SEJARAH KEBUDAYAAN JAWA.

Kuliah Sejarah Kabudayan Jawi. 
Pertemuan 1


SEJARAH KEBUDAYAAN JAWA. 


Oleh Dr Purwadi M.Hum. 
Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Hp 087864404347. 


A. Kebudayaan Jaman Kediri


Kerajaan Kediri telah berhasil menata peradaban Jawa. Dalam kurun waktu yang panjang, Kraton Kediri mewariskan seni edi peni, budaya adi luhung.


Berturut turut raja Kediri merupakan narendra gung binathara. Raja Kediri memerintah  dengan memegang prinsip hambeg adil paramarta. 


1. Prabu Gendrayana tahun 325 - 357.


2. Prabu Yudhayana, tahun 357 - 386.


3. Prabu Jayabaya  Purusa, tahun 386 - 423.


4. Prabu Jayabaya Amisena, tahun 423 - 459.


5. Prabu Jayabaya Amiluhur, tahun 459 - 497.


6. Prabu Jayabaya Kartanegara 497 - 538.


7. Prabu Jayabaya Iswara 538 - 574.


8. Prabu Jayabaya Kartawijrama 574 - 628.


9. Prabu Jayabaya Makuta Kelut 628 - 679.


10. Prabu Jayabaya Kameswara 679 - 698.


11. Prabu Jayabaya Warsawijaya 698 - 657.


12. Prabu Jayabaya Isyanaprabu 657 - 694.


13. Prabu Jayabaya Tunggawijaya  694 - 761.


14. Prabu Jayabaya Sarweswara 761 - 799.


15. Prabu Jayabaya Wangsawardana 799 - 863.


16. Prabu Jayabaya Sastraprabu 863 - 911.


17. Prabu Jayabaya Koncaryadwipa 911 - 972. 


18. Prabu Jayabaya Narmada 972 - 1023.


19. Prabu Jayabaya Ariswara 1023 - 1083.


20. Prabu Jayabaya Premana 1083 - 1026.


21. Prabu Jayabaya Subrata 1126 - 1188.


22. Prabu Jayabaya Mamenang 1188 - 1211.


23. Prabu Jayabaya Mangleng 1211 - 1250.


24. Prabu Jayabaya Katwang 1250 1260.


25. Prabu Jayabaya Kertajaya Dandanggendis 1260 1292.


Jelas sekali nama raja Kediri selalu bergelar Jayabaya. Nama Jaya Baya sebetulnya mulai digunakan pada jaman Prabu Jaya Purusa. 


Pendiri Kerajaan Kediri adalah Prabu Gendrayana. Beliau merupakan putra sulung Prabu Parikesit raja Negeri Yawastina. Ibunya bernama Dewi Badrahini. 


Prabu Gendrayana memerintah kerajaan Kediri sejak tahun 325. Beliau adalah raja yang sakti mandraguna. Nak tumanak run tumurun Prabu Gendrayana menjadi leluhur kerajaan yang sadar arti penting makna trah kusuma rembesing madu.


Kerajaan Kediri tampil sebagai negara jaya sejahtera, aman damai, ayem tentrem. Jadilah kerajaan yang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja.


Etike kepemimpinan yang dipegang teguh oleh Prabu Gendrayana berdasarkan paugeran. Prabu Gendrayana adalah narendra gung binathara mbahu dhendha nyakrawati, ambeg adil paramarta, ber budi bawa laksana, memayu hayuning bawana. Rakyat Kediri yang tinggal di sekitar Gunung Kelud, Gunung Wilis, Gunung Klothok merasa ayem tentrem lahir batin.


Keluhuran kerajaan Kediri terkenal di mana mana. Pada tahun 357 Prabu Gendrayana lengser keprabon madeg pandhita. Tahta diserahkan kepada ingkang putra Prabu Yudhayana. Seperti sang ayah, Prabu Yudhayana memimpin kerajaan Kediri dengan penuh kebijaksanaan.


Jumenengan Prabu Yudhayana di kerajaan Kediri dihadiri oleh abdi dalem. Mereka berasal dari Ngawi, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Blitar, Jombang, Tulungagung, Mojokerto. Hadir pula segenap bupati pesisir, Bang Wetan dan Bang Kulon.


Semakin hari kerajaan Kediri bertambah arum kuncara ngejayeng jagat raya. Negeri manca sampai kayungyun pepoyaning kautaman. Bebasan kang cerak menglung, kang tebih mentiung. Sami pasok glondhong pengareng areng, peni peni raja peni, guru bakal guru dadi, emas picis raja brana.


