PAKU BUWANA II MELAKUKAN DIPLOMASI DI LUAR NEGERI

 

 PAKU BUWANA II MELAKUKAN DIPLOMASI DI LUAR NEGERI





Oleh Dr Purwadi M.Hum.
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA
Hp 087864404347


A. Paku Buwana II Belajar di Benua Eropa. 


Atas undangan Raja Louis XI, Sinuwun Paku Buwana belajar di Perancis tahun 1724. Waktu itu kedudukannya masih putra mahkota Mataram. Bernama Raden Mas Prabasuyasa.


Studi ke benua Eropa mendapat dukungan penuh dari Sinuwun Amangkurat Jawi yang memerintah sejak tahun 1719. Garwa prameswari Kanjeng Ratu Kencana memberi bekal yang cukup untuk keperluan belajar di manca negara.


Raja Perancis Louis XI memberi beasiswa pada putra putri Mataram yang berprestasi. Turut mendampingi Paku Buwana II yaitu Raden Warih Kusuma dari Lamongan, KRT Padmanagara dari Pekalongan, Tumenggung Honggowongso dari Kotawinangun Kebumen dan Pangeran Wujil dari Kadilangu Demak. Mereka utusan resmi Kraton Mataram Kartasura.


Kota Paris memang terkenal indah. Birokrasi Tertata rapi. Pendukung ramah tamah. Ilmu pengetahuan berkembang pesat. Kesempatan emas ini digunakan Paku Buwana II untuk belajar tentang pemerintahan. Kelak berguna untuk memimpin Mataram sejak tahun 1726.


Tiga bulan lamanya Paku Buwana II ngangsu kawruh di Perancis. Pengetahuan tentang estetika Paris ini menjadi inspirasi untuk membangun ibukota baru. Cita cita ini terlaksana saat Paku Buwana II memindah ibukota dari Kartasura ke Surakarta pada tanggal 17 Pebruari 1745. Keindahan tata kota Surakarta berasal dari konsep estetika Perancis.




Persahabatan dengan orang Perancis terus berlanjut. Ahli pengairan dari Paris diundang Paku Buwana II tahun 1746 untuk membenahi umbul Cakra Klaten dan umbul Pengging Boyolali. Dua sumber mata air ini menjadi handalan air kota Sala sepanjang masa.


Waktu belajar di Eropa jelas memperluas jaringan sosial. Raja Swedia Frederick I berkuasa sejak tanggal 24 Maret 1720. Amangkurat Jawi berkirim surat, agar Raden Prabasuyasa diberi kesempatan untuk belajar di Swedia. Raja Frederick I amat gembira. Orang Swedia saat itu banyak yang berinvestasi migas di daerah Grobogan, Blora, Pati, Rembang, Tuban, Lamongan, Sragen, Ngawi, Madiun dan Bojonegoro. Kehadiran Raden Mas Prabasuyasa atau Paku Buwana II ke Swedia jelas memperlancar bisnis migas.


Negeri Swedia sejak dulu terkenal sebagai pusat studi hak asasi manusia, pluralitas, hukum, kebebasan dan demokrasi. Paku Buwana II tertarik dengan ilmu pengetahuan sosial. Lembaga bantuan hukum nanti berdiri bak jamur di musim penghujan. Kesadaran demokrasi ini berkembang baik pada masa pemerintahan Paku Buwana II sampai tahun 1749.


Tentu di waktu senggang Paku Buwana II juga berkunjung ke Inggris, Nederland, Jerman, Spanyol dan Potugis. Studi banding ini memperluas cakrawala pemikiran. Sebagai calon pemimpin negara, pengalaman dan pengetahuan cukup membantu pengadian. Paku Buwana II merasa beruntung. Asisten yang ikut rombongan belajar berkenan untuk membuat catatan harian. Ini sebagai bahan laporan kepada Sinuwun Amangkurat Jawi. 


Pengaruh pendidikan di Swedia begitu mendalam di hati Paku Buwana II. Desentralisasi kebijakan teritorial mulai dikenal. Otonomi daerah dipraktekkan seluas luasnya. Paku Buwana menyadari pembagian wewenang.


Pangeran Mangkunegara Kartasura diberi tugas khusus untuk belajar di Srilangka. Paku Buwana II meminta sang kakak untuk belajar budidaya tekstil dan sutera. Juga datang ke Tanjung Harapan Afrika, agar belajar flora fauna. Pengalaman studi banding ini diterapkan oleh Mangkenagara di daerah Ngawen, Karanganyar, Wonogiri dan Pacitan.


Embrio pemekaran wilayah yang bersifat otonom ini merupakan hasil studi Paku Buwana II saat belajar di negeri Swedia. Gagasan bagi wewenang ini terwujud pada masa pemerintahan Paku Buwana III yang berkuasa tahun 1749 - 1788. Yaitu adanya Perjanjian Giyanti tanggal 13 Pebruari 1755 dan Perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757.


Negeri Perancis dan Swedia telah memberi bekal pada Paku Buwana II. Birokrasi sebagai piranti pelayanan umum ditata dengan efektif efisien. Pola kepemimpinan kolektif kolegial berjalan sesuai dengan etika birokrasi modern. Malah ajaran trias politika mulai diterapkan. Pemisahan eksekutif, legislatif dan yudikatif guna melakukan kontrol jalannya pemerintahan.


Eropa gudang ilmu pengetahuan. Paku Buwana II adalah pelopor modernitas. Raja penerus di Surakarta Hadiningrat meniru pola kepemimpinan yang utama. Jadilah komunitas pelopor kemajuan dunia.


Industri gamelan di Bekonang Surakarta merupakan kelanjutan metalurgi Empu Supa dari Kadipaten Tuban. Pada masa Paku Buwana II memerintah, industri gamelan bertambah maju. Karena mendapat pengetahuan serta ilmu logam dari Jerman. Kerajinan orang Surakarta yang terbuat dari logam merupakan jasa Paku Buwana II ketika belajar di Jerman.


Adapun menejemen pelayaran dan pelabuhan di Jawa, makin maju setelah Paku Buwana II belajar di Inggris. Kemajuan Pelabuhan Tanjung Perak, Tanjung Emas, Tanjung Kodok dan Tanjung Priok banyak dipengaruhi oleh ilmuwan Portugis dan Inggris.




B. Paku Buwana II Belajar Theologi Sosial di Timur Tengah.


Tamat dari belajar di Eropa, Paku Buwana II melanjutkan studi di Temur Tengah tahun 1725. Meliputi negeri Arab, Mesir, Persia dan Turki.


Kunjungan ke tanah puser bumi Arab didampingi oleh KRT Padmanagara dari Pekalongan, Pangeran Wujil, Tumenggung Honggowongso kotawinngun dan Raden Warih Kusumo Tuban. Rombongan ini pula yang menyertai Paku Buwana II belajar di Eropa. Kini berlanjut di Tanah Arab.


Sewaktu belajar tasawuf di kota Mekkah, Paku Buwana II mendapat pengetahuan syariat tarikat hakikat makrifat. Kelak setelah ibukota Kraton Mataram pindah ke Surakarta tahun 1745, mulai dikenal adanya ajaran kejawen. Yakni sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa dan sembah rasa. Gagasan teologis ini bentuk praktek ajaran Islam Kejawen.


Penerus Paku Buwana II menyusun serat Wiwaha Jarwa Yaitu karya Sinuwun Paku Buwana III . Merupakan bentuk penerapan wulang wuruk Jawa yang bersifat akulturatif. Dalam serat Wulangreh karya Paku Buwana IV lebih terinci sebagai sumber etika. Sedangkan serat Centhini karya Paku Buwana V ditulis megah sebagai ensiklopedi kebudayaan.


