SEJARAH SUSUKAN SEMARANG

 SEJARAH SUSUKAN SEMARANG

Oleh : Purwadi

 Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara- LOKANTARA. 

hp 08786440434


A. Asal Usul Susukan


Perjalanan sejarah Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang memang serba aris manis. Berperan penting pada masa kerajaan Demak Bintara. Tanggal 3 April 1478  warga desa Genthan Susukan dipimpin Ki Ageng Hartanto mengabdi kepada Raden Patah Jimbun Sirrullah Syah Alam Akbar.


Sultan Demak mengangkat orang Genthan sebagai juru tulis istana. Tata Usaha dan sekretaris negara Demak dibina oleh Kanjeng Sunan Giri Kedhaton. Terlebih dulu mereka menjalani tapa kungkum di Rawa Pening. 


Ki Ageng Banyubiru menerangkan kepada Jaka Tingkir tentang arti Susukan. 


Jelasnya ketika berkunjung ke desa Tawang,

 "Susukan berasal dari kata susuk. Arti susuk berarti rerenggan atau hiasan sanggul."


Wanita Jawa tampil anggun dan agung saat memakai sanggul atau gelung. Sanggul bisane unggul, sehingga aura wibawa diri bersinar. Sinar kepribadian yang terang terus dan terang. 


Putri Susukan biasa dengan sanggulan sejak tanggal 24 Juli 1546. Gadis gadis Susukan bekerja di Kraton Pajang. Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir berasal dari Salatiga. Maka pemuda pemudi Susukan punya kesempatan meniti karir di bidang kehumasan. 


"Arti susuk juga berkaitan dengan turahan jual beli." Terang Ki Ageng Banyubiru di kaki Gunung Telamaya. 


Sisa transaksi yang sehat, karena surplus pembayaran. Pasar ngumandhang karena aktivitas dol tinuku. Panembahan Senapati atau Ngabehi Loring Pasar memang ahli marketing. Raja Mataram tahun 1579 - 1601 ini kerap datang ke pasar Susukan. 


Kedatangan Panembahan Senapati pada tanggal 24 April 1593 bersama Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Penjawi, Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Banyubiru, Ki Ageng Pringapu, Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Karanglo. Terlebih dahulu mereka siram jamas di Kali Serang. Sesuci diri agar selalu manggih suka basuki. 


Raja Mataram keempat bernama Sri Susuhunan Amangkurat Agung. Memerintah tahun 1645-1677. Permaisuri bernama Ratu Wiratsari. Sering pesan jenang di Suruh. Untuk suguhan tiap ada pesta di istana. Jenang Suruh terkenal enak gurih gempi. 


Kanjeng Ratu Mas Balitar garwa prameswari Sinuwun Paku Buwana I. Antara tahun 1708 - 1719 istana Kraton Mataram Kartasura menggunakan tenaga dari Tawang. Mereka bekerja di gedung smarakata yang mengurusi seni budaya. 


Keberadaan orang  Timpek sangat penting pada masa Sinuwun Paku Buwana II. Berdirinya Kraton Surakarta pada tanggal 20 Pebruari 1745. Orang Timpek berperan sebagai konsultan kayu jati. Karena punya koneksi dengan orang Cepu dan Donoloyo. 


Orang Tanggen dilibatkan Sinuwun Paku Buwana III Pada tanggal 27 Januari orang Tanggen menjadi tim editor serat Wiwaha Jarwa. Supaya pekerjaan lebih ringan diberi tenaga tambahan dari Deresan dan Pamotan. 


Pada tanggal 30 Juni  1788 Paku Buwana III mengundang orang Ketapang. Ahli logam perak dan emas diberi pelatihan untuk berwiraswasta. Pasar Klewer dan Pasar Gedhe menjadi sentra jual beli logam mulia. 


Warga Kaibon berperan sebagai ahli irigasi. Sinuwun Paku Buwana IV pada tanggal 16 April 1792 mengangkat orang kaibon sebagai mantri pengairan. Sawah tambah subur. Petani hidup makmur. Petugas irigasi dibantu warga Argomulyo. 


Penoh merupakan kawasan penghasil kerajinan. Pada tanggal 28 Oktober 1796 Paku Buwana IV mengangkat orang penuh sebagai mantri industri kreatif. Pekerjaan ini dibantu oleh warga Pager. Wilayah Susukan makin kondang. 


Onto Onto daerah yang pintar masak. Tanggal 22 Desember 1798 Paku Buwana IV mengangkat orang Onto Onto untuk menjadi koki istana Kraton Surakarta. Masak gaplek gathot thiwul. Untuk suguhan saat tuguran. 


Paku Buwana IV kerap tedhak ke Mlaur. Tanggal 24 April 1807 warga Mlaur diundang untuk menganyam hiasan janur. Tiap ada upacara adat selalu kebagian kerja. 


Wong Betak pakar bidang petungan dina. Paku Buwana IV tanggal 24 Maret 1810 memberi tugas spiritual. Wong Betak  bertugas untuk menyingkirkan hujan. Alhamdulillah. Kesaktian wong Betak memang tinggi. 


Susukan go internasional tahun 1811. Malah Susukan mendapat perhatian khusus dari Raffles Inggris.


Siapakah Raffles? 


 Raffles punya nama lengkap. Yaitu Sir Thomas Stamford Bingley Raffles. Lahir di daerah Jamaica pada tanggal 6 Juli 1781.


Penugasan di kawasan rantau pada tahun 1805. Bertempat di Pulau Penang Malaka. Gigih, ulet, cerdas, manusiawi, kreatif, aktif, tekun dan berwartabat. Itulah keteladanan ST Raffles yang amat hebat. 


Karier cemerlang berkat kerja keras. Bertugas di Tanah Hindia mulai tahun 1811 sampai tahun 1816. Berpusat di Batavia. Untuk kelancaran tugas, kerap membuat konsep kerja di kebun raya Bogor. 


Budaya jadi perhatian utama dalam kepemimpinan. Raffles sangat sadar dan mengerti. Semua seniman dan budayawan diajak rembugan. Bebas bicara apa saja. Raffles berguru. Maka dibuatkan wadah kegiatan. Namanya Batavianch Genootschap. Lembaga ini berlaku sebagai Dewan Kebudayaan. 


Kerja kewilayahan dibuat untuk mempermudah koordinasi. Pulau Jawa terbagi menjadi 18 wilayah Karesidenan. Residen bertugas untuk memperlancar birokrasi demi pelayanan publik. 


Arum kuncara wangi ke segala penjuru. Napoleon Bonaparte kagum dengan kerja ST Raffles. Dia bangsawan yang mengutamakan prestasi dan prestise. Tercipta pola serasi antara jenang jeneng puluk kuluk. 


Pada tanggal 24 Maret 1812 Raffles datang ke Susukan Semarang. Untuk mempermudah pemahaman wilayah, beliau belajar sejarah. Misalnya sejarah Ki Ageng Banyubiru guru Joko Tingkir. Raffles mempelajari dengan teliti. Dibantu oleh Demang Joyo Supono Tawang. 


Tapa Kungkum di Rawa Pening dilakukan oleh Ki Ageng Banyubiru. Lelaku ini diajarkan kepada Joko Tingkir. 


Rawa Pening merupakan perairan yang dianggap penting dan keramat. Arti Rawa Pening bagi masyarakat Jawa digunakan sebagai sarana lelaku. Tapa kungkum di Rawa Pening diyakini akan mendapat daya linuwih, siram jamas di Rawa Pening membuat segala sukerta nirmala akan menyingkir jauh. Orang akan mendapatkan keselamatan dan ketentraman. 


Sir Thomas Stamford Bingley Raffles memang jalma limpat seprapat tamat. Beliau terjun langsung ke lapangan. Datanglah ke Rawa Pening. Semua lokasi diamati. Elok nan indah. 


Lumpia Semarang menyertai rombongan Raffles. Makanan dibawa untuk bekal nyamikan. Sambil mendengarkan lelagon rawa pening. 


Rawa Pening. 


Banyune bening banyu Rawa Pening, Simbah tau ndongeng aku isih eling. 

Ana wiku ing gunung Merbabu. 

Tan kanyana ketekan taksaka. 

Sang wiku ngungun ula dikon lunga. 

Tapa ing gunung Merbabu pethit sirah nganti temu. 

Bacute crita aku rada lali, 

Dha nyuwuna priksa bapak lan bu guru. 

Mengko mesthi bakal didongengi, Rawa Pening crita ndudut ati. 

Jaman saiki wis arang keprungu, Sadurunge mapan turu didongengi bapak ibu. 


Demikian rombongan Raffles berhibur diri sambil meneliti. Warga Banyubiru bergembira ria. Penyambutan untuk Gubernur Jenderal Raffles dipersiapkan matang. Turut hadir Demang Joyo Suwignyo, Joyo Sutopo dan Joyo Suprojo. 


Tanggal 13 Maret 1812 diselenggarakan gelar seni. Wayang, ketoprak, tari gambyong, tayub, jathilan, topeng ireng reyog, cokekan tampil meriah. Seniman kopen dan kajen. 


Pasar malam hadir dengan warna warni hasil industri. Kuliner, jajan pasar, makanan, minuman tersedia. Bakul warung sedang dapat untung. 