Puncak kejayaan itu membuat bahagia semua pihak. Pada tahun 386 tahta kerajaan Kediri diserahkan kepada putra Yudhayana . Dia bernama Prabu Jaya Purusa. Sejak muda prabu Jaya Purusa gemar tapa brata ditengah alas gung liwang liwung. Prabu Jaya Purusa sering tapa ngebleng, tapa mutih, tapa ngidang, tapa ngalong, tapa nggantung, tapa pendhem, tapa ngrame.


Prabu Jaya Purusa menjadi raja yang sakti mandraguna. Perlindungan pada seluruh rakyat diwujudkan dengan laku prihatin, cegah dhahar lawan guling. Pada tingkat tertentu Prabu Jaya Purusa boleh dikatakan sebagai jalma sulaksana. Waskitha ngerti sakdurunge winarah.


Kediri benar benar negeri aman damai. Padi, jagung, ketela pohung panen berlimpah ruah. Bahan makanan disimpan di lumbung kerajaan. Kedelai, kacang merupakan tanaman palawija. Sayur kubis, kentang, bayam, kangkung, terong, buncis, godhe, loncang tumbuh di sembarang tempat.


 Bahan makanan disimpan untuk menghadapi masa paceklik.


Hama menyingkir jauh, penyakit tak berani menyerang, pageblug hilang sendiri. Itu akibat kesaktian Prabu Jaya Purusa yang bijak bestari. Kawula dan punggawa manunggal cipta rasa karsa. Semua mendukung kepemimpinan Prabu Jaya Purusa. Keamanan dan ketentraman terwujud.


Kesaktian Prabu Jaya Purusa dipuji warga. Para abdi nujum dan pujangga istana memberi gelar kehormatan kepada Prabu Jaya Purusa. Dengan sebutan gelar Sinuwun Prabu Jayabaya. Bahkan gelar Jayabaya jauh lebih tenar. Jaya Baya menurunkan Kerajaan Pengging, Prambanan, Daha. 


B. Kebudayaan Jaman Pengging. 


Kerajaan Pengging dan Prambanan adalah keturunan Kediri. Sejak Prabu Jayabaya Amisena memerintah, Kediri lebih dikenal dengan nama Kerajaan Daha. Lara lapa tapa brata sarana pembinaan untuk mengasah ketajaman spiritual.


 Prabu Jayabaya mendidik tiga putra kinasih. Ketiganya yaitu Raden Jaya Amijaya, Raden Jaya Amisena, Raden Jaya Aminata. Putra raja Kediri ini menjalankan ilmu laku, gentur tapane, mateng semadine.


Raden Jaya Amijaya menikah dengan Dewi Pramesthi. Dinobatkan sebagai raja di Kraton Jenggala. 


Raden Jaya Amisena menikah dengan Dewi Pramoni. Dinobatkan sebagai raja di Kraton Daha.


 Raden Jaya Aminata menikah dengan Dewi Susenti. Dinobatkan menjadi raja di Kraton Pengging, bergelar Prabu Kusuma Wicitra tahun 423.


Pernikahan para bangsawan ini dilakukan oleh Begawan Mayangkara. Hal ini sesuai dengan pesan Prabu Rama Wijaya kepada Anoman. Yakni kisah perkawinan wareng Arjuna pada jaman Kraton Kediri.


Kerajaan Kediri semakin maju. Muncul pula kerajaan Pengging, Daha dan Jenggala. Masyarakat semakin beradab. Karya sastra berkembang cemerlang.


Adapun Prabu Jaya Aminata menjadi raja Pengging. Berturut turut raja Pengging yang temahsyur yaitu :


1. Prabu Jaya Aminata atau Prabu Kusuma Wicitra 423 - 435.


2. Prabu Citrasoma 435 - 459.


3. Prabu Pancandriya 459 - 482.


4. Prabu Anglingdriya 482 - 514.


5. Prabu Citra Pandaya 514 - 567.


6. Prabu Dewa Kusuma 567 - 598.


7. Prabu Dewanata 598 - 632.


8. Prabu Dewa Sanjaya 632 - 678.


9. Prabu Sanjaya Pengging 678 732.


Prabu Dewa Sanjaya inilah yang menurunkan Wangsa Sanjaya. Candi Prambanan dibangun sebagai monumen kebudayaan. 


C. Kebudayaan Jaman Prambanan. 


Kerajaan Prambanan lantas dipimpin oleh raja yang menganut agama Hindu. 


1. Rakai Sanjaya Prambanan 732 760. 


2. Rakai Panangkaran 760 780.


3. Rakai Panunggalan 780 800.


4. Rakai Warak 800 820.


5. Rakai Garung 820 840.


6. Rakai Pikatan 840 856.


7. Rakai Kayuwangi 856 882.


8. Rakai Watu Humalang 882 899.


9. Rakai Watu Kumara 899 


10. Rakai Balitung 899 915.


11. Rakai Daksottama 815 819.


12. Rakai Tulodhong 919 921.


13. Rakai Wawa 921 928.


14. Rakai Sindok 928 930.


Prambanan merupakan Candi unggulan. Terdapat ajaran kama arta darma muksa. 


D. Kebudayaan Jaman Jenggala. 


Prabu Jaya Amijaya memerintah Kraton Jenggala tahun 423. Garwa prameswari bernama Dewi Pramesthi yang berasal dari negeri Widarba. Sebagai putra Prabu Jayabaya Raja Kediri, dirinya merasa wajib meneruskan cita-cita orang tua. Inilah prinsip mikul dhuwur mendhem jero.


Kerajaan Jenggala yang beribu kota di tepi Kali Mas Sidoarjo tampil sebagai negeri maritim. Pelayaran, perdagangan, pelabuhan berjalan lancar. Armada laut berdiri kokoh. Pelayaran armada laut Jenggala sampai Asia Selatan, Asia Barat dan Afrika.


Hasil pertanian, perkebunan, peternakan, diparahkan sampai antar benua. Rakyat hidup makmur sejahtera. Mereka cukup sandang pangan papan. Pendidikan berlangsung di seluruh negeri. Tua muda sibuk bekerja. Negara Jenggala memberi prioritas yang memadai buat sekalian warga. Sukses gemilang ini, maka kerajaan Jenggala juga mendapat sebutan negeri Jenggala Manik.


Atas prakarsa Prabu Jaya Amijaya sendiri, pada tahun 463 putranya yang bernama Raden Subrata diwisuda menjadi raja Jenggala Manik. Bergelar Prabu Jaya Angrana atau Prabu Jayengrana. Sedangkan Prabu Jaya Amijaya memilih sebagai pertapa di Lodaya Blitar. Lengser keprabon madeg pandita adalah sikap yang terhormat, agung dan berwibawa.


Wibawa Prabu Jaya Angrana atau Jayengrana dibangun karena prestasi, dedikasi dan kompetisi. Prestasi dalam bidang pemerintahan sangat cemerlang.


 Dedikasi dipersembahkan buat nusa bangsa. Tenaga pikiran waktu dicurahkan buat kesejahteraan masyarakat. Kompetisi dalam arti positif berkenaan dengan usaha untuk memperoleh keunggulan. Studi banding dilakukan sebagai sarana untuk memacu diri.


Tahun 492 Prabu Jaya Angrana atau Prabu Jayengrana mengundurkan diri secara sukarela. Tiba saatnya beliau untuki mahas ing ngasepi. Berdiam di pertapan untuk mengheningkan cipta. Sambil berolah diri, Begawan Jayengrana Puji Astuti mengembangkan ilmu kebatinan. Cocok dengan wasiat Prabu Jayabaya. Begawan Jayengrana Puji Astuti juga waskitha ngerti sakdurunge winarah.


Anaknya secara otomatis menggantikan kedudukan Prabu Jayengrana. Sejak kecil Raden Subrata diberi ajaran tentang tata praja, diplomasi, pertanian, perkebunan, peternakan, usaha, kemasyarakatan. Ketika sudah dewasa Raden Subrata siap melanjutkan perjuangan Prabu Jayengrana. Raden Subrata dilantik sebagai raja Jenggala, dengan gelar Prabu Amiluhur.


Penobatan Prabu Amiluhur pada tanggal 25 Mei 492. Turut hadir utusan dari Kraton Daha dan Kraton Pengging. Saat jumenengan ini ditetapkan pula posisi Kanjeng Ratu Tejaswara sebagai garwa prameswari. Pasangan Prabu Amiluhur dengan Kanjeng Ratu Tejaswara menjadi idola rakyat Jenggala Manik. Sikap mereka berdua menjadi teladan bagi warga negara.


Urutan raja Jenggala yang pernah memerintah dengan penuh kasih sayang.


1. Prabu Jaya Amijaya 423 – 463


2. Prabu Jayengrana 463 – 492


3. Prabu Amiluhur 492 – 537


4. Prabu Inu Kertapati 537 – 568


5. Prabu Suryawisesa 568 – 589


6. Prabu Panji Asmara Bangun 589 – 614


7. Prabu Priyambada 614 – 635


8. Prabu Kuda Wisrengga 635 – 672


9. Prabu Wanengpati 672 – 697


10. Prabu Kalana Jayengsari 697 – 725


11. Prabu Dhawuk Marma 725 – 753


12. Prabu Maesa Tandreman 753 – 784


13. Prabu Suryo Hamiluhur 784 – 809


14. Prabu Banjaransari 809 – 840


15. Prabu Lembu Pangarsa 840 – 873


16. Prabu Gondo Kusumo 873 – 897


17. Prabu Jaka Saputra 897 – 926


18. Prabu Candra Kusuma 926 – 935


19. Prabu Darma Kusuma 935 – 948


20. Prabu Darmajaya 948 – 988


21. Prabu Darmawangsa 988 – 1010


22. Prabu Airlangga 1010 – 1042


23. Prabu Samara Wijaya 1042 – 1071


24. Prabu Samara Dahana 1071 – 1098


25. Prabu Samara Wangsa 1098 – 1121


26. Prabu Samara Kusuma 1121 – 1140


27. Prabu Kameswara Jaya 1140 – 1168


28. Prabu Kameswara Citra 1168 – 1187


29. Prabu Kameswara Sigit 1187 – 1199


30. Prabu Kameswara Jajar 1199 – 1220.


31. Prabu Kameswara Dhandhang 1220 – 1236.


32. Prabu Kameswara Susuruh 1236 – 1264


33. Prabu Kameswara Kusuma 1264 – 1293.


 Semangat Kerajaan Jenggala terus berlanjut. Muncul dinasti Majapahit, Demak, Pajang, Mataram, Surakarta Hadiningrat. 


E. Kebudayaan Jaman Singosari. 


1. Isana Rajasa 1129 1148


2. Isana Yudarajasa 1148 1175.


3. Isana Jayarajasa 1175 1184


4. Akuwu Tunggul Ametung 1184 1222


5. Rajaya Amurwabumi 1292 1247


6. Panji Anengah Anusapati 1247 1252.


7.  Panji Tohjaya Wisnumurti 1252 1254


8. Wisnu Wardana Ranggawuni 1254 1256.


9. Wardana Kertabumi 1256 1267


9. Kertanegara Syiwa Budha 1267 1291


10. Wijaya Kertabuana 1291 1292


F. Kebudayaan Jaman Majapahit. 


Kerajaan Jenggala memang hebat. Putra Prabu Kameswara Kusuma bernama Raden Wijaya. Sejak tahun 1293 mendirikan kerajaan Majapahit. Dari Jenggala berubah menjadi Majapahit. Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja Majapahit tahun 1293 – 1309. Penerus kerajaan Jenggala ini bergelar Prabu Kertarajasa atau Sinuwun Prabu Brawijaya I.


Berturut turut narendra agung kerajaan Majapahit yang berbudi luhur. Mereka adalah pemimpin besar, yang berhasil mengangkat harkat martabat rakyat.


1. Raden Wijaya atau Brawijaya I 1293 – 1309.


2. Jayanegara atau Brawijaya II 1309 – 1328.


3. Tri Buana Tungga Dewi 1328 – 1350.


4. Hayamwuruk atau Brawijaya III 1350 – 1389.


5. Kusuma Wardhani Wikrama Wardana 1389 – 1400.


6. Dewi Suhita 1400 – 1427.


7. Kertawijaya atau Brawijaya IV 1427 – 1438 .


8. Ratu Kencono Wungu 1438 – 1457.


9. Kertabumi atau Brawijaya V 1457 – 1478.


Sinuwun Prabu Brawijaya V raja yang sakti mandraguna. Putranya adalah para penguasa kerajaan di Jawa selanjutnya. Permaisuri berjumlah 3 orang yakni Ratu Cempa, Ratu Dworowati dan Ratu Wandan Kuning.


Raja Brawijaya V melalui Ratu Cempa melahirkan Raden Patah yang menjadi raja Demak Bintara. Para raja Demak Bintara yaitu :


G. Kebudayaan Jaman Demak 


1. Raden Patah atau Sultan Jimbun Sirullah Syah Alam Akbar I, 1478-1506.


2. Pati Unus atau Adipati Yunus atau Sultan Bahrullah Syah Alam Akbar II, 1506-1518.


3. Sultan Trenggana atau Sultan Malikul Mukminin Syah Alam Akbar III, 1518-1536.


4. Sunan Prawata atau Sultan Amirul Mukminin Syah Alam Akbar IV, 1536 - 1545. 


5. Sultan Arya Kilen atau Sultan Abdul Mukmin Syah Alam Akbar V, 1545- 1546.


H. Kebudayaan Jaman Pajang. 


Wibawa Majapahit amat terasa. 


Prabu Brawijaya V melalui Ratu Dworowati nanti menurunkan Mas Karebet. Nama lainnya Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya Kamidil Syah Alam Akbar Panetep Panatagama. Beliau adalah raja Pajang. Memerintah Pajang tahun 1546- 1582. Pajang lantas dipimpin Pangeran Benawa tahun 1582 - 1605.


Secara yuridis Pajang melebur menjadi Mataram. Penyatuan ini setelah Ratu Banuwati, putri Pangeran Benawa menikah dengan Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati. Raja Mataram ini memerintah tahun 1601 - 1613.


Adapun Prabu Brawijaya V melalui Ratu Wandan Kuning kelak memunculkan Panembahan Senapati raja Mataram. Ketiga garwa prameswari Prabu Brawijaya V memang trahing kusuma rembesing madu.


I. Kebudayaan Jaman Mataram 


Kerajaan Mataram dipimpin oleh narendra gung binathara, mbahu dhendha nyakrawati. 


1. Panembahan Senapati 1582 1601. 


2. Prabu Hadi Hanyakrawati 1601 1613.


3. Sultan Agung Hanyakra Kusuma 1613 1645.


4. Sunan Amangkurat I 1645 1677. 


5. Sunan Amangkurat II 1677-1703 


6. Sunan Amangkurat III 1703 1708.


7. Sinuwun Paku Buwana I 1708 1719.


8. Sunan Amangkurat IV 1719 1726.


9. Sinuwun Paku Buwana II 1726 1749


10. Sinuwun Paku Buwana III 1749 1788.


11. Sinuwun Paku Buwana IV 1788 1820.


12. Sinuwun Paku Buwana V 1820 1823.


13. Sinuwun Paku Buwana VI 1823 1830.


14. Sinuwun Paku Buwana VII 1830 1858.


15. Sinuwun Paku Buwana VIII 1858 1861.


16. Sinuwun Paku Buwana IX 1861 1893.


17. Sinuwun Paku Buwana X 1893 1939.


18. Sinuwun Paku Buwana XI 1939 1945.


19. Sinuwun Paku Buwana XII 1945 2004.


20. Sinuwun Paku Buwana XIII 2004 sampai sekarang. 


Adapun Kerajaan Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwana I sejak tanggal 13 Pebruari 1755. Berdasarkan Perjanjian Giyanti. 


Pura Mangkunegaran berdiri tanggal 17 Maret 1757. Berdasarkan perjanjian Salatiga. 


Pura Paku Alaman berdiri pada tanggal 17 Maret 1813. Berdasarkan perjanjian Tuntang di Semarang. 


Kraton Kediri menurunkan raja raja Jawa. Dari Majapahit ke Demak, Pajang, Mataram, Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran dan Paku Alaman. Dinasti kerajaan membawa visi misi peradaban. Kraton Jenggala Manik mengalirkan nilai keutamaan, keteladanan, keluhuran, kebajikan, kepahlawanan, keagungan, kebangsaan.


Dalam sejarahnya Karaton Jawa memberi inspirasi bagi para raja Jawa. Agar selalu berpegang teguh pada ajaran leluhur. Yakni ber budi bawa laksana, memayu hayuning bawana. Sebagaimana ajaran pujangga. 


Pujangga kerajaan memang kondang. para raja membina pujangga Jenggala, Daha, Singosari, Majapahit, Demak, Pajang dan Mataram. Trahing kusuma rembesing madu memimpin tanah Jawa, dengan prinsip ber budi bawa laksana. Sehingga tercipta masyarakat adil makmur.


Kapujanggan Jawa mengajarkan sastra budaya. Kitab Baratayuda lestari hingga kini, sebagai panduan seni pedalangan. Wajar bila orang Jawa jadi penggemar seni pewayangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SARASEHAN PUSAKA BEDAYA KETAWANG

Macapat Mahargya Dr Sudarmaji M.Pd.

SUGENG RIYADI IDUL FITRI.