Bekti pada Pak Drs Syaefullah Mahyuddin MA
Bekti pada Pak Drs Syaefullah Mahyuddin MA
Oleh: Purwadi
Pada tanggal 4 Pebruari 1991 ada pengajian peringatan Isra Miraj di Aula Fisipol UGM. Selaku pembicara Bapak Drs Syaefullah Mahyuddin MA. Peserta untuk umum. Ruangan tampak penuh sesak.
K nmax
Bersamaan dengan situasi yang terjadi, perang teluk berkobar. Semua orang membicarakan heroisme Presiden Irak Saddam Husein. Dalam ceramahnya, Pak Syaefullah sempat mengulas bagaimana sebaiknya peranan ummat Islam. Dengan ulasan yang tegas dan jelas, beliau menerangkan ketertiban Negeri Singapura. Maklum Pak Syaefullah pernah belajar di negeri tetangga.
Cerita Pak Syaef, begitu panggilan akrab kawan kawan aktivis. Sangat menarik perhatian peserta pengajian yang rata rata anak muda idealis. Ternyata Pak Syaef tidak terpancing untuk mengulas perang teluk. Biar Pak Amien Rais yang memberi ulasan panasnya situasi Timur Tengah.
Dalam berbagai kesempatan Pak Amien Rais, Pak Watik Pratignya, Pak Kuntowijoyo dan Pak Yahya Muhaimin menyebut Pak Syaef sebagai sang guru.
Saat itu Pak Syaef lebih banyak bicara tentang otokritik buat perbaikan ummat.
Sesi tanya berlangsung adhem ayem. Peserta banyak yang mengacungkan tangan. Umumnya bersemangat atas paparan Pak Syaef. Pengajian Isra Mikraj ibarat embun penyejuk akibat panasnya suhu perang Irak melawan sekutu yang dipimpin Amerika Serikat. Keadaan politik internasional memang gawat betul. Pak Syaef berhasil meredakan emosi anak muda.
Waktu pengajian habis. Moderator menutup secara resmi. Namun peserta tetap melanjutkan dialog. Meskipun secara informal. Pak Syaef melayani dengan senang hati. Di antara peserta dialog informal itu adalah Mas Prof Dr Ali Sunarso, dosen Unes Semarang.
Akhir acara Pak Syaef menyapa satu per satu. Giliran saya memperkenalkan diri. Kebetulan saya duduk paling depan. Saya bilang. Nama Purwadi. Kuliah di Fakultas Sastra Jawa UGM. Kost di Gang Brojowikalpo 15 Mrican Pringgondani. Beliau senyum. Dekat rumah Pak Syaef di Jl Srigunting 13 Demangan. Saya digarap mampir.
Seminggu kemudian saya sowan. Bertemu dengan pak Husein Haikal. Priyagung yang idealis dan konsekuen. Dialog pagi itu membahas tentang ahli sastra Jawa kuna, Dr Kuntara. Pak Syaefullah akrab dengan Romo Kunthara dan Pak Bakdi Sumanto. Pergaulan beliau sangat luas.
Srawung Pak Syaef luwes. Kerap mengantar anak Mbak Sulas, orang yang sering membantu kerja di rumah Gang Srigunting. Momong momor dan momot merupakan pribadi agung Pak Syaef. Kokoh dalam prinsip, luwes dalam penampilan.
Kata Mas Wawan di antara putra putri, hanya Mbak Satifa yang sering berdebat dengan Pak Syaef. Tahun 1988 Mbak Tifa kuliah di jurusan arsitektur UGM. Pak Damardjati Supadjar tiap ceramah selalu menyebut kepakaran menantu Pak Syaef yakni Dr Pramudito, ahli nuklir. Mas Suprih Hidayat menyebut Pak Syaef senantiasa memberi kesejukan.
Ketua Jamaah Shalahuddin, Mas Triyatmo menjadikan sabda tausiah Pak Syaef sebagai penerang. Kadang kala secara khusus pengurus JS sowan dalem Srigunting. Tentu mohon saran pitutur luhur.
Tanggal 10 Juli 1991 pukul 07.00 Pak Syaefullah dan Bu Syaefullah Mahyuddin jalan pagi. Sempat mampir pinarak di kost saya di Sagan GK V/ 955 Yogyakarta. Senang sekali saya dan Partini atas kunjungan kehormatan. Terkenang sepanjang hayat di kandung badan.
Tahun 1992 Pak Syaefullah Mahyuddin surut ing kasedan jati, manjing ing suwarga jati. Sowan Allah Swt kanthi khusnul khatimah. Kelihatan yang layar Pak AR Fahruddin, Pak Ahmad Azhar Bashir, Pak Amien Rais dan Pak Mukti Ali. Waktu sore hingga larut malam pelayat berduyun duyun.
Upacara pemakaman diselenggarakan dengan hikmat. Kebetulan saya satu mobil ambulans. Pelayat arak arakan panjang. Mereka mengantar kepergian Sang Guru.
Yogyakarta, 14 Juni 2023.
Komentar
Posting Komentar