NILAI NILAI SURI TAULADAN KEHIDUPAN KI HAJAR DEWANTARA
NILAI NILAI SURI TAULADAN KEHIDUPAN KI HAJAR DEWANTARA
Dr Purwadi M.Hum
A. Usaha Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Konsep pendidikan Nasional telah dirintis secara kokoh oleh Ki Hajar Dewantara. Tiap tanggal 2 Mei diperingati hari pendidikan Nasional. Inspirasi dari tokoh Taman Siswa ini tetap basuki lestari rahayu widada. Nilai kebudayaan kebangsaan pendidikan berjalan selaras serasi seimbang.
Untuk melanjutkan cita cita luhur itu, maka berdiri lembaga pendidikan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922. Perguruan Taman Siswa terus berkembang di seluruh kawasan nusantara. Rum kuncaraning bangsa dumunung ing luhuring budaya.
Dalam sejarah pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara telah memberi dasar dasar yang kokoh. Terutama rancangan sistem pendidikan yang mengutamakan pembinaan karakter. Dengan tujuan untuk memperkokoh jatidiri dan kepribadian bangsa. Lewat jalur pendidikan yang berkebudayaan Ki Hajar Dewantara memberi nilai keteladanan. Tepa palupi mawi mawas dhiri.
Ilmu iku kelakone kanthi laku. Teori pendidikan Ki Hajar Dewantara memberi landasan kuat buat terselenggaranya sistem pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara seorang pemikir ulung. Maka muncul azas Trikon: konsentris, kontinyu, konvergen.
Konsentris merupakan usaha untuk memusatkan kerja yang maksimal. Sehingga tercapai bobot profesional dalam segala bidang pekerjaan. Kerja produktif yang dilandasi aspek keilmuan.
Kontinyu adalah kerja terus menerus, tiada henti serta berkelanjutan. Program kerja yang menjadi akumulatif. Hasilnya tentu menjadi lebih kompetitif, berdaya saing kuat di era global melenial. Ki Hajar Dewantara membaca tanda tanda jaman, nuting jaman kelokone.
Konvergen merupakan perpaduan unsur sosial, agar tetap kompak bersatu dalam menjaga solidaritas sosial. Nyata sekali bahwa Ki Hajar Dewantara lila lan legawa kanggo mulyaning negara.
Unsur sosial yang beragam dihormati, sebagai perwujudan doktrin Bhinneka Tunggal Ika. Ajaran Empu Tantular jaman Majapahit ini dibuat lebih kreatif oleh Ki Hajar Dewantara dengan azas Trikon : konsentris, kontinyu, konvergen. Kesadaran historis berguna untuk aktivitas mawas diri. Untuk itu Ki Hajar Dewantara menyadari arti penting kepribaden ketimuran.
Untuk mencapai tujuan luhur itu, maka Ki Hajar Dewantara menawarkan konsep kepemimpinan. Sebuah pemikiran yang bersumber dari butir butir kearifan lokal yang diwariskan secara turun temurun.
1. Ing ngarsa sung tuladha. Di depan memberi teladan.
2. Ing madya mangun karsa. Di tengah memberi dorongan kreatif.
3. Tut wuri Handayani. Di belakang memberi energi produktif.
Ajaran luhur itu begitu populer di kalangan masyarakat Indonesia. Mutiara pendidikan yang asli dari kandungan ibu pertiwi. Sesanti ini mudah dihafal dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Etika Priyayi Terpelajar.
Ki Hajar Dewantara merupakan trahing kusuma rembesing madu, wijining atapa, tedhaking andana warih. Dari segi latar belakang kehidupan memang istimewa. Nama muda Ki Hajar Dewantara adalah RM Suwardi Suryaningrat. Artinya tanda keagungan yang menerangi jagad raya. Beliau keturunan Pura Paku Alaman. Bangsawan maju yang menjadi pelopor pergerakan nasional. Ki Hajar Dewantara adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yang pertama.
Priyayi Jawa yang masih keturunan Sri Paduka Paku Alam III ini punya pengalaman yang beragam. Sistem pendidikan kerajaan diimplementasikan melalui sifat kerakyatan. Maklum Ki Hajar Dewantara sejak tahun 1916 menempuh pendidikan di Eropa. Modernitas dan tradisional bisa berjalan selaras serasi dan seimbang. Jagad gumelar nyawiji lan jagad gumulung.
Peran Perguruan Taman Siswa sungguh bermakna penting. Perjalanan sejarah perjuangan bangsa disertai dengan kesadaran untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Taman Siswa sebagai penyelenggara pendidikan sudah memberi kontribusi penting.
Namun demikian ada beberapa pemikiran yang strategis. Taman Siswa perlu menafsir ulang tentang konsep nasionalisme. Selama ini Taman Siswa terjebak pada doktrin pergerakan nasional. Seolah olah Indonesia masih berjuang untuk mengusir penjajah. Sementara definisi penjajahan sekarang sudah berubah wujud.
Lembaga Pendidikan Taman Siswa memahami tantangan jaman sekarang masih terpola seperti tahun 1920 an. Padahal masalah jauh berbeda. Generasi milenial tak tertarik dengan issu nasionalisme lampau. Nuting jaman kelakone, berarti adanya kesesuaian yang bersifat elastis fleksibel.
Hangat hangatnya gerakan nasional waktu itu memang memberi inspirasi besar. Tanggal 3 Juli 1922 Taman Siswa berhasil memikat generasi muda untuk megeksekusi konsep kebangsaan. Sukses mengantar proklamasi kemerdekaan. Bung Karno merasa berhutang budi pada Ki Hajar Dewantara. Bahkan menganggap sebagai guru.
Kini situasi berubah. Pada masa mendatang nanti apakah masih relevan dengan konsep nasionalisme satu abad yang lalu. Inilah pangkal permasalahan konsepsi pendidikan nasional yang harus dipikir ulang.
C. Menata Lajunya Kehidupan
Maca owah gingsiring jaman kanthi jangka lan jangkah. Pemikiran Ki Hajar Dewantara selalu menjadi referensi dan refleksi. Solusi efektif untuk Taman Siswa pada masa kini. Beberapa catatan penting sebagai bahan refleksi dan kontemplasi.
1. Perlu adanya referensi memadai atas aspirasi generasi milenial.
2. Teknologi informasi sebaiknya diikuti dengan cermat.
3. Redefinisi atas konsep nasionalisme.
Disadari pula hambatan yang terjadi. Solidaritas bangsa sekarang rusak, tersegmentasi karena liberalisasi politik dan pemilu langsung. Apakah konsep pendidikan bisa kembali merevitalisasi solidaritas melalui kurikulum pendidikan khususnya di Taman Siswa ? Untuk menjawab pertanyaan ini barangkali perlu kajian kurikulum yang digunakan sebagai bahan ajar lembaga pendidikan Taman Siswa. Sebuah program kolektif yang perlu penanganan segera.
Perlu dikaji pula bahwa masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah Proxy War. Misalnya soal kesenjangan sosial, Korupsi, Narkoba, dan Terorisme. Dengan pendekatan kultural halangan menika diatasi bersama.
Kaca benggala tumrap ngaurip. Hal ini pula yang telah mengancam jiwa solidaritas, soliditas, dan gotong royong yang menjadi social capital bangsa kita. Bagaimana Taman Siswa dan elemen pendidikan lain menjawab masalah ini di samping mengisi keteladanan dan kepemimpinan.
Barangkali para pengurus Taman Siswa bisa kembali ke khittah. Yakni sikap yang dilandasi tekad kuat untuk mengabdi. Rame ing gawe, sepi ing pamrih. Pengabdian tulus bebas dari egoisme dan ambisi pribadi. Jroning urip ana urup.
Teladan hidup Ki Hajar Dewantara untuk selalu prasaja mengutamakan aspek kejujuran. Lila lan legawa kanggo mulyane negara. Berarti tenaga dan pikiran dicurahkan buat kemakmuran negeri.
Taman Siswa sebagai lembaga pendidikan jangan larut pada kurikulum materialistik yang mengikis habis rasa nasionalisme. Solidaritas sosial dibangun dengan penguatan pendidikan karakter yang berbasis pada nilai kearifan lokal.
Neng ning nung gung adalah butir butir kearifan lokal guna memberi solusi problematika sosial.
Neng, berarti diam untuk refleksi.
Ning, berarti bening untuk introspeksi.
Nung, berarti tahu untuk berkreasi.
Nang, berarti menang untuk berdedikasi.
Konsep pendidikan yang diwariskan Ki Hajar Dewantara berguna untuk menata pendidikan masa depan. Agar bangsa Indonesia tampil jaya, makmur dan gemilang.
Bangsa Indonesia perlu menggali ajaran luhur. Nilai nilai keteladanan yang diwariskan oleh Ki Hajar Dewantara relevan untuk membangun kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Hiduplah Indonesia Raya.
Yogyakarta, 18 Juni 2025
Komentar
Posting Komentar