Raffles pemimpin yang sembada wirotama. Pelaku seni budaya diajak makan bersama. Para demang dan wedana sama datang. Hati mereka gembira senang. 


Rawa Pening cocok untuk wisata dan pengairan. Tiap hari orang datang untuk menikmati keindahan alam. Anak anak naik perahu di Rawa Pening. Mereka tampak bahagia. Hiburan yang murah meriah. Hampir semua raja Jawa pernah melakukan tapa kungkum di Rawa Pening. Demi mendapatkan kawibawan, kawidadan, kamulyan, kabagyan lan karaharjan.


Para sesepuh diundang oleh Raffles. Ahli cerita bernama Demang Joyo Sutopo dan Demang Joyo Suwignyo. Beliau termasuk pepundhen yang dihormati. Pintar cerita sejarah Kasultanan Demak Bintoro. 


Atas usul Demang Joyo Suprojo dari Susukan lantas ada proyek penting. 

Gubernur Jenderal Raffles mendengar dengan serius. Lantas dicatat sebagai bahan penyusunan buku History of Java. 


Kunjungan Raffesdi Susukan pada tanggal 14 Maret 1813 sangat penting. Dilakukan diskusi sejarah. Raden Patah dinobatkan menjadi Raja Kasultanan Demak Bintoro pada tahun 1478. Upacara penobatan dilakukan dengan prosesi ritual adat. Yaitu dengan tapa kungkum di perairan Rawa Pening. Para penerus Raden Patah juga menjalankan lelaku di Rawa Pening. Misalnya Adipati Unus, Sultan Trenggana, dan Sunan Prawata. 


Rawa Pening juga digunakan sebagai sarana tapa kungkum oleh Joko Tingkir pada tahun 1546. Setelah ritual tapa kungkum di Rawa Pening Joko Tingkir atau Mas Karebet dinobatkan sebagai raja Kasultanan Pajang. Dengan bergelar Kanjeng Sultan Hadiwijaya Kamidil Shah Alam Akbar Panetep Panatagama. Tata cara yang dilakukan oleh Joko Tingkir ini didampingi oleh Ki Ageng Banyubiru. 


Tata cara di Rawa Pening juga dilakukan oleh Ngabehi Loring Pasar atau Danang Sutawijaya pada tahun 1582. Saat dinobatkan sebagai raja Mataram, beliau terlebih dahulu melakukan tapa kungkum di Rawa Pening. Dengan didampingi oleh Ki Juru Martani. Raja Mataram ini bergelar Panembahan Senapati yang memerintah tahun 1582 – 1601. 


Gusti Raden Mas Suryadi pada tahun 1749 melakukan tapa kungkum di Rawa Pening. Putra mahkota raja Surakarta ini hendak dinobatkan sebagai Sinuwun Paku Buwana III. Tapa kungkum di Rawa Pening disertai oleh Tumenggung Honggowongso dari Kebumen. Jauh sebelum jadi raja Surakarta GRM Suryadi sudah akrab dengan lingkungan Rawa  Pening. 


Perjanjian Salatiga ditandatangani pada tanggal 17 Maret 1757. Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said secara resmi dilantik menjadi Kanjeng Gusti angeran Adipati Arya Mangkunegoro I. Beliau melakukan tapa kungkum di Rawa Pening tiap pertengahan bulan Sura. 


Kesempatan emas bagi warga Susukan saat berperan sebagai carik budaya. Catatan sejarah itu penting. Raffles bisa membuat keputusan dengan cepat dan tepat. Pertimbangan historis bisa mengarahkan pikiran lebih logis. Belajar sejarah menciptakan keputusan lebih terarah. 


Pegawai kota Salatiga berasal dari Genthan Susukan. Gubernur Jenderal Raffles mendapat pelajaran berharga. Pada tanggal 5 September 1812 Raffles datang ke Salatiga. Kota ini di bawah gunung Merbabu. Hawa sejuk. Bersama tim sekretaris, beliau betjalan ke arah selatan. Mampir Boyolali sambil menikmati soto seger. 


Umbul Cokro Pengging tempat siram jamas. Raffles sempat tapa kungkum. Dengan naik kuda menuju ke Paras Cepogo. Gunung Bibi dan Merapi tampak indah permai. 


Perjalanan budaya sampai Jatinom. Singgah di makam Ki Ageng Gribig. Di sana Raffles belajar upacara Ya Qowiyyu. Yaitu grebeg apem tiap tahun. 


Istirahat di Kraguman Jogonalan Klaten. Makan siang dengan suvuhan thengkleng sate. Penjualnya dari cethok Gantiwarno. Raffles begitu menikmati menu kuliner lokal.


Candi Prambanan berdiri kokoh mengagumkan. Bersama dengan candi Plaosan, Sojiwan, Roro Jonggrang, Ratu Boko dan Kalasan. Gubernur Jenderal Raffles mencatat sampai detail. Tim sekretaris bekerja secara profesional. 


Demang Purwoatmojo menemani kunjungan Raffles di kompleks candi Prambanan. Suguhan tersedia jadah, jenang, wajik. rengginang, opak puli. Dipentaskan pula sendratari dari seniman Manisrenggo dan Karangnongko. 


Pada tanggal 1 Maret 1813 Raffles datang ke Paremono Muntilan Magelang. Riset tentang Candi Borobudur dilakukan dengan saksama. Kawasan Temanggung, Wonosobo, Purbalingga, Banyumas, Kebumen Cilacap, Purworejo, Banjarnegara diperhatikan. Para sesepuh mendapat undangan resmi. 


Peristiwa sejarah terjadi. Pangeran Notokusumo diajak bicara. Rapat diadakan dengan data dan analisa memadai. Lengkap dan sempurna untuk ukuran kerja. 


Di sela sela kesibukan, ada undangan khusus. 

Kunjungan Raffles ke Susukan pada tanggal 14 Maret 1813. Demang Joyo Suprojo, Demang Joyo Suwignyo dan Demang Joyo Sutopo menyambut dengan penuh penghormatan. Pesta rakyat meriah sekali. Malam harinya pentas wayang purwa dengan lakon Wahyu Cakraningrat. 


Berdirinya Puro Pakualaman atas dasar perjanjian Tuntang. Yang ditanda tangani pada tanggal 17 Maret 1813. Pangeran Notokusumo ditetapkan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku  Alam I. Beliau juga melakukan tapa kungkum di perairan Rawa Pening. Malah sebelum upacara penobatan, tapa kungkum ini disertai pula oleh Gubernur Jendral Raffles. Demang Joyo Sutopo menjadi pemandu utama. 


Oleh karena tokoh kenamaan dari Inggris ini sedang menysun buku yang berjudul History of Java. Keputasan sejarah besar telah diambil. 


Dalam catatannya Raffles mencatat historiografi sejarah Semarang. Juga dicatat beragam peninggalan benda-benda purbakala. Seperti candi, petilasan, dan makam tokoh terkenal. Letak geografis yang meliputi gunung, sawah dan sungai dibahas secara jelas, lugas dan tuntas.


Beriringan dengan tapa kungkum di Rawa Pening, lelaku lainnya yaitu menjalankan tapa brata di gunung Telamaya dan gunung Merbabu. Di antra kaki Gunung Merbabu dan kaki Gunung Merapi yang berdiri berjajar, ada gunung kecil yang disebut dukuh Candhi. 


Jalannya menanjak hingga tiba di puncak. Disitu mereka melihat kuburan tanpa cungkup, hanya diteduhi pohon cempaka. Kuning putih bunganya bertaburan semerbak harum mewangi. Kuburan itu bercahaya menyinari alam sekitar. Menurut cerita orang-orang tua, itu makam raja Majapahit, Sang Prabu Brawijaya III.  


Di sebelah utara, terlihat air Rawa Pening luas, di tengah telaga terlihat pulau mengapung menurut tiupan angin, ke timur, barat, ke tengah ke utara serta ke selatan. Tidak ada tumbuh pohon kayu yang besar. Yang terlihat hanyalah rumput katang yang berwarna hijau menarik hati. 


Jaka Tingkir pernah bertapa di Gunung Telamaya, bermimpi kejatuhan bulan, bersamaan dengan bergetarnya gunung, bergemuruh suaranya sehingga kaget. Mimpi itu sangat baik, itulah raja mimpi. Ki Ageng Sela menyuruhnya untuk mengabdi pada Kanjeng Sultan Demak, disitulah tabir mimpi akan terkuak. Ki Ageng Sela meminta agar keturunannya besok diperbolehkan meneruskan wahyu.


Jaka Tingkir kemudian pergi ke Demak. Saat itu yang memerintah negara Demak adalah Putra Raden Trenggana, bernama Kanjeng Kanjeng Sultan Jimbun Pameksa. Jaka Tingkir telah lama mengabdi disana, dikasihi oleh raja serta diserahi tugas sebagai lurah tamtama. Jaka Tingkir diambil sebagi anak oleh raja serta diperbolehkan masuk istana. 


Raja berkehendak menambah perwira tamtama, tapi harus melalui pendadaran dengan menempeleng kepala kerbau hingga remuk. Ada seorang dari Kedu Pingit, bernama Dadungawuk. Wajahnya kaku, jelek dan dia sering menyombongkan kesaktiannya. Dia hendak mengabdi ke Demak sebagai tamtama. Dia sudah melapor kepada lurah Tamtama. Dadungawuk ditanya, apakah dia sanggup dicoba untuk ditusuk. 


Dia telah menyanggupinya. Jaka Tingkir mendekatinya serta menusukkan sadak di dada Dadungawuk dada pecah dan mati. Perwira tamtama yang ada di depan diperintahkan menusuknya dengan keris. Mayat Dadungawuk luka berat disekujur tubuhnya. Hal itu didengar oleh raja. Beliau marah sekali. Jaka Tingkir diusir dari negara Demak. Jaka Tingkir sangat kecewa mengingat kelakuannya sendiri. Di Gunung Kendeng, Jaka Tingkir bertemu dengan Ki Ageng Butuh. Warta sejarah Demak Pajang diperoleh Raffles dari Demang Surojo Teguh. Ahli Sejarah dan adat Istiadat ini berpengalaman dalam bidang kraton. Demang Joyo Suwignyo Duren selalu giat berkarya. 


B. Dokumentasi Seni Budaya Jawa. 


Pelatihan tentang dokumentasi seni budaya disertai warga dari sekitar Susukan. Istri Raffles bernama Olivia Mariamne. Beliau pernah belajar tari gambyong di Kedung Banteng Sragen. Berguru pada Nyi Sumiatun Renggokridho. Disertai oleh warga dari Pamotan. 


Tata cara adat Jawa dipelajari dengan tekun. Olivia Mariamne memang cantik, pintar, ramah, kaya raya, supel. Cocok mendampingi Gubernur Jenderal Raffles. Turut serta warga dari Ngonto Onto Tawang. 


Pernah datang ke Baturetno Wonogiri tahun 1813. Sekedar untuk kuliner sego thiwul  jangan lombok, lawuh tempe gembus bothok teri, geneman  simbokan. Nyonya Raffles makan siang lahap sekali. Ditemani oleh warga Deresan, Penoh dan Argomulyo. 


Warga Baki Sukoharjo sebagian diajak ke istana Bogor. Di sana bekerja sebagai juru masak. Dengan menu utama sego liwet. Warga Tawangsari dan Nguter bertugas membuat jamu. Dibantu oleh warga Duren, Timpek dan Tanggen. 


Betapa sedihnya ketika Nyonya Raffles meninggal dunia pada tanggal 26 Nopember 1814. Olivia Mariamne bersemayam di Buitenzoog Batavia. Beliau adalah Ratu Eropa yang memberi kenangan indah. 


Asisten Raffles yang berasal dari Susukan mengadakan tahlilan. Dipimpin oleh Demang Joyo Suprojo. Tahlilan untuk telung dinan dan pitung dinan. 


Pada tanggal 29 Januari 1819 Sir Thomas Stamford Bingley Raffles membangun pos perdagangan di Semenanjung Malaka. Daerah berkembang maju pesat. Kelak bernama Singapura. Hari Ulang Tahun Singapura diperingati tiap tanggal 6 Pebruari. Wilayah ini awalnya dikelola oleh perusahaan Hindia Timur Britania. 


Pada tahun 1820 Raffles datang ke Salatiga lagi. Di sini beliau melanjutkan riset sastra budaya. Dua asisten diajak. Yaitu John Crawfurd dan Colin Maakenzie. 


Peran warga Ketapang saat mencatat sejarah begitu penting. 

Belajar sejarah dengan tekun. Ki Ageng Banyubiru Penjaga Pusaka Kyai Nagasasra Sabuk Inten. Raja Demak menugaskan Ki Ageng Banyubiru untuk menjaga pusaka Kerajaan. Yaitu Keris Kyai Nagasasra Sabuk Inten. 


 Rawa Pening untuk Membasuh Sukerta Nirmala. Lelaku tapa kungkum Ki Ageng Banyubiru di Rawa Pening sudah dijalankan oleh para leluhur Jawa. Misalnya saja tokoh yang bernama Ki Ageng Pandanaran. Sejarah Kabupaten Semarang memiliki posisi strategis dalam kancah peradaban Jawa. 


Pendiri Semarang bernama Ki Ageng Pandanaran merupakan keturunan Kasultanan Demak yang berkepribadian paripurna. Di kalangan Kejawen beliau juga dikenal dengan gelar Sunan Tembayat. Ki Ageng Pandanaran  tampil sebagai pemimpin yang waskitha ngerti sakdurunge winarah.


