WAYANG TRADISI SURA KRATON SURAKARTA

 WAYANG TRADISI SURA KRATON SURAKARTA

 


Oleh :
Dr Purwadi SS M.Hum.
Ketua LOKANTARA, Lembaga Olah Kajian Nusantara.
Hp 087864404347


Kraton Surakarta Hadiningrat menyelenggarakan pagelaran wayang purwa. Tiap tanggal 10 Sura ritual wayang digelar dengan paugeran tata cara adat. Kali pelaksanaan pada hari Jumat Wage tanggal 28 Juli 2023. Abdi dalem, sentana dan pangageng hadir jangkep genep.


Pangageng Sasana Wilapa, GKR Dra Koes Moertiyah Wandansari M.Pd membuka acara. Dimulai dengan wilujengan. Abdi dalem ulama membaca doa. Bertempat di bangsal smarakata. Papan untuk gladhen seni dan paring ganjaran. Tumpeng sesaji dupa menyertai tata cara wilujengan.


Turut mendampingi KGPH Mangkubumi, putra mahkota Kraton Surakarta. Sentana duduk lesehan. Abdi dalem membantu kelancaran pagelaran wayang. Ruangan dalam smarakata sungguh indah megah mewah. Langit langit tertata rapi. Lampu kerlap kerlip sesuai dengan suasana. Cocok sekali untuk mat matan wayang gagrag lawasan.


Gamelan Kyai Sukasih dan Kyai Mangunsih berkumandang merdu. Wayang kagungan dalem yang digunakan adalah Kyai Mangu. Pusaka Kraton Surakarta ini dianggap sakral. Digelarnya Kyai Mangu agar masyarakat selamat sejahtera lahir batin.


Menurut wayah dalem Sinuwun Paku Buwana XII, BRAy. Arum Kusumo Pradapa, pentas wayang pusaka ini mengikuti tradisi leluhur. Selaku dalang seorang abdi dalem yang bernama RT Notoadipuro S.Sn MA. Alumni ISI Surakarta ini mengabdi di Kraton Surakarta bagian kesenian. Kerap bertugas ngesis wayang di sasana handrawina.


Pengrawit yang bertugas berbusana kejawen. Beskap putih, blangkon, samir, sabuk wala stagen, nyamping, keris gayaman. Saat bertugas memakai gajah oling, yakni melati rinonce yang diselipkan di telinga sebelah kiri.


Lakon Cakranagara ditandai dengan penyerahan wayang. Tokoh Arjuna diserahkan KGPH Mangkubumi kepada dalang. Gendhing mugi rahayu mengiringi, dengan harapan kawula semuanya mendapat keselamatan.


Turut hadir abdi dalem pakasa yang berasal Boyolali, Klaten, Wonogiri, Semarang, Salatiga, Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Ngawi, Purwodadi, Yogyakarta dan Ponorogo. Mangayu bagya wulan Sura dengan seni edi peni, budaya adi luhung. Gelar seni budaya Kraton mesti menggunakan pakem baku.


Iringan gamelan hanya laras slendro. Tidak ada bonang. Iringan diutamakan gendhing yang halus. Renungan untuk wulan Sura jelas memerlukan situasi kontemplatif. Nilai etis filosofis Jawa disajikan dalam bentuk seni yang penuh perlambang.


Gendhing ayak ayak mengantar dalang menuju panggung. Dr Joko Daryanto M.Pd abdi dalem mandra budaya. Setia dan aktif menjalankan tugas kesenian. Dhedhep tidhem premanem, hening bening sunyi senyap penuh makna spiritual. Tepat untuk mbabar wulangan wejangan wedharan.


Jejer Dwarawati diiringi ladrang karawitan. Janturan negeri yang menyebutkan harapan masyarakat yang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja.


Suluk pathet nem, ada ada girisa memberi pengantar. Catur antawacana dengan tema Sembadra murca. Pembesar Dwarawati yang dipimpin Prabu Kresna berdialog dengan Patih Udawa. Raden Setiaki mendampingi. Prabu Baladewa raja Mandura rawuh. Suasana menjadi nggayeng regeng seneng.


Ayak ayak panjangmas menandai bubaran. Adegan gapuran dengan wujud wayang mirunggan. Dilanjutkan dengan adegan kedhatonan.


Limbuk Cangik tampil gumyak sigrak. Jineman kembang alang alang terasa nyaman aman. Komunikasi kontemporer berisi informasi masa kini. Dalang memang ngudal piwulang. Lampu bencong terang benderang memberi pencerahan.


Kelir dipasang rapi mrebawani. Simpingan kanan kiri dilengkapi payung. Lambang pengayoman buat jagad sekalir. Dunia makin ayu hayu rahayu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SARASEHAN PUSAKA BEDAYA KETAWANG

Macapat Mahargya Dr Sudarmaji M.Pd.

SUGENG RIYADI IDUL FITRI.