SEJARAH BUDAYA CIREBON.
SEJARAH BUDAYA CIREBON.
Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian NusantaraLOKANTARA. HP 087864404347
A. Kajian Budaya Cirebon.
Cirebon sebagai pusat peradaban besar mewariskan nilai luhur. Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA wilayah Propinsi Jawa Tengah mengkaji budaya Kacirebonan. Dengan harapan terbentuk pemahaman nilai kearifan lokal yang cemerlang.
Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA wilayah Propinsi Jawa Tengah dipimpin oleh KRT Bambang Hadipuro. Kegiatan KRT Bambang Hadipuro dalam bidang budaya beragam warna. Termasuk turut serta dengan Kasultanan Kacirebonan. Terjalin kontak budaya yang akrab dan menguntungkan.
Bersama ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA cabang Kabupaten Jepara, Susanti Purwaningrum SE. Kegiatan budaya ini selalu memberi pencerahan. Ikut aktif pula dua Srikandhi Jepara, Aquin Nansnia Setiawan Putri dan Rania Elka Aundira Setiawan Putri. Keduanya siap menjadi generasi yang tangguh.
Program LOKANTARA di Jepara selalu punya jadwal tiap hari Sabtu Kliwon. Misalnya acara wilujengan tanggal 16 Nopember 2019. Berpusat di Joglo Hadipuran Sukodono Tahunan Jepara, acara budaya berlangsung dengan Karaton Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Kacirebonan. Rum kuncaraning bangsa, dumunung ing luhuring budaya.
Raja Kraton Kacirebonan, Pangeran Abdul Gani Natadiningrat amat mendukung program budaya yang dilakukan oleh KRT Bambang Hadipuro. Hubungan dengan Kasultanan Kacirebonan boleh dibilang dekat akrab. Tiap punya hajad dalem, KRT Bambang Hadipuro berusaha untuk sowan.
Terlebih dahulu dipahami perjalanan sejarah Cirebon. Kata Cirebon merupakan singkatan dari suci, reja, keprabon. Suci bermakna bersih, terang benderang, cerah ceria, jelas, bagus, baik, bajik, bijak, layak, pantas, patut. Reja bermakna ramai, makmur, sejahtera, terawat, lancar, gancar, mengalir, berjalan, senang, bahagia, gembira. Keprabon bermakna tempat kegiatan raja sebagai pengayoman untuk kehidupan.
Pendiri wilayah Cirebon bernama Ki Gedeng Tapa. Beliau menjadi cