untuk menjaga stabilitas politik sosial dan keagamaan. Para peserta melakukan dialog secara dewasa. 


Surenggama sami nabda aris, 

Heh Siti Bang sun ringkes kewala, 

Keh padudon tanpa gawe, 

Mung roro wasitengsun, 

Lah rasakna salah sawiji, 

Urip lawan palastra, 

Ywa angro karepmu, 

Tanggap Kanjeng Siti Jenar, 

Pindho kardi datan arsa pinrih mati, 

Ngekehna duka cipta. 


Hakikat hidup dan mati menjadi bahan kuliah wacana. Heri Santoso (2023) menjelaskan sistem pendidikan yang dihubungkan dengan karakter generasi muda. Dialog di atas menggambarkan situasi penghayat kejawen dalam menghadapi perkembangan jaman. Hakikat hidup diyakini sebagai bagian dari proses kematian. Syekh Siti Jenar berdialog bersama agamawan Kraton Demak Bintara. 


Tentu saja dialog itu dilakukan dalam lingkup kalangan terbatas. Saringan ketat dilakukan untuk menghindari pergolakan. Salah paham akibat pemahaman bisa mengancam stabilitas. Maka diperlukan sikap hati hati. Wujud sikap bijaksana yang ditunjukkan oleh Syekh Siti Jenar beserta wali sanga dalam mencari kebenaran. 


Kula pilih urip datan mati, 

Dadi langgeng nora iki ika, 

Nanging karsaningsun dhewe, 

Tan usah wali ratu, 

Kang ngulihken mring alam urip, 

Kaya dudu uliya, 

Ndadak njaluk tulung, 

Marang sesamining jalma, 

Siti Jenar datan suwe mamrih urip, 

Lah mara waspadakna. 


Eling lan waspada yang diajarkan Ranggawarsita ternyata sangat akrab bagi pengikut Syekh Siti Jenar. Dari jaman Demak beralih ke jaman Pajang Mataram Kartasura dan Surakarta. Kapujanggan abad 19 mewarnai pemikiran teologis kejawen di Kraton Surakarta. Lantas menyebar ke segala arah melalui tradisi seni budaya. 


Dialog ini melukiskan keyakinan akan hakikat hidup dan mati. Untuk apa hidup di dunia. Akhirnya ke mana perjalanan hidup itu. Bagaimana bentuk kematian yang ideal. Pertanyaan ini harus dijawab bersama dengan renungan jiwa. 


5. Refleksi tentang Hakikat Mati


Dalam budaya Kraton Surakarta dikenal adanya Pangeran Pati atau putra mahkota. Maka konsep mati malah hidup yang sebenarnya. Oleh karena itu mati dianggap hidup. 

Kematian bagi Syekh Siti Jenar merupakan proses untuk menuju kasampurnan. Oleh karena perlu keyakinan yang mantab. Pilihan hidup dan mati perlu dasar pemahaman yang betul. Kenyataan dipahami sebagai konsep spiritual tertinggi. 


Kula mulih pribadining urip, 

Surenggama sumambung wacana, 

Jenar paran pratingkahe, 

Denyarsa murweng hidhup,

Caritakna patrape kaki, 

Mesem Syekh Siti Jenar, 

Apa datan weruh, 

Layak kerasan neng dunya, 

Siti Jenar datan kewran alam jati, 

Geladhen saben dina. 


Cerita tentang teologi yang pernah berkembang di Jawa sangat panjang. Ronaldo (2023) melakukan kajian tentang ilmu kasampurnan yang dihayati oleh masyarakat Jawa. Adanya paham Hinduisme Buddhisme Islamisme merupakan rentetan kepercayaan yang berpengaruh pada budaya. Kama arta darma muksa, kamadhatu rupadhatu w rupadhatu nirwana, syariat tarikat hakikat makrifat jelas pengaruh dari teologi besar. Pengikut Syekh Siti Jenar memberi penjelasan sembah raga cipta jiwa rasa. Penghayat kejawen terlalu peduli pada strata religi. Sunan Giri bersama Syekh Siti Jenar mengajarkan arti penting kesenian sebagai tuntunan dan tontonan. 


Latihan pada diri sendiri dilakukan terus menerus. Orang Jawa harus mau mesu budi atau melakukan asketisme intelektual. Bahwasanya hidup itu sementara. Maka perlu pemikiran yang jelas dan terarah. Sunan Ampel bersama dengan Syekh Siti Jenar mengajarkan arti penting keadilan sosial. Dengan tujuan hidup menjadi harmonis. 


Piyarsakna kabeh surenggami, 

Mawartani traping murweng gesang, 

Saking maul khayat wite, 

Winastan kamandanu, 

Tirta marta banyune urip, 

Jejere mung sajuga, 

Gya pinara telu, 

Tetiga pinara sanga, 

Nanging dhingin kudu wruh purbaning urip, 

Dwi wruh kodrating gesang. 


Gagasan teologis di atas lebih dikenal dengan istilah manunggaling kawula gusti. Perlu tafsir hermeneutik sebagaimana yang dijelaskan oleh para Sumaryono (2001). Kesatuan antara hamba dengan Tuhan. Dalam tataran sosiologis konsep itu terkait dengan persoalan sosial kemasyarakatan. Dalam tataran antropologis terkait dengan persoalan kemanusiaan. Humanisme dalam budaya Jawa sangat dijunjung tinggi. Panembahan Senapati sebagai pengikut Syekh Siti Jenar mengungkapkan amemangun karyenak tyasing sesama. Orang hidup harus bisa membuat senang pada sesama. 


Aliran Syekh Siti Jenar bertaburan dengan penuh penghormatan. Harus diakui pula bahwa terdapat perbedaan tafsir yang membuat gejolak. Oleh karena itu perlu sikap yang terbuka. Gejolak sosial perlu dihindari. Suasana guyub rukun mesti dijaga. Kewajiban kolektif untuk membuat suasana tenang. Keyakinan yang berbeda harus dihormati sepenuhnya. 


Pada masa kerajaan Demak Bintara memang terjadi masa peralihan. Dari Majapahit ke Demak perlu adanya penyesuaian. Takdir Tuhan dianggap pemahaman filosofis yang tertinggi. Sikap pasrah bagi orang Jawa adalah modal terbaik. Apa saja diterima dengan jiwa lapang dada. Kanjeng Sunan Drajat bersama dengan Syekh Siti Jenar mengajarkan arti penting kelestarian lingkungan. Keluhuran dicapai dengan pendekatan ekologis, supaya alam tetap lestari. 


Dyan amiwit nutup banyu urip, 

Kang tri warna bareng pinepetan, 

Pandulu myang pamiyarsane, 

Katelune pangambu, 

Mula iku purbaning budi, 

Budaya panca driya, 

Wus kerut karacut,

Kukut ing telenging nala, 

Golong gilig gumeleng dadi sawiji,

Jumeneng Sukma Mulya. 


Rasa percaya pada  hal hal yang bersifat gaib tersirat dalam wejangan Syekh Siti Jenar. Kehidupan adikodrati diberi tafsir kebalikan. Misalnya hidup itu dianggap mati. Orang mati malah dianggap hidup sesungguhnya. Begitu logika yang dikembangkan oleh Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Bang. Wacana religius itu dilakukan dengan dialog bersama wali sanga. Terjadilah debat sengit yang menimbulkan multi tafsir. Kejadian itu begitu dramatis yang dapat membuat salah paham. Dialog tingkat tinggi yang hanya bisa dipahami kalangan yang terbatas dan cerdas. 


Kontak antar wali berjalan harmoni. Sunan Murya bersama dengan Syekh Siti Jenar mengajarkan arti penting sikap rendah hati. Kedudukan Tuhan dianggap paling tinggi. Manusia tinggal melaksanakan segala kehendak Tuhan. Baik buruk sedih gembira tinggal menerima. Bentuk kepasrahan ini dianggap sangat memberi keuntungan. Sunan Gunung Jati mengajarkan pada Syekh Siti Jenar tentang arti penting kemanusiaan. Sejarah dan warisan masa silam diberi penghargaan yang layak. 


6. Hormat pada Warisan Luhur


Warisan leluhur mesti memuat nilai kebijaksanaan. Pilihan yang berbeda terjadi dalam situasi apa saja. Masing masing pihak mau menerima. Lantas terjadi sikap saling menghargai. Budi Sutrisna (2022) menjelaskan arti penting pemahaman simbolik lewat jalur estetis. Misalnya moralitas dalam pewayangan. Pengendalian diri menjadi tradisi. Toleransi menjadi perintah hidup sehari hari. Timbul sikap rela hati. Konsep kesetaraan menjadi perhatian Sunan Magribi yang mengajarkan arti penting budaya. Maulana Malik Ibrahim dianggap wali senior yang mumpuni. Tinggal di daerah Gresik Jawa  Timur. Banyak murid yang datang untuk menimba ilmu pengetahuan. Untuk itu para pengikut Syekh Siti Jenar layak memberi penghormatan. 


Patitise rasakna pribadi, 

Lamun sira kabeh nora tampa, 

Titah mentah tanpa gawe, 

Lamun datan sumurup, 

Kawasane kang banyu urip, 

Yeku jantunge angga, 

Marmanta ragamu, 

Adarbe rasa pangrasa, 

Tambah maning daging mentah datan bacin, 

Saking amaul khayat. 


Tafsir atas pemikiran Syekh Siti Jenar itu berhubungan dengan aspek strata refleksi. Sembah rasa menempati tingkat paling tinggi. Jirzanah dkk (2023) memberi ulasan tentang rasa kemanusiaan yang adil dan beradab. Rasa jati yakni pengetahuan kasepuhan atau cocok buat orang tua. Pagelaran wayang kulit dianggap sebagai wahana untuk mengajarkan ilmu kasampurnan. Hakikat asal usul kehidupan benar benar dibuat narasi yang penuh estetis. Pada saat tertentu kalangan kejawen menggunakan seni wayang purwa sebagai sarana untuk mbabar kawruh. Serat Suluk Syekh Malaya berisi tentang makna sangkan paraning dumadi. Sunan Kudus terkenal sebagai wali yang penuh toleransi. Misalnya gapura menara Kudus dibuat mirip bangunan Hindu. Lagi pula di sekitar wilayah Kudus umumnya sate kerbau lebih diutamakan. Hal ini untuk menghormati keyakinan leluhur. 


Ajaran Syekh Jenar relevan buat pembinaan moral bangsa. Anak muda memiliki kesadaran tinggi. Toleransi dihormati oleh semua warga negara. Pantulan kebijaksanaan Kraton Demak Bintara sesuai dengan semangat membangun persatuan dan kesatuan. Pengamalan Pancasila bisa dengan memperhatikan dialog para wali. Sunan Bonang adalah guru Syekh Siti Jenar yang mbabar ilmu kasampurnan. Daerah Tuban Bojonegoro Lamongan Rembang dan Blora banyak penghayat kejawen yang begitu loyal pada tradisi. Perjalanan tradisi budaya tumbuh dengan subur. 


Angawruhi sakeh kapti jati, 

Mepet ponang kang tirta nirmala,

Andadak mangsa namane, 

Gampang angel puniku, 

Gampangira lamun wus uning, 

Patrap traping pangangkah, 

Ngracut sarta ngukut,

Kumpule kang sangkan paran, 

Amastani lakuning tanajul tarki, 

Kenane kene kana.


Dialog dalam tembang dhandhanggula di atas memuat isi pelajaran penting. Syekh Siti Jenar meyakini hukum sebab akibat. Ngundhuh wohing pakarti yang berarti panen atas segala perbuatan. Menanam kebaikan akan berbuah kebaikan pula. Sebaliknya bila seseorang menanam keburukan, maka hasil yang akan dipetik tentu tidak baik. Mumpung jembar kalangane, berarti kesempatan hidup di dunia ini mesti digunakan sebaik baiknya. Sunan Kalijaga sebagai mitra dialog Syekh Siti Jenar turut memperkaya nilai spiritual. Tiap tanggal 9 Besar diadakan upacara larapan langse di makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak. 


Pada umumnya pengikut penghayat kejawen turut mengembangkan ajaran Syekh Siti Jenar. Misalnya Paguyuban Ngesti Tinggal, Sapto Darmo, Sumarah, Honggodento, Ngudi Utomo dan Susilo Budi Darmo yang bersandar pada pelajaran leluhur. Renungan para penghayat kejawen bersumber dari sastra piwulang. Literasi Jawa klasik yang tersusun dalam sastra suluk merupakan format ulung demi menerapkan toleransi sosial yang membawa kedamaian bagi seluruh alam. 


Serat Syekh Siti Jenar mengajarkan keselarasan sosial. Dengan demikian sikap eling lan waspada kelak dijabarkan pula oleh Pujangga Ranggawarsita lewat Serat Kalatidha. Inti penekanan ajaran kejawen terletak pada sikap eling lan waspada. Eling pada  kekuasaan Tuhan. Kaelan (2022) memberi penjelasan tentang pendidikan Pancasila dalam hidup bernegara. Usaha untuk menerapkan toleransi dilakukan dengan bermacam macam cara. Dalam hal ini termasuk lewat seni budaya. Manusia itu terbatas dari segi ruang dan waktu. Dalam ajaran kejawen dikenal dengan istilah sangkan paraning dumadi. Kesadaran tentang asal usul kehidupan umat manusia. 