Tokoh penting dari Semarang yaitu Kanjeng Ratu Wetan, cucu Pangeran Benowo Pajang. Beliau menjadi garwa prameswari Sinuwun Amangkurat Tegalarum, yang menurunkan Gusti Raden Mas Drajad. Kelak bergelar Sinuwun Paku Buwana I, raja Mataram yang beribukota di Kartasura. Garis keturunan Semarang ini melahirkan raja Jawa, trah kusuma rembesing madu. Darah Semarang menurunkan raja raja Jawa. 


Kedudukan Kabupaten Semarang yang menjadi sentral historis, politis, sosiologis dan ekonomis cukup diperhitungkan dalam kancah diplomasi kenegaraan di Asia Tenggara. Generasi muda perlu mengetahui seluk beluk sejarah lokal, demi menatap masa depan yang lebih gemilang.


Bakat kepemimpinan para pendiri Kabupaten Semarang hendaknya ditelusuri perjalanan sejarahnya. Sunan Pandanaran adalah putra Pati Unus. Jadi Pandhanaran masih cucu Raden Patah, raja Demak Bintara. Beliau mendirikan Kabupaten Semarang pada tanggal 12 Rabiul Awal 927 H atau 15 Maret 1521. Nama kecil Pandhanaran yaitu Made Pandan. Karena besar jasanya dalam menyiarkan agama, lantas orang memberi sebutan Sunan Pandhanaran.


Kepribadian Ki Ageng Pandanaran dalam mengelola Kabupaten Semarang dipengaruhi oleh faktor historis, sosiologis, filosofis dan theologis. Faktor historis terkait dengan leluhur Ki Ageng Pandanaran yang masih keturunan Kraton Demak dan Majapahit. Watak kenegarawanan dibentuk oleh tradisi yang selalu labuh labet marang praja.


Faktor sosiologis Ki Ageng Pandanaran terkait dengan letak Semarang yang kosmopolis. Sepanjang pantai utara tanah Jawa menjadi tempat pelabuhan pelayaran dan perdagangan. Tentu saja Semarang menjadi kawasan yang memiliki nilai jual secara ekonomis. Contoh yang nyata adalah industri mebel yang terkenal di Jepara. Kerajinan kayu jati memunculkan orang kaya seperti Sunan Hadirin. Bersama dengan Kanjeng Ratu Kalinyamat, Sunan Hadirin berhasil membangun kerajaan bisnis. Beliau tampil sebagai donatur kraton Demak dan kraton Pajang.


Pemikiran filosofis Ki Ageng Pandanaran banyak dipengaruhi oleh ajaran Hindu, Budha dan Islam yang amat selaras. Praktek theologis dengan pendekatan akulturasi budaya membuat Ki Ageng Pandanaran menjadi penyebar agama Islam diterima oleh semua kalangan. Maklum Ki Ageng Pandanaran merupakan murid kesayangan Kanjeng Sunan Kalijaga.


Tampil sebagai ulama dan umara setelah berguru kepada Sunan Kalijaga. Sebelumnya Adipati Pandanaran diberi ujian berupa kekayaan emas. Ternyata Adipati Pandanaran lulus ujian.


Sunan Kalijaga menyuruh pergi ke Gunung Jabalkat. Letaknya sebelah selatan kota Klaten, yaitu daerah Bayat. Ditengah jalan Sunan Pandanaran bertemu dengan begal yang mencoba merampas harta benda istrinya. Begal yang merampok itu bernama Sambang Dalan. Dikutuk berubah menjadi seekor domba. Ketika perampok itu menjadi murid Ki Ageng Pandanaran namanya adalah Syekh Domba.


Selama tinggal di Gunung Jabalkat, Ki Ageng Pandanaran menjadi pelopor hidup gotong royong atau tembayatan. Maka daerah Ki Ageng Pandanaran disebut Tembayat. Berkat jasanya ini maka masyarakat selalu meneladani. Setelah wafat dimakamkan di bukit Cakra Kembang Desa Paseban kecamatan Bayat Klaten Jawa Tengah. Pusaka warisan Ki Ageng Pandanaran tiap Sura dijamas yaitu Tombak Ki Ageng Bayu dan Tombak Trisula.


Keterangan historis ini diperoleh Raffles dari juru kunci dan sesepuh masyarakat. Dengan tekun Raffles mencatat tiap tutur kata. Asisten yang berasal dari Tawang siap sedia. 


C. Pencatatan Peristiwa Adat Budaya. 


Warga Duren terus berperan. Catatan Raffles memang lengkap. Misalnya tentang kisah Ki Ageng Banyubiru sebagai Juru Kunci Pereng Merbabu. Rawa Pening Sebagai Penyeimbang Alam. Ki Ageng Banyubiru bertugas sebagai juru kunci. 


Dengan sipat kandel pusaka Kyai Nagasasra Sabuk Inten. Lingkungan Rawa Pening terdiri dari perairan yang berlimpah ruah. Cocok digunakan sebagai sarana irigasi. Tanaman tumbuh subur, warga masyarakat hidpnya bertambah makmur. Para Bupati Semarang memelihara lingkungan dengan cermat, hemat dan bersahaja. 


1. Ki Ageng Pandhanaran 1521 – 1553. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sultan Trenggana Raja Demak.


2. Pangeran Ketib 1553 – 1586. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sultan Hadiwijaya Raja Pajang.


3. Pangeran Menggala 1586 – 1589. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Panembahan Senopati Raja Mataram Kota Gedhe.


4. Pangeran Nayamerta 1589 – 1605. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Panembahan Senopati Raja Mataram Kota Gedhe.


5. Pangeran Arya Wangsa 1605 – 1620. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Prabu Hadi Anyakrawati Raja Mataram Kota Gedhe.


6. Pangeran Khalifah 1620 – 1648. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sultan Agung Raja Mataram Pleret.


7. Tumenggung Tambi 1648 - 1659. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Amangkurat Agung Raja Mataram Pleret.


8. Tumenggung Yudonegoro 1659 – 1679. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Amangkurat Agung Raja Mataram Pleret.


9. Tumenggung Mertoyudo 1679 – 1709. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Amangkurat Amral Raja Mataram Kartasura.


10. Tumenggung Astroyudo 1709 – 1723. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana I Raja Mataram Kartasura.


11. Tumenggung Surohadimenggolo I 1723 – 1734. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Amangkurat Jawi Raja Mataram Kartasura.


12. Tumenggung Surohadimenggolo II 1734 – 1742. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana II Raja Mataram Kartasura.


13. Tumenggung Surohadimenggolo III 1742 – 1751. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana II Raja Mataram Surakarta.


14. Tumenggung Surohadimenggolo IV 1751 – 1779. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana III Raja Mataram Surakarta.


15. Tumenggung Surohadimenggolo V 1779 – 1803. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IV Raja Mataram Surakarta.


16. Tumenggung Surohadimenggolo VI 1803 – 1822. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IV Raja Mataram Surakarta.


17. Tumenggung Surahadiningrat 1822 – 1836. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana V Raja Mataram Surakarta.


18. Tumenggung Reksonegoro 1836 – 1849. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana VII Raja Mataram Surakarta.


19. Tumenggung Suryakusumo 1849 – 1869. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana VII Raja Mataram Surakarta.


20. Tumenggung Reksodirjo 1869 – 1883. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IX Raja Mataram Surakarta.


21. Tumenggung Purbaningrat 1883 – 1912. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IX Raja Mataram Surakarta.


22. Tumenggung Tjokrodipuro 1912 – 1927. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana X Raja Mataram Surakarta.


23. Tumenggung Subijono 1927 – 1940. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana X Raja Mataram Surakarta.


24. RM Amin Sujitno 1940 – 1943. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana XI Raja Mataram Surakarta. Keadaan menjadi tegang pada masa pemerintahan pendudukan Jepang. 


25. RMAA Soekarman Mertohadinegoro 1943 – 1945. Dilantik pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana XI Raja Mataram Surakarta.


26. R Soedijono Taroena Koesoemo 1945 – 1946. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Awal kemerdekaan masih banyak hal yang perlu dibenahi. 


27. M Soemardjito Prijohadisoebroto 1946 – 1949. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


28. RM Condronegoro 1949. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Pemerintahan disibukkan oleh perang kemerdekaan. 


29. M. Soemardjito Prijohadisoebroto 1949 – 1952. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Pasca perang kemerdekaan, kehidupan normal kembali. 


30. R. Oetoyo Kusumo 1952 – 1956. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Pemimpin dan rakyat saling membantu. 


31. Drs. Iswarto 1969 – 1979. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pembangunan segala bidang sangat gencar dilakukan. 


32. Ir. Soesmono Martosiswojo 1979 – 1985. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Suasana yang kondusif memperlancar proses pembangunan. 


33. Drs. Sardjono 1985 – 1987. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pertanian, perkebunan dan peternakan berkembang pesat. 


34. Drs. Hartomo 1987 – 1992. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kesejahteraan rakyat menjadi program utama. 


35. Drs. Sudijatno 1992 – 1999. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kepemimpinan periode ini mengalami masa transisi reformasi. 


36. H. Bambang Guritno, S.E., M.M. 1999 – 2006. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Didampingi Wakil Bupati Ir HM Tamzil (2000 - 2003) dan Wakil Bupati Hj. Siti Ambar Fathonah (2005 - 2006). Kekompakan ditunjukkan dengan kerja keras. 


