PESANGGRAHAN PANDHAN WILIS TEMPAT PENGAJARAN ILMU KEJAWEN
PESANGGRAHAN PANDHAN WILIS TEMPAT PENGAJARAN ILMU KEJAWEN
Oleh Dr Purwadi M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA Hp 087864404347
A. Wejangan Kawruh Kasampurnan
Kerajaan Pajang berdiri tanggal 24 Juli 1546. Rajanya bernama Joko Tingkir atau Mas Karebet. Bergelar Sri Sultan Hadiwijaya Kamidil Jimbun Sirullah Syah Alam Akbar. Narendra gung binathara mbahu dhendha nyakrawati, ambeg adil para marta, ber budi bawa laksana, memayu hayuning bawana.
Kiprah Wong Nganjuk dalam sejarah ini membangun Pesanggrahan Pandhan Wilis. Pernah digunakan untuk pengajaran ilmu kasampurnan. Syekh Siti Jenar memberi wejangan kawruh sangkan paraning dumadi.
Asma kinarya japa. Nama beserta dengan doa harapan. Pada masa mendatang terwujud suasana gemilang. Nganjuk memiliki makna yang pantas direnungkan.
Kata Nganjuk berasal dari singkatan mangan karo ngunjuk. Berarti daerah Nganjuk tersedia panganan dan unjukan yang berlimpah ruah. Cukup sandang pangan papan, gemah ripah loh jinawi.
Loh subur kang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinuku. Wajar sekali karena wilayah Nganjuk dikelilingi gunung Renteng, gunung Pandhan, gunung Wilis. Dari gunung gunung yang indah ini mancur sumber air yang mengalir lewat Kali Widas dan Kali Brantas.
Kali Widas mengalir di arah utara kota. Ke timur bergabung dengan Kali Brantas yang melewati daerah Kertosono dan Patihanrowo. Irigasi yang berguna untuk pertanian, perkebunan dan perikanan.
Ki Panut Darmoko membuat syair lelagon yang berjudul Nganjuk Mranani. Berisi tentang keindahan gunung Wilis yang memiliki pesona air terjun grojogan Sedhudho.
Lagu Nganjuk Mranani.
Kutha cilik sangisore gunung Wilis.
Iku pantes dadi pacang kramaning pra turis.
Yo kanca neng Sedhudho ing perenging arga.
Lelumban lan byur byuran weh bagase raga.
Rampung njajan nginep neng pesanggrahan.
Wis mesthi kepranan nyawang kaendahan.
Ja lali ja keri kutha Nganjuk mranani.
Alas lan gunung tampak indah permai. Persawahan yang luas dan subur ini menandakan Wong Nganjuk aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan. Sementara daerah gunung Wilis cocok untuk kebun teh, kopi, jeruk, pisang, pepaya, manggis.
Sedangkan wilayah lereng gunung Pandan dan gunung Renteng terdapat hektaran hutan jati bermutu tinggi. Padi gogo yang gurih enak tumbuh dengan baik.
Wadhuk Kedhung Bening dam dam Glathik berair jernih bersih, bening kinclong kinclong. Air mengalir melalui kali Widas. Mata air bersumber dari kaki gunung Pandhan.
Lagu Kali Bening.
Kali bening saperenging gunung Pandhan.
Iku dadi srana kacukupan sandhang pangan.
Ngocori sabin sabin saelore kutha.
Mesthi agawe pengin wong sing padha teka.
Sumur kompor ing ngendi endi ana.
Tandur tandur subur bisa gawe makmur.
Ja lali ja keri kutha Nganjuk ngenteni.
Kecamatan Wilangan, Bagor, Rejoso mendapat pengairan dari Kali Bening dan dam Glathik. Padi, kedhele, brambang dan jagung ditanam sesuai dengan jadwal musim.
Hidup pula satwa aneka burung: ada perkutut, penthet, jalak oren, jalak penyu, glathik, jekithut, sribombok, bethet, manyar, emprit, brija, derkuku. Suara kung dan oceh ocehannya nyaring. Nganjuk memiliki kekayaan alam yang mengagumkan.
