Ranggawarsita Pujangga Kraton Surakarta
Ranggawarsita Pujangga Kraton Surakarta
Purwadi
Ketua LOKANTARA,
hp. 087864404347
A. Trah Kapujanggan.
Karya agung Raden Ngabehi Ranggawarsita diulas dengan jelas. Pada hari Selasa, 5 Agustus 2025 Bupati paring wedharan. Kraton Surakarta mewariskan nilai luhur. Murih padhanging sasmita.
Karaton Surakarta Hadiningrat memiliki pujangga yang berperan dalam menganyam peradaban. Seni edi peni, budaya adi luhung bersemi lestari. Edi peni merupakan sumber keindahan. Adi luhung memancarkan cahaya keluhuran.
Raden Ngabehi Ranggawarsita lahir pada hari Senin Legi, 10 Dulkaidah, tahun Be, 1728 Jawa atau 15 Maret 1802 Masehi. Beliau adalah putra sulung Mas Pajangswara yang berpangkat jajar, kemudian naik pangkatnya menjadi carik atau juru tulis di Kadipaten Anom.
Nama muda Ranggawarsita yaitu Bagus Burham. Bagus Burham menjelang usia 12 tahun dikirim ke suatu pesantren untuk memperdalam pendidikannya. Tempat pesantrennya adalah pondok pesantren Gebang Tinatar, Ponorogo yang diasuh oleh kyai ternama, yaitu Imam Kasan Besari.
Kyai Imam Besari masih menantu Sri Sunan Paku Buwana IV di Surakarta. Sesudah belajar agama di Ponorogo itu, Bagus Burham memperluas ilmunya dengan mengembara.
Dalam laku pengembaraannya itu Bagus Burham juga berusaha untuk berdialog di berbagai tempat dengan guru guru tersohor. Kegiatannya ini dilakukan sampai menyeberang ke Pulau Bali. Pada tahun 1845 beliau diangkat menjadi pegawai di istana sebagai pujangga kraton Surakarta. Selama hidupnya beliau mengabdi kepada 5 raja, Sinuwun Paku Buwana V-IX. Loyalitas beliau terhadap profesinya ditunjukkan dengan sejumlah karya karyanya yang bermutu tinggi.
Karya tulis Raden Ngabehi Ranggawarsita di antaranya: Serat Wirid, Hidayat Jati, Suluk Saloka Jiwa, Suluk Supanalaya, Serat Pamoring Kawula Gusti, Suluk Suksma Lelana, Serat Paramayoga, Serat Jayengbaya, Serat Jayengtilam, Pustaka Raja Purwa, Kalatidha, Sabdatama, Sabdajati, Cemporet, Joko Lodhang, Wedharaga, Wedhapurwaka, Sabdapranawa, Sadu Budi, Jitapsara, Candrarini, dan Witaradya.
B. Asal Usul Pujangga Kraton.
Silsilah R. Ng. Ranggawarsita dari pihak ayah menurut Komite Ranggawarsitan yaitu:
1.Pujangga kraton Kartasura-Surakarta, Raden Ngabehi Yasadipura berputra Raden Tumenggung Sastranagara atau Yasadipura II.
2. Yasadipura II menurunkan Mas Ngabehi Ranggawarsita atau Mas Pajangswara.
3. Mas Pajangswara menurunkan Raden Ngabehi Ranggawarsita.
Silsilah R. Ng. Ranggawarsita dari garis keturunan ibu menurut Komite Ranggawarsitan III yaitu:
(1) Pujangga Pajang, Pangeran Tumenggung Sujanapura atau Pangeran Karanggayam menurunkan Raden Wangsabaya.
(2) Raden Tumenggung Wangsabaya menurunkan Kyai Ageng Wanabaya.
(3) Kyai Ageng Wanabaya menurunkan Kyai Ageng Nayamenggala.
(4) Kyai Ageng Nayamenggala menurunkan Kyai Ageng Nayatruna atau Ngabehi Sudiradirja I. Ngabehi Sudiradirja I menurunkan Ngabehi Sudiradirja II atau Sudiradirja Gantang.
(5) Sudiradirja Gantang menurunkan Nyai Ageng Pajangswara.
(6) Nyai Ageng Pajangswara menurunkan R. Ng. Ranggawarsita.
Pujangga sejak zaman pemerintahan Pajang sampai Surakarta di antaranya: Pangeran Tumenggung Sujanapura atau Pangeran Karanggayam, Ngabehi Dhadhaptulis, Tumenggung Jayaprana, Tumenggung Sujanapura, Tumenggung Surawadi, Ngabehi Saralathi, Ngabehi Wirasastra, Kyai Ageng Buyut, Tumenggung Janur, Tumenggung Tirtawiguna, Pangeran Wijil, Pangeran Sastrawijaya, Kyai Yasadipura I, Kyai Yasadipura II, R. Ng. Ranggawarsita.