Aliran Syekh Siti Jenar menyebar di seluruh pelosok tanah Jawa. Misalnya di daerah Jenar kabupaten Sragen terdapat penghayat kejawen yang subur. Juga di daerah Jenar kabupaten Purworejo aliran penghayat kepercayaan juga berkembang pesat. Tanda bahwa ajaran Syekh Siti Jenar begitu populer. Bagi penghayat ajaran kejawen merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan rohani. 


Jiwa nasionalisme dan patriotisme digali dari nilai tradisi. Nenek moyang telah mewariskan keluhuran yang bisa diteladani. Masa kini tetap berhubungan dengan masa lampau dan masa depan. Keterangan Yudi Latif (2025) patut untuk direnungkan. Peristiwa masa lampau yang agung menjadi inspirasi. Energi masa kini akan bangkit dengan menyala nyala. Imajinasi masa depan lebih cerah dan terarah. 


Pengamalan nilai Pancasila merupakan bentuk kompromi paling ideal untuk mewujudkan toleransi sosial. Sikap waspada terkait dengan refleksi dan introspeksi. Mawas diri perlu dilakukan agar bisa melakukan kegiatan secara efektif dan efisien. Tindak tanduk perlu terukur. Ukuran ketepatan tindakan jelas berpengaruh pada hasil. Dengan ukuran yang benar maka hasilnya juga dapat tercapai sesuai dengan harapan. Orang yang yang waspada sudah barang tentu bersedia untuk selalu bertindak hati hati. Menurut Syekh Siti Jenar orang hati hati akan mendapatkan kemuliaan. 


D. Kesimpulan


Analisis kefilsafatan terhadap ajaran Syekh Siti Jenar berhubungan dengan toleransi atas keragaman. Budaya  Jawa berpengalaman mengelola perbedaan sosial dan religi. Kitab suluk yang disusun wali sanga berguna untuk menggali butir butir kearifan lokal. Pengamalan Pancasila merupakan bentuk dari penerapan toleransi atas keragaman. 


Ajaran luhur warisan masa lampau tetap relevan untuk dijadikan acuan masa kini dan masa depan. Dalam perspektif moralitas paham kejawen Syekh Siti Jenar sebetulnya perlu telaah yang utuh. Perbedaan tafsir teologis menang perlu dilakukan serius. Kajian yang lengkap dan genap menumbuhkan kesadaran kolektif. Literasi Jawa klasik membuktikan tradisi intelektual yang mengutamakan dialog. 


Kajian kefilsafatan berlangsung di istana Jawa. Praktik etis dilakukan oleh segenap warga negara. Syekh Siti Jenar pada jaman Demak Bintara telah memberi suri tauladan. Sebuah refleksi kultural dan spiritual yang luhur dan beradab dari budaya Jawa. 


Daftar Pustaka


Abdullah Ciptoprawiro. 1986. Filsafat Jawa. Jakarta. Gramedia. 


Budi Santoso. 2022. Balungan Lampahan Wayang Purwa. Yogyakarta. Interlude.


Budi Sutrisna. 2022.  Makna Simbolik Negara Ngalengka dalam Seni Wayang. Jurnal Filsafat 32(2) 190 - 198.


Damardjati Supadjar. 2001. Mawas Diri. Yogyakarta. Philosophy Press. 


Daru Winarti dkk. 2023. Piwulang dalam Konteks Sosial dan Budaya Jawa. Yogyakarta. FIB UGM. 


Heri Santoso. 2023. Membangun Jiwa Merdeka  bagi Dosen Pancasila Relevansinya bagi Penguatan Karakter Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Nilai dan Pembangunan Karakter 7(2) 112 - 123.


Jirzanah dkk. 2023. Women Equality in Islamic Teaching Seen Throughput the Perspective of Fair and Civilized  Hummmaniity. Jurnal Filsafat 33(2) 249 - 269.


Kaelan. 2022. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Paradigma. 


Ronaldo. 2023. Kajian Nilai Nilai Filosofis Kesenian Wayang Kulit dalam Kehidupan Masyarakat Jawa. Jurnal Ilmu Budaya 10(1) 82-92.


Sri Harti Widyastuti dkk. 2023. Sunan Paku Buwana IX dalam Konstelasi Sejarah Sastra Jawa. Yogyakarta. UNY Press. 


Sumaryono. 2001. Hermeneutik. Yogyakarta. Kanisius. 


Yudi Latif. 2025. Apa Jadinya Dunia Tanpa  Indonesia. Jakarta. Kompas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Babad GKR WANDANSARI

Adipati Dayaningrat Pengging Sepuh

Kidung Idul Fitri