Lagu Jago Kluruk.
Ing wayah esuk jagone kluruk,
Rame swarane pating kemruyuk, adhuh senenge sedulur tani,
Beberengan padha nandur pati.
Srengenge nyunar ngulon parane,
Manuke ngoceh ana wit witan,
Pating cemruwit seneng atine,
Tambah asri donya saisine.
Gambaran tentang kehidupan wong desa di Nganjuk cocok benar. Apalagi Nyi Sumiati waranggana tayub ternama, begitu mengagumkan. Beliau berasal dari desa kecamatan Tempuran Ngluyu.
Setiap ada perjalanan sejarah, wong Nganjuk selalu berperan serta untuk ikut menyumbang tenaga dan pikiran atau cancut tali wanda, sesumbang udhu bau suku.
B. Pasok Bulu Bekti.
Kadar kesetiaan wong Nganjuk amat tinggi. Demi kepentingan nusa bangsa, wong Nganjuk siap untuk caos bulu bekti. Berupa peni peni raja peni, guru bakal guru dadi, mas picis raja brana.
Pada jaman Kerajaan Medang Kamulan orang Nganjuk mulai belajar menulis dan membaca huruf Jawa. Prabu Ajisaka memberi pelajaran kepada orang Nganjuk, tahun 13 Saka supaya dapat menggunakan aksara Jawa untuk membangun peradaban.
Tempat belajarnya di pendopo Bledeg Kuwu, Purwodadi, wilayah kerajaan Medang Kamulan. Kitab Mahabarata dan Adiparwa ditulis dengan menggunakan aksara Jawa. Sampai sekarang wong Nganjuk gemar nonton dan nanggap wayang.
Bagi wong Nganjuk wayang merupakan sarana tontonan tuntunan tatanan. Ki Panut Darmoko, Ki Hardjunadi dan Ki Suwadji telah berdarma bakti lewat seni pedalangan.
Amemangun karyenak tyasing sasama. Kecukupan logistik sandang pangan papan menyebabkan wong Nganjuk bisa menyumbang kepada sesama. Pembangunan candi Borobudur dan Prambanan tak lepas dari peranan wong Nganjuk. Warga Ngetos dan Candirejo sejak dulu trampil dalam bidang pertukangan. Mereka ahli menata bangunan batu. Atas undangan Raja Syaelendra tahun 746 Masehi, wong Nganjuk dipercaya turut membangun candi Borobudur.
Empat jiwa tukang dari Nganjuk itu bernama Ponijo, Wagiran, Paidi dan Tugimin. Utusan dari wilayah Nganjuk giat bekerja. Kerajaan Mataram Dulangmas memberi penghargaan kepada tukang dari Ngetos dan Candirejo. Hubungan Mataram dengan Nganjuk semakin erat, setelah Raja Syaelendra memberi gamelan laras slendro pada orang Loceret.
Itulah awal wong Loceret memiliki kemahiran membuat industri gamelan. Warga Loceret Nganjuk trampil dalam bidang metalurgi. Tahu jenis wesi mangangkang, wesi balitung, wesi purasani.
Prestasi gemilang ditunjukkan wong Nganjuk pada tahun 1051. Tokoh Nganjuk bernama Darmo Pamujo dipercaya oleh Prabu Airlangga untuk menjadi tim penyusunan Kitab Kakawin Arjuna Wiwaha yang dipimpin oleh Empu Kanwa. Cerita ini disebut lakon begawan Ciptawening.
Kerajaan Kahuripan mengangkat Darmo Pamujo untuk menulis adegan Kahyangan Junggring Salaka. Empu Kanwa merasa senang karena Darmo Pamujo orangnya tekun, rendah hati, ramah dan ahli sastra. Maklum Darmo Pamujo yang tinggal di Ploso itu mahir main gamelan dan wayang. Order tanggapannya semakin laris manis.
Wanita Nganjuk pun tampil cukup mengagumkan. Pada tahun 1235 Ken Dedes, permaisuri raja Singosari siram jamas di Grojogan Sedudo. Istirahat di Ngliman Sawahsn dan Ngetos. Turut mendampingi yaitu Nunuk Lestari dari Ngrajeg Karangsemi Tanjunganom. Nunuk Lestari terkenal sebagai juru sumbaga atau pakar tata rias.
Nunuk Lestari pintar njoged tari gambyong, ngadi salira dan ngadi busana. Begitu terpikatnya maka Narpa Dwita kerajaan Singosari mengajak bekerja di kota Malang. Di sana Ken Dedes memberi kepercayaan pada Nunuk Lestari sebagai Ketua taman Keputren Singasari.
Dunia terus bergerak. Sampailah pada saatnya Prabu Joyoboyo membaca tanda tanda jaman. Jamari dari Watudandang Prambon diangkat sebagai asisten raja Kediri.
Prabu Joyoboyo raja Kediri ini adalah narendra gung binathara, yang waskitha ngerti sakdurunge winarah. Dalam menjalankan tugas, prabu Joyoboyo dibantu oleh carik kinasih. Namanya Ki Joyo Suparto dari Warujayeng. Pada tahun 1273 Ki Joyo Suparto mengikuti Prabu Joyoboyo ke kali Kedungaron untuk melakukan topo broto. Joyo Suparto di Nganjuk ini menjadi abdi dalem setia di kerajaan Kediri yang beribukota di Dahono Puro.
Dalam lintasan sejarah Kerajaan Majapahit, tenaga dan pikiran wong Nganjuk selalu diperhitungkan. Patih Gajahmada kerap menjalankan lelaku di Ngliman. Sumpah Palapa yang diucapkan Patih Gajahmada merupakan inspirasi dari lereng gunung Wilis. Turut menyertai Patih Gajahmada yaitu Kyai Wasito Jati, yang berasal dari Bagor. Adanya desa Mojorembun itu yang memberi nama juga Patih Gajahmada.
Saat itu Gajahmada mampir untuk kembul bujana andrawina dan wilujengan. Patih Majapahit cocok dengan suguhan sega pecel untuk sarapan pagi.
Waktu siang Gajah Mada suka sega pari genjah. Dengan jangan asem, lawuh rempeyek, tempe goreng dan sambel korek. Orang Alastuwo, Banaran, Ngreco, Setren, Sidokare, Jatikampir, Ngadiboyo, Basri, Turi hadir untuk rewang. Maklum untuk menghormati tamu agung.
Gajah Mada bangga hati. Beliau berjalan menuju Bedander Bojonegoro. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1350. Pada masa kejayaan kraton Majapahit wong Nganjuk selalu caos glondhong pangareng areng. Tanda setia untuk negara.
Dhandhanggula
Yogyanira kang para prajurit.
Lamun bisa sira anulada.
Duking nguni caritane.
Andelira sang Prabu.
Sasrabahu ing Maespati.
Aran Patih Suwanda.
Lelabuhanipun.
Kang ginelung tri prakara.
Guna kaya purune den antebi.
Nuhoni trah utama.
Sadar bela negara itu dikutip dari Serat Tripama, karya Sri Mangkunegara IV. Nyi Triyanti sering melantunkan tembang yang berisi pitutur luhur.
C. Berguru Pada Wali Sanga.
Wali Sanga dijadikan guru oleh sebagian besar wong Nganjuk. Terutama Kanjeng Sunan Kalijaga. Arab digarap, Jawa digawa.
Pada jaman Kasultanan Bintoro tahun 1478 orang Prambon dan Patianrowo Nganjuk banyak yang belajar agama di Peguron Kadilangu. Mereka ngangsu kawruh kepada Kanjeng Sunan Kalijogo. Guru suci Tanah Jawi ini mengajari ngelmu sangkan paraning dumadi, satataning panembah dan manunggaling kawula Gusti.
Berguru kepada Wali Sanga di Masjid Agung Demak sebagai bekal kehidupan sejati. Kadang kadang juga diberi wejangan ngelmu kanuragan guno kasantikan.
Kasultanan Pajang yang dipimpin oleh Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya tanggal 24 Juli 1546 cukup mengesankan buat warga Nganjuk yang berasal dari Rejoso, Gondang, Jatikalen, Kertosono. Sebetulnya para pejabat lurah, camat, wedana dan pembesar di Nganjuk saat ini masih keturunan Joko Tingkir.
Mereka umumnya memiliki sifat momong, momor, momot, yaitu persuasif, komunikatif dan akomodatif. Dalam berbagai pentas kerap terdengar alunan tembang.
Megatruh.
Sigra milir sang gethek sinangga bajul.
Kawan dasa kang njageni.
Ing ngarsa miwah ing pungkur.
Tanapi ing kanan kering.
Sang gethek lampahnya alon.
Prahu gethek yang membawa Joko Tingkir menuju Demak ini tertulis dalam Babad Tanah Jawi. Berakit rakit ke hulu, betenang renang ke tepian.
Bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian.
Wong Nganjuk percaya bahwa kepemimpinan pasti terkait dengan gen asal usul, trahing kusuma rembesing madu, wijining atapa, tedhaking andana warih.
Kerajaan Mataram menjadi babak baru bagi Wong Nganjuk. Setiap kali ada pagelaran wayang, wong Nganjuk selalu mengumandangkan sinom parijatha.
Mereka mengutip syair penting.
nulada laku utama, tumraping wong tanah Jawi, wong agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senopati.
Bagi wong Nganjuk Panembahan Senopati amat populer. Sejak menjabat raja Mataram tahun 1575 – 1601 ini, keteladanan dan keutamaannya menjadi rujukan wong wong Nganjuk. Hidup di dunia ini sebaiknya amemangun karyenak tyasing sesama.
D. Darma Bakti pada Nusa Bangsa.
Dalam pagelaran wayang kerap dilantunkan gendhing gula klapa. Bait syairnya berbunyi budi luhur kulinakna, watak asor singkirana. Pitutur luhur ini dihayati benar oleh segala lapisan sosial.
Bagi masyarakat Jawa, pendapa kabupaten masih dianggap sakral. Mendapat undangan dari Kanjeng Ndoro Bupati merupakan kebanggaan karena tak semua orang bisa memperoleh.
Peparing dari bupati dianggap sebagai beja kemayangan, seperti ketiban wahyu keprabon.
Jasmerah, jangan sekali kali melupakan sejarah. Orang Nganjuk diharapkan selalu eling marang bibit kawitane. Secara kronologis Kabupaten Nganjuk pernah diperintah oleh kerajaan Medang, Kahuripan, Doho, Jenggolo, Singosari, Majapahit, Demak dan Mataram. Karena letaknya jauh dari ibukota, maka dinamika pembangunan teritorial kurang dominan.
Cuma dapat rembesan saja. Itu pun sudah beruntung dan luwung. Dalam perancangan dan pengambilan keputusan jelas tidak dilibatkan sehingga tidak ikut panen hasilnya.
Kabupaten Nganjuk secara geografis bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian: perkotaan, pedesaan dan pegunungan. Wilayah perkotaan ditandai dengan adanya kantor bupati, alun alun, masjid agung, pasar dan deretan toko yang menjadi pusat bisnis.
Kanan kiri kawasan ini merupakan pemukiman penduduk yang tertata rapi. Dari gaya bangunan rumahnya, bisa ditebak penghuninya adalah kelas menengah yang mempunyai penghasilan lumayan tinggi.
Alat dan kendaraan yang dimiliki sudah menunjukkan sosial ekonomi mapan. Orang desa menyebut mereka kelompok priyayi dan ndoro.
Maca owah gingsire jaman. Alun alun termasuk sarana umum yang menjadi kebanggaan bersama. Pagi, sore, siang dan malam selalu ramai untuk ngenggar-enggar penggalih, sambil jajan aneka panganan dan minuman, cenil, samplok, nagasari, gethuk, ketan, gandhos, mendut dan utri. Para bakul amat cekatan dan ramah melayani pembeli.
Ketika malam mulai larut, bakul sego pecel telaten jagongan bersama pelanggannya. Krupuk, rempeyek, tempe dan tahu berbaur dengan kuluban kembang turi, capar dan godhong tela. Begitulah rutinitas kota Nganjuk sehari hari.
Desa mawa cara, negara mawa tata. Berbeda dengan wilayah perkotaan, suasana pedesaan memang agak tenang dan sepi. Sawah dan tanduran merupakan hiasan utama.
Kadang kadang tampak ternak sapi dan kambing. Di tengah-tengah pemukiman biasa dijumpai ayam yang berkeliaran. Dari segi sosial ekonomi, kehidupan orang desa Nganjuk boleh dikatakan masih perlu perhatian.
Lapangan kerja yang monoton membuat para muda mudinya pergi merantau untuk mengadu nasib. Rupa rupanya mereka kurang tertarik untuk berkarir di desanya. Kemungkinan besar ketrampilan mereka tidak bisa diterapkan di kampung halamannya. Mereka perlu wadah baru, supaya keinginannya bisa di kampung. Kayaknya hanya kota besar yang cocok buat kehidupan mereka. Tata lahir amakarti, jroning batin angesthi Gusti.
Tata praja
Tata praja diatur sesuai dengan paugeran kang utama. Perjalanan sejarah keberadaan Kabupaten Berbek sebagai cikal bakal Kabupaten Nganjuk sekarang ini. Dikatakan cikal bakal oleh karena ternyata kemudian bahwa alur sejarah keberadaan Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek di bawah kepemimpinan Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokoesoemo I.
Pada masa pemerintahan beliau telah dapat diselesaikan sebuah bangunan Masjid kuno yang bercorak Hinduistis disebut Masjid Yoni Al Mubarok. Agama ageming aji.
Setelah Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokoesoemo I meninggal dunia pada tahun 1760, sebagai penggantinya adalah Raden Tumenggung Sosrodirdjo tahun 1811. Kemudian Bupati Berbek dijabat Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokoesoemo II. Kanjeng Adipati menggunakan etika kekuasaan sesuai dengan tuntunan sastra piwulang. Beliau punya hubungan yang erat dengan Raden Ajeng Sukaptinah, garwa prameswari Sri Susuhunan Paku Buwana IV.
Penggantinya adalah Raden Tumenggung Pringgodikdo. Untuk itu segala kewibawaan adegan wayang diawali dengan suluk pathet nem Ageng. Setelah beliau mangkat digantikan oleh Raden Tumenggung Soemowilojo.
Lantas diteruskan Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokoesoemo III. Putranya laki laki tertua: Raden Mas Sosrohadikoesoemo menggantikan menduduki jabatan sebagai Bupati Berbek. Pada masa jabatan Kanjeng Raden Tumenggung Sosrohadikoesoemo mulai digunakannya itulah bang pengalum aluming praja.
E. Kepemimpinan Kota Angin
Para Bupati Nganjuk selalu berdarma bakti untuk kemajuan negeri. Alam semesta yang berlipat lipat guna kesejahteraan rakyat. Udhu bahu suku lan panemu digerakkan berdasarkan ilmu laku.
1. KRT Sosrokoesoemo I (1719 – 1760)
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono I di kraton Kartasura. Patihnya dijabat oleh KRA Sindurejo I.
2. KRT Sosrodirdjo, (1760-1811)
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono III di kraton Surakarta. Patihnya dijabat oleh KRA Mangkupraja I.
3. KRT Sosronagoro II (1811-1830)
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IV di kraton Surakarta. Patihnya dijabat oleh KRA Cakranegara.
4. KRT Sosrokoesoemo II (1830-1852)
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono VII di kraton Surakarta. Patihnya dijabat oleh KRA Sosrodiningrat II.
5. KRT Pringgodikdo (1852 – 1866)
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono VII di kraton Surakarta. Patihnya dijabat oleh KRA Sosrodiningrat III.
6. KRT Soemowilojo (1866 – 1878)
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IX di kraton Surakarta. Patihnya dijabat oleh KRA Sosronagara I.