37. Hj. Siti Ambar Fathonah, S.PdI 2006 – 2010. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pimpinan daerah senantiasa membawa kesejukan dan kedamaian. 


38. Dr. H. Mundjirin ES, Sp.OG 2010 – 2015. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Didampingi Wakil Bupati Ir. Warnadi, MM. Pimpinan pada periode ini selalu berpihak pada rakyat agar sejahtera lahir batin. 


39. Dr. H. Mundjirin ES, Sp.OG 2015 – 2020. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Didampingi Wakil Bupati Ngesti Nugraha, SH. Kepemimpinan periode ini cukup banyak bermanfaat bagi rakyat. 


40. Ngesti Nugraha, SH  terpilih sebagai bupati Semarang untuk periode 2021 – 2024. Didampingi Wakil Bupati M. Basari.


Pemimpin yang sembada wirotama. Daftar bupati Semarang sebelum tahun 1945 tertulis secara jelas dalam kitab Jawa Kuna yang tersimpan dalam perpustakaan Reksa Pustaka Kraton Surakarta Hadiningrat. Buku-buku literatur kuna tersebut tertulis dalam bahasa Jawa Kawi. Literatur warisan nenek moyang tersebut perlu dibaca, dikaji dan dihayati demi pengembangan ilmu  pengetahuan. Kabupaten Semarang menjadi pusat pengkajian kawruh kasampurnan. 


Simpang Lima


Simpang Lima Riya lapangan Pancasila, 

Semarang ngumandhang pranyata serbaguna, 

Swasana rame rakyat gedhe atine, 

Ing Jawa Tengah kabeh padha ambangun, 

Jroning kutha tekan desa ngadesa, saben dina minulya, 

Simpang Lima piguna upacara keperluan umum, 

Simpang Lima Riya ing kutha Semarang 


Keindahan kota Semarang dibuat deskripsi oleh Ki Narto Sabdo dengan begitu indah dan memikat. Unsur seni dan sosial berpadu dengan cukup selaras. Kawasan simpang lima menjadi topik sentral. Banyak tokoh yang turut serta menjaga keindahan kota Semarang.


Goyang Semarang


Klintong-klintong numpak andhong, 

Ngebel klingkong-klingkong, 

Grayah-grayah sake kothong kanthong bolong-bolong, 

Akhike ngadhang adhendhang goyang Semarang, 

Iringane bonang kendhang rebab gambang, 

Ilang samar atiku ora sumelang, 

Ora cemplang ngumandhang goyang Semarang. 


Lagu populer di Semarang ini menggambarkan suasana perkotaan dengan sentuhan andhong tradisional. Ternyata kehidupan modern dapat beriringan dengan situasi yang berbau klasik. Dengan demikian modernitas tetap hidup berdampingan dengan tradisi. Ki Narto Sabdo telah melambungkan nama Semarang. Banyak tokoh yang aktif, memajukan wilayah Semarang.


Rawa Pening melancarkan jalannya kehidupan. Dalam laku batiniah Rawa Pening digunakan untuk tapa kungkum. Dalam laku lahiriah Rawa Pening digunakan sebagai sarana pengairan untuk memperlancar pertanian. Oleh karena itu Rawa Pening telah membawa kemakmuran.


Ki Ageng Banyubiru mengasuh Joko Tingkir. Bersama dengan Ki Ageng Sela, Ki Ageng Karanglo, Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Pringapus dan guru Kejawen lain, Joko Tingkir diasuh menjadi pribadi yang tangguh wutuh sepuh ampuh.


Sir Thomas Stamford Bingley Raffles mencatat dengan cermat. Kumpulan tulis meliputi gamelan, wayang, tradisi, adat istiadat, candi. Buku itu berjudul History of Java.


Candi Borobudur diteliti. Candi Prambanan dikaji. Dua candi unggul ini dipugar, dirawat dan dilestarikan. Tersedia biaya yang berlimpah ruah.


Tanaman tumbuh menghijau. Lantas ditulis untuk dijadikan ensiklopedi. Binatang dibuat klasifikasi. Kumpulan tulisan dibukukan. Dengan judul Zoological Society of London tahun 1817.


Bapak Singapura ini terkenal di seluruh Asia Tenggara. Ada Raffles Junior College, Raffles Institution, Raffles City. Nama hatim digunakan untuk penghormatan.


Pemimpin Asia Tenggara ini menulis kenangan indah. Buku berjudul History of The Indian Achipelago. Untuk Indonesia dikenal Rafflesia Arnold atau padma agung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SARASEHAN PUSAKA BEDAYA KETAWANG

Macapat Mahargya Dr Sudarmaji M.Pd.

SUGENG RIYADI IDUL FITRI.