Mereka yang bergelar pangeran dan tumenggung berpangkat bupati. Mereka yang bergelar ngabehi berpangkat kliwon atau bupati anom. Ranggawarsita wafat pada tahun 1873, dimakamkan di Palas, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah berdekatan dengan makam orang tuanya. Sampai kini makamnya banyak dijadikan tempat ziarah yang amat keramat oleh masyarakat.
C. Wejangan Pujangga.
Ranggawarsita termasuk seorang pujangga yang peka terhadap permasalahan sosial. Zaman Kali atau Kaliyuga yang oleh Ranggawarsita lebih populer disebut dengan istilah jaman edan merupakan sindiran pada kekacauan waktu itu. Kutipan tembang sinom dalam Serat Kalatidha menunjukkan kekacauan yang sedang melanda masyarakat.
Sinom
Amenangi jaman edan,
ewuh aya ing pambudi,
milu edan nora tahan,
yen tan milu anglakoni,
boya keduman melik,
kaliren wekasanipun,
dilalah karsa Allah,
begja-begjane kang lali,
luwih begja kang eling lawan waspada
Terjemahan :
Mengalami jaman gila,
serba sulit dalam pikiran,
ikut gila tak tahan,
kalau tidak ikut,
tidak dapat bagian,
akhirnya kelaparan,
untungnya takdir Allah,
seuntung- untungnya orang lupa,
masih untung yang sadar dan waspada.
Ranggawarsita melalui Serat Kalatidha di atas memberi peringatan kepada manusia agar dirinya selalu eling lan waspada, mau mengendalikan diri, tidak terbawa arus sehingga suatu saat dirinya mendapat ketentraman lahir dan batin. Keadaan masyarakat yang penuh kekacauan hendaknya diselesaikan dengan arif bijaksana, sehingga tidak malah menambah beban sosial. Di samping itu manusia perlu berserah diri kepada Allah Yang Mahakuasa.
D. Yasan Kapujanggan.
Kusumadilaga
Pujangga kraton Surakarta lain yang terkenal yaitu Kanjeng Pangeran Arya Kusumadilaga. Kanjeng Pangeran Arya Kusumadilaga ini adalah pujangga kraton Surakarta yang ahli dalam sastra pewayangan. Karya karyanya yaitu: Jagal Bilawa, Lingga Pura, Semar Njantur, Kartawiyoga Maling, dan Serat Sastramiruda.
Cerita Jagal Bilawa adalah karya sastra yang dibangun atas dasar cerita yang terdapat dalam cerita Wirataparwa. Semar Njantur berisi tentang keteladanan tokoh Semar. Kartawiyoga Maling berisi tentang kisah percintaan Dewi Irawati yang diculik. Serat Sastramiruda berisi tentang uraian sejarah, sastra dan budaya. Karya Kusumadilaga ini kebanyakan bersifat gubahan. Karya Kusumadilaga banyak menjadi acuan para dalang dalam mementaskan wayang purwa.
Sindusastra
Salah satu pujangga kraton Surakarta yang luas pergaulannya adalah Kyai Sindusastra. Kyai Sindusastra juga pujangga kraton Yogyakarta yang dekat dengan Pangeran Purbaya atau Sinuwun Paku Buwana VII. Karya karyanya yaitu: Serat Arjuna Sasrabahu, Lakon Sugriwa Subali, Serat Partayadnya, Srikandi Maguru Manah, Sembadra Larung, Cekel Waneng Pati, dan Parta Krama.
Sindusastra juga pengarang yang menggubah karya sebelumnya. Hanya perlu diketahui bahwa untuk mengubah suatu karya sastra diperlukan keahlian khusus yang tidak mudah. Penggubah mesti mengetahui latar belakang sosiohistoris dan kultural penciptaan karya yang digubahnya itu, sehingga mutunya menjadi lebih hidup.
Pada masa kraton Surakarta itu pertumbuhan sastra budaya memang mencapai puncak puncaknya. Produktivitas dan kreativitas karang mengarang tumbuh dengan pesat.
Kegiatan bedah buku karya Ranggawarsita sungguh penting. Orang bisa melakukan refleksi dan mawas diri. Sakbeja bejane kang lali, isih beja wong eling lan waspada.
Selasa Paing, 5 Agustus 2025.
Purwadi
FBSB UNY
HP 087864404347
Komentar
Posting Komentar