7. KRT Sosrokoesoemo III (1878 – 1890)
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IX di kraton Surakarta. Patihnya dijabat oleh KRA Mangunkusuma.
8. KRT Sosrohadikoesoemo (1890 – 1936)
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IX di kraton Surakarta. Patihnya dijabat oleh KRA Sosrodiningrat IV.
9. KRT Prawiro Widjojo (1936 – 1942)
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X di kraton Surakarta. Patihnya dijabat oleh KRA Sosrodiningrat IV.
10. KRT Mochtar Praboe Mangkoenagoro (1943 – 1947)
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono XI di kraton Surakarta. Patihnya dijabat oleh KRA Sosrodiningrat IV.
11. Mr. R. Iskandar Gondowardojo (1947 – 1949)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Wakilnya dijabat oleh Muhammad Hatta.
12. R.M. Djojokoesoemo (1949 – 1951)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Wakilnya dijabat oleh Muhammad Hatta.
13. K.I. Soeroso Atmohadiredjo (1951 – 1955)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Wakilnya dijabat oleh Muhammad Hatta.
14. M. Abdoel Sjoekoer Djojodiprodjo (1955 – 1958)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Wakilnya dijabat oleh Muhammad Hatta.
15. M. Poegoeh Tjokrosoemarto (1958 – 1960)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
16. Soendoro Hardjoamidjojo, SH (1960 – 1968)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
17. Soeprapto, BA (1968 – 1978)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
18. Drs. Soemari (1978 – 1983)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Wakil Presiden dijabat oleh Adam Malik.
19. Drs. Ibnu Salam (1983 – 1993)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Wakil Presiden dijabat oleh Umar Wirahadikusuma.
20. Dr. Soetrisno R. M.Si (1993 – 2003)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Habibie, Gus Dur dan Megawati. Wakil Presiden dijabat oleh Tri Sutrisno, Habibie, Megawati dan Hamzah Has. Pada masa kepemimpinan Soetrisno ini memang sedang mengalami suksesi kepemimpinan nasional berkali kali.
21. Ir. Siti Nurhayati, MM (2003 – 2008)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Megawati dan Susilo Bambang Yudoyono. Wakil Presiden dijabat oleh Hamzah Has dan Jusuf Kalla.
22. Drs. H.M. Taufiqurrohman (2008 – 2018)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Joko Widodo. Wakil Presiden dijabat oleh Boediono dan Jusuf Kalla.
23. Novi Rahman Hidayat, S.Sos. M.M, (2018 – 2021 )
24. Dr Drs H Marhaen Djumadi SE, SH, MM, MBA (2021 - 2023)
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Wakil Presiden dijabat oleh Jusuf Kalla dan Ma’ruf Amin.
Pendapa Kabupaten yang megah, alun alun yang luas, pasar Wage, Masjid Agung sebenarnya bantuan dari Kraton Surakarta Hadiningrat. Hampir semua pendapa agung di seluruh tanah Jawa merupakan warisan Kraton Surakarta. Sudah sewajarnya bila orang Nganjuk mengucapkan terima kasih, karena telah berhutang budi.
Masyarakat Kabupaten Nganjuk menyebar ke seluruh kawasan nusantara. Njajah desa milang kori, njalak paningal mlaya bumi. Artinya mencari daya penghidupan, demi kejayaan masa depan. Warga Nganjuk akan menjadi wong sugih, kajen keringan, ayem tentrem lahir batin.
Lagu Kapribaden
Kabudayan kesenian pancen nyata.
Iku dadi pikukuh kapribadening bangsa.
Kerawitan pedalangan beksa olahraga.
Candi Ngetos wis nyata peninggalan kuna.
Pembangunan kuncara liyan praja.
Rerenggane kutha wis sarwa tumata.
Ja lali ja keri kutha Nganjuk nggon seni.
Nguri uri budaya bangsa dilakukan warga Nganjuk di mana saja. Misalnya trah Nganjuk yang merantau di Jl Kakap Raya 36 Yogyakarta. Adityo Jatmiko, Aryo Bimo Setianto, Anindito Wisnu Prasetyo bertugas dengan sepenuh hati.
Dibimbing oleh Sari Indah Setiani selaku pembina Sanggar Seni Pustaka Laras. Adat istiadat seni edi peni, budaya adi luhung leluhur tetap dilestarikan. Seminggu dua kali nabuh gamelan.
Kiprah ini tentu membawa suka cita. Jika Mbah Yatinem tahu, tentu gembira sekali. Tapi Allah telah nimbali Mbah Yatinem hari Kamis Pahing, 1 Januari 2004. Lalu Mbah Rijan dan Mbah Dini meneruskan momong putra wayah. Tanggal 17 Agustus 2021 Mbah Rijan surut ing tepet suci, manjing ing suwarga jati. Putra wayah wajib melanjutkan roda sejarah agung.
Pelajaran sejarah Kabupaten Nganjuk menyertakan perjalanan Kraton Medang, Kahuripan, Daha, Jenggala, Singosari, Kediri, Majapahit, Demak, Pajang, Mataram dan Surakarta. Teladan utama layak untuk direnungkan. Tepa palupi kang migunani kanggo ngrenggani Jagad raya.
F. KRT Joyonegoro Putra Raja Surakarta
Ngungak jaman kang wus kawuri. KRT Joyonegoro sayekti trahing kusuma rembesing madu, wijiling amaratapa, tedhaking andana warih. Pangeran pinilih saka Karaton Surakarta Hadiningrat iki sejarahe perlu den uningani.
Rikala dina Kamis, 23 Desember 2021, Paguyuban Kawula Karaton Surakarta utawa Pakasa pang Nganjuk ngadani tata cara. Dipandhegani KRT Sukoco Madunagoro. Makarya bebarengan karo Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA cabang Nganjuk. Kanthi pangajab sejarah kang wus lumaku bisa ditlesih, kinarya kaca benggala.
Pangarsa Lokantara Cabang Kabupaten Nganjuk dipandhegani dening Ida Srimurtini. Lampahing pakaryan kanthi sigrak gumyak. Tata tata wiwit esuk. Nganthi sanak kadang pawong mitra. Dina samengko bakal sowan ing Pasareyan Luhur Manyung Wilangan. Ing kono bakal napak tilas lakoning sejarah kuna.
Pasareyan luhur mapan ing dhusun Manyung Wilangan Nganjuk. Ingkang sumare KRT Joyonegoro , putra dalem Sinuwun Paku Buwana II. KRT Joyonegoro palakrama kalian RAy Salamah utawi RAy Yatima, putri Kyai Kasan Besari. Dwija ulama saking tlatah Gebang Tinatar Ponorogo ingkang kawentar kebak ngelmu sipating kawruh.
Katrangan mau miturut dhawuh pangandika GKR Wandansari, Pangageng Sasana Wilapa lan ketua Lembaga Dewan Adat Karaton Surakarta Hadiningrat. Gamblang lan cetha menawa tlatah Nganjuk iku wewengkon Mataram Surakarta. Pratelan iki prayoga den gatekake.
Sri Susuhunan Paku Buwana II, narendra gung binathara mbahu dhendha nyakrawati, ambeg adil para marta, ber budi bawa laksana, memayu hayuning bawana. Jumeneng nata tahun 1726 - 1749. Hadeging Karaton Surakarta Hadiningrat iku pindhahan saka Karaton Kartasura. Mesanggrah ing wilayah Ponorogo tahun 1738 - 1745. Ngasta peprentahan ingembanan Patih Pringgalaya.
KRT Joyonegoro diutus supaya mranata tlatah bang wetan. Mligi ing daerah Nganjuk. Suwene makuwon ing daerah Nganjuk, KRT Jayanagara disengkuyung dening para kawula dasih. Klakon daerah Nganjuk dadi laladan kang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja.
Nganjuk sangsaya tumangkar. Papan dadi reja. Among tani sengkut gumregut. Among dagang sengkah gumregah. Among karya sengket gumreget. Kabeh padha nindakake jejibahan. Nganjuk mekar arum kuncara ngejayeng jagad raya.
Tetimbangan mau njalari warga Pakasa nuli makarya. KRT Joyonegoro bisa kanggo tepa palupi. Labuh labet kang gedhe bisa ditulat minangka wulangan wejangan wedharan. Mligi tumraping para mudha, pancen perlu ngerti sejarah leluhur. Ing kono bakal nuwuhake watak wantu kang wicaksana.
Nlesih sejarah iki diiringi tim saka Yogyakarta. Kepareng ndherek Sari Indah Setiani, Partini, Izul, Anindito Wisnu Prasetyo, Rudy. Ana kang kajibah nyatheti prastawa dalan, sesawangan lan alam. Andum gawe murih gancar lancar.
Dene tim Pakasa lan Lokantara Nganjuk siaga ing gati, sawega ing dhiri. Kumpul ing desa Mojorembun Rejoso Nganjuk. Kawiwitan jam 12. Uba rampe jangkep genep genah. Ing pangangkah asil panaliten bisa murakabi.
Rombongan tim Pakasa lan Lokantara Nganjuk manggon ing Sanggrahan Kedondong Bagor Nganjuk. Wus kulina ngadani maneka warna acara adat.
Pakasa Nganjuk mersudi tata cara kanthi permati. Wus sumadya uba rampe pisowanan ing Pesareyan Luhur Manyung Wilangan. Sekar kenanga, mlathi, mawar, kanthil aganda arum. Sinebaran lisah wangi amrik sumerbak.
Nyi Behi Sunarmi Sekar Rukmi lan Nyi Behi Indarti Puspodiprojo kapatah nyamaptakake uba rampe nyekar. Loro lorone busana warna biru. Gita gita nawung gati. Amrih tata cara nyekar lumaku nut wirama. Padha dene rancangan sekawit.
Kamis, 23 Desember 2021 jam 14.30 budhal saka Sanggrahan Kedondong Bagor. Kantor Pakasa pang Nganjuk iki dadi papan mencaring Kabudayan. Wanci jam 14.50 tekan Pasareyan KRT Joyonegoro.
Papan Pasareyan KRT Joyonegoro kena diarani kopen kajen. Cerak ing perenging gunung Pandhan. Sisih kidul wetan. Lore mili banyu wadhuk kali Bening lan dam Glathik. Kayu jati pating trucuk ngupengi laladan Pasareyan.
KMT Ida Madusari kang ngusuhi Lokantara cabang Kabupaten Nganjuk bebusana kuning. Katon sumringah. Tumuli padha nenuwun, manungku puja. Puji pinuji mugi sami basuki lestari.
Angin sumilir atis anyep. Seger neng salira. Udan grimis, nanging sinar srengenge isih katon padhang jingglang. Pratandha panuwunan kabul. Swarane gludhug sarwa wirama. Kaya kumandhange gamelan lokananta ing Kahyangan Junggring Salaka.
Kiwa tengene Pasareyan ditanduri kembang. Prasasat taman argosoka. Ijo royo royo, ijem riyem riyem. KRT Sukoco Madunagoro mimpin tata cara kanthi tumemen. Nganti jam 15 tetep jenak penak lelenggahan ing Pasareyan.
Bawa rasa warga Pakasa lan Lokantara ngrembug sejarah Pajang Mataram Kartasura nganti Surakarta. Ki Ageng Pamanahan, Ki Ageng Giring lan Juru Martani. Dumadine Kraton Mataram dadi rembugan sing nggayeng lan regeng. Carita iki dadi sarana ndhundhah piwulang kang becik.
Pratelan mau pancen gawe mongkok gembirane warga Nganjuk. Sejarah jaman dhisik sanyata wigati. Nganjuk mesthi nduwe sumbang sih kang prayoga. Rum kuncaraning bangsa dumunung ing luhuring budaya.
Paguyuban Kawula Karaton Surakarta Hadiningrat utawa Pakasa pang Nganjuk udhu bahu suku lan panemu. Nguri uri seni edi peni, budaya adi luhung.
Komentar
Posting Komentar