Penghayatan atas ajaran agama sangat dalam. Paku Buwana II meyakini agama ageming aji. Sebagai mana ditulis Sri Mangkunegara IV tahun 1853.


Paku Buwana II membuat kebijakan yang tepat. Kampung Pasar Kliwon merupakan sentra hunian warga keturunan Arab. Mereka warga terhormat yang sukses dalam karier birokrasi dan ekonomi. Jasa Paku Buwana ini patut dikenang. Hasil renungan di tanah Suci Mekkah.


Tahun 1725 itu pula Paku Buwana II sempat belajar di kota Taheran Iran. Negeri Persia ini dipimpin oleh Wangsa Safawi sejak tahun 1501-1796.


Negeri Persia memimpin peradaban dunia. Paku Buwana II atas undangan Syah Abbas I menyaksikan jalannya modernisasi bangsa Persia. Restorasi tahun 1729 berjalan gemilang. Firqah agama menjadi landasan kehidupan. Syah Abbas I raja besar berwibawa yang mewujudkan Kekaisaran Bubuk Mesiu Islam.


Wangsa Safawi pelopor modernitas Persia. Bisa memimpin wilayah yang sangat luas. Meliputi Azerbarjan, Armenia, Georgia, Kaukasus Utara, Afganistan, Suriah, Urbekistan. Prestasi gemilang ini terjadi tahun 1725, bersamaan dengan kunjungan Paku Buwana II. Kenangan yang amat dalam.


Dari Persia Paku Buwana II lantas belajar di Universitas Teknik Istanbul. Selama belajar di Negeri Turki Ustmaniyah, Paku Buwana II tinggal di rumah Wazir Agung Damal Ibrahim. Di sini belajar ilmu percetakan. Yaitu percetakan Muteferrika.


Atas anjuran Sinuwun Amangkurat Jawi, Paku Buwana II sowan Sultan Ahmad III. Dua raja ini sudah menjalin diplomasi kenegaraan.


Paku Buwana II lantas belajar metode artileri Barat di Universitas Teknik Istanbul. Pengetahuan ini berguna untuk menata ibukota Kraton Mataram di Surakarta. Turki Utama pada waktu itu menguasai 32 Propinsi. Proses belajar di Turki jadi inspirasi untuk menata berbagai Kabupaten di Jawa.


Sahabat Amangkurat Jawi yaitu Kaisar Charles XII dan Sultan Ahmed II. Keduanya punya program kampanye sungai putih. Ide cemerlang buat Paku Buwana II untuk mengelola bengawan Solo.


Ilmu lain yang dipetik dari Turki Ustmaniyah adalah Perjanjian Passarowitz. Berisi tentang regulasi wilayah barat Serbia dan Walachia kecil Oltenia Austria. Perjanjian ini dilakukan dengan Kesultanan Turki Ustmaniyah.


Ilmu pengetahuan dari negeri Arab, Persia, Turki sangat beragam. Selama 1 tahun berada di Timur Tengah, Paku Buwana II bertambah bobot intelektual. Tahun 1726 Raden Mas Prabasuyasa dinobatkan sebagai raja Mataram. Bergelar Paku Buwana II. Raja Mataram yang beribukota di Kartasura. Memimpin kerajaan Mataram berbekal ilmu.


Lengkap lagi setelah Paku Buwana melakukan hubungan diplomasi dengan Kerajaan Mughal India. Sultan Ahmad Syah Bahadur berkuasa tahun 1725-1754. Penguasa Kasultanan Mughal meeariskan bangunan Taj Mahal. Bangunan indah ini memberi pengaruh pada Paku Buwana II dalam memimpin Kraton Surakarta Hadiningrat.


Diplomasi yang dilakukan Paku Buwana II membawa kemakmuran dan kejayaan di Nusantara. Agung anggun dan unggul dalam menganyam peradaban terwujud. Negeri Surakarta tampil arum kuncara. Berkat diplomasi kenegaraan yang logis etis dan estetis. BUWANA II MELAKUKAN DIPLOMASI DI LUAR NEGERI


Oleh Dr Purwadi M.Hum.

Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA

Hp 087864404347


A. Paku Buwana II Belajar di Benua Eropa. 


Atas undangan Raja Louis XI, Sinuwun Paku Buwana belajar di Perancis tahun 1724. Waktu itu kedudukannya masih putra mahkota Mataram. Bernama Raden Mas Prabasuyasa.


Studi ke benua Eropa  mendapat dukungan penuh dari Sinuwun Amangkurat Jawi yang memerintah sejak tahun 1719. Garwa prameswari Kanjeng Ratu Kencana memberi bekal yang cukup untuk keperluan belajar di manca negara.


Raja Perancis Louis XI memberi beasiswa pada putra putri Mataram yang berprestasi. Turut mendampingi Paku Buwana II yaitu Raden Warih Kusuma dari Lamongan, KRT Padmanagara dari Pekalongan, Tumenggung Honggowongso dari Kotawinangun Kebumen dan Pangeran Wujil dari Kadilangu Demak. Mereka utusan resmi Kraton Mataram Kartasura.


Kota Paris memang terkenal indah. Birokrasi Tertata rapi. Pendukung ramah tamah. Ilmu pengetahuan berkembang pesat. Kesempatan emas ini digunakan Paku Buwana II untuk belajar tentang pemerintahan. Kelak berguna untuk memimpin Mataram sejak tahun 1726.


Tiga bulan lamanya Paku Buwana II ngangsu kawruh di Perancis. Pengetahuan tentang estetika Paris ini menjadi inspirasi untuk membangun ibukota baru. Cita cita ini terlaksana saat Paku Buwana II memindah ibukota dari Kartasura ke Surakarta pada tanggal 17 Pebruari 1745. Keindahan tata kota Surakarta berasal dari konsep estetika Perancis.


Persahabatan dengan orang Perancis terus berlanjut. Ahli pengairan dari Paris diundang Paku Buwana II tahun 1746 untuk membenahi umbul Cakra Klaten dan umbul Pengging Boyolali. Dua sumber mata air ini menjadi handalan air kota Sala sepanjang masa.


Waktu belajar di Eropa jelas memperluas jaringan sosial. Raja Swedia Frederick I berkuasa sejak tanggal 24 Maret 1720. Amangkurat Jawi berkirim surat, agar Raden Prabasuyasa diberi kesempatan untuk belajar di Swedia. Raja Frederick I amat gembira. Orang Swedia saat itu banyak yang berinvestasi migas di daerah Grobogan, Blora, Pati, Rembang, Tuban, Lamongan, Sragen, Ngawi, Madiun dan Bojonegoro. Kehadiran Raden Mas Prabasuyasa atau Paku Buwana II ke Swedia jelas memperlancar bisnis migas.


Negeri Swedia sejak dulu terkenal sebagai pusat studi hak asasi manusia, pluralitas, hukum, kebebasan dan demokrasi. Paku Buwana II tertarik dengan ilmu pengetahuan sosial. Lembaga bantuan hukum nanti berdiri bak jamur di musim penghujan. Kesadaran demokrasi ini berkembang baik pada masa pemerintahan Paku Buwana II sampai tahun 1749.


Tentu di waktu senggang Paku Buwana II juga berkunjung ke Inggris, Nederland, Jerman, Spanyol dan Potugis. Studi banding ini memperluas cakrawala pemikiran. Sebagai calon pemimpin negara, pengalaman dan pengetahuan cukup membantu pengadian. Paku Buwana II merasa beruntung. Asisten yang ikut rombongan belajar berkenan untuk membuat catatan harian. Ini sebagai bahan laporan kepada Sinuwun Amangkurat Jawi. 




Pengaruh pendidikan di Swedia begitu mendalam di hati Paku Buwana II. Desentralisasi kebijakan teritorial mulai dikenal. Otonomi daerah dipraktekkan seluas luasnya. Paku Buwana menyadari pembagian wewenang.


Pangeran Mangkunegara Kartasura diberi tugas khusus untuk belajar di Srilangka. Paku Buwana II meminta sang kakak untuk belajar budidaya tekstil dan sutera. Juga datang ke Tanjung Harapan Afrika, agar belajar flora fauna. Pengalaman studi banding ini diterapkan oleh Mangkenagara di daerah Ngawen, Karanganyar, Wonogiri dan Pacitan.


Embrio pemekaran wilayah yang bersifat otonom ini merupakan hasil studi Paku Buwana II saat belajar di negeri Swedia. Gagasan bagi wewenang ini terwujud pada masa pemerintahan Paku Buwana III yang berkuasa tahun 1749 - 1788. Yaitu adanya Perjanjian Giyanti tanggal 13 Pebruari 1755 dan Perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757.


Negeri Perancis dan Swedia telah memberi bekal pada Paku Buwana II. Birokrasi sebagai piranti pelayanan umum ditata dengan efektif efisien. Pola kepemimpinan kolektif kolegial berjalan sesuai dengan etika birokrasi modern. Malah ajaran trias politika mulai diterapkan. Pemisahan eksekutif, legislatif dan yudikatif guna melakukan kontrol jalannya pemerintahan.


Eropa gudang ilmu pengetahuan. Paku Buwana II adalah pelopor modernitas. Raja penerus di Surakarta Hadiningrat meniru pola kepemimpinan yang utama. Jadilah komunitas pelopor kemajuan dunia.


Industri gamelan di Bekonang Surakarta merupakan kelanjutan metalurgi Empu Supa dari Kadipaten Tuban. Pada masa Paku Buwana II memerintah, industri gamelan bertambah maju. Karena mendapat pengetahuan serta ilmu logam dari Jerman. Kerajinan orang Surakarta yang terbuat dari logam merupakan jasa Paku Buwana II ketika belajar di Jerman.


Adapun menejemen pelayaran dan pelabuhan di Jawa, makin maju setelah Paku Buwana II belajar di Inggris. Kemajuan Pelabuhan Tanjung Perak, Tanjung Emas, Tanjung Kodok dan Tanjung Priok banyak dipengaruhi oleh ilmuwan Portugis dan Inggris.


B. Paku Buwana II Belajar Theologi Sosial di Timur Tengah.


Tamat dari belajar di Eropa, Paku Buwana II melanjutkan studi di Temur Tengah tahun 1725. Meliputi negeri Arab, Mesir, Persia dan Turki.


Kunjungan ke tanah puser bumi Arab didampingi oleh KRT Padmanagara dari Pekalongan, Pangeran Wujil, Tumenggung Honggowongso kotawinngun  dan Raden Warih  Kusumo Tuban. Rombongan ini pula yang menyertai Paku Buwana II belajar di Eropa. Kini berlanjut di Tanah Arab.


Sewaktu belajar tasawuf di kota Mekkah, Paku Buwana II mendapat pengetahuan syariat tarikat hakikat makrifat. Kelak setelah ibukota Kraton Mataram pindah ke Surakarta tahun 1745, mulai dikenal adanya ajaran kejawen. Yakni sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa dan sembah rasa. Gagasan teologis ini bentuk praktek ajaran Islam Kejawen.


Penerus Paku Buwana II menyusun serat Wiwaha Jarwa Yaitu karya Sinuwun Paku Buwana III . Merupakan bentuk penerapan wulang wuruk Jawa yang bersifat akulturatif. Dalam serat Wulangreh karya Paku Buwana IV lebih terinci sebagai sumber etika. Sedangkan serat Centhini karya Paku Buwana V ditulis megah sebagai ensiklopedi kebudayaan.


Penghayatan atas ajaran agama sangat dalam. Paku Buwana II meyakini agama ageming aji. Sebagai mana ditulis Sri Mangkunegara IV tahun 1853.


Paku Buwana II membuat kebijakan yang tepat. Kampung Pasar Kliwon merupakan sentra hunian warga keturunan Arab. Mereka warga terhormat yang sukses dalam karier birokrasi dan ekonomi. Jasa Paku Buwana ini patut dikenang. Hasil renungan di tanah Suci Mekkah.




Tahun 1725 itu pula Paku Buwana II sempat belajar di kota Taheran Iran. Negeri Persia ini dipimpin oleh Wangsa Safawi sejak tahun 1501-1796.


Negeri Persia memimpin peradaban dunia. Paku Buwana II atas undangan Syah Abbas I menyaksikan jalannya modernisasi bangsa Persia. Restorasi tahun 1729 berjalan gemilang. Firqah agama menjadi landasan kehidupan. Syah Abbas I raja besar berwibawa yang mewujudkan Kekaisaran Bubuk Mesiu Islam.


Wangsa Safawi pelopor modernitas Persia. Bisa memimpin wilayah yang sangat luas. Meliputi Azerbarjan, Armenia, Georgia, Kaukasus Utara, Afganistan, Suriah, Urbekistan. Prestasi gemilang ini terjadi tahun 1725, bersamaan dengan kunjungan Paku Buwana II. Kenangan yang amat dalam.


Dari Persia Paku Buwana II lantas belajar di Universitas Teknik Istanbul. Selama belajar di Negeri Turki Ustmaniyah, Paku Buwana II tinggal di rumah Wazir Agung Damal Ibrahim. Di sini belajar ilmu percetakan. Yaitu percetakan Muteferrika.


Atas anjuran Sinuwun Amangkurat Jawi, Paku Buwana II sowan Sultan Ahmad III. Dua raja ini sudah menjalin diplomasi kenegaraan.


Paku Buwana II lantas belajar metode artileri Barat di Universitas Teknik Istanbul. Pengetahuan ini berguna untuk menata ibukota Kraton Mataram di Surakarta. Turki Utama pada waktu itu menguasai 32 Propinsi. Proses belajar di Turki jadi inspirasi untuk menata berbagai Kabupaten di Jawa.


Sahabat Amangkurat Jawi yaitu Kaisar Charles XII dan Sultan Ahmed II. Keduanya punya program kampanye sungai putih. Ide cemerlang buat Paku Buwana II untuk mengelola bengawan Solo.


Ilmu lain yang dipetik dari Turki Ustmaniyah adalah Perjanjian Passarowitz. Berisi tentang regulasi wilayah barat Serbia dan Walachia kecil Oltenia Austria. Perjanjian ini dilakukan dengan Kesultanan Turki Ustmaniyah.




Ilmu pengetahuan dari negeri Arab, Persia, Turki sangat beragam. Selama 1 tahun berada di Timur Tengah, Paku Buwana II bertambah bobot intelektual. Tahun 1726 Raden Mas Prabasuyasa dinobatkan sebagai raja Mataram. Bergelar Paku Buwana II. Raja Mataram yang beribukota di Kartasura. Memimpin kerajaan Mataram berbekal ilmu.


Lengkap lagi setelah Paku Buwana melakukan hubungan diplomasi dengan Kerajaan Mughal India. Sultan Ahmad Syah Bahadur berkuasa tahun 1725-1754. Penguasa Kasultanan Mughal meeariskan bangunan Taj Mahal. Bangunan indah ini memberi pengaruh pada Paku Buwana II dalam memimpin Kraton Surakarta Hadiningrat.


Diplomasi yang dilakukan Paku Buwana II membawa kemakmuran dan kejayaan di Nusantara. Agung anggun dan unggul dalam menganyam peradaban terwujud. Negeri Surakarta tampil arum kuncara. Berkat diplomasi kenegaraan yang logis etis dan estetis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Leluhur Prabowo Subianto

SUGENG RIYADI IDUL FITRI.

Macapat Mahargya Dr Sudarmaji M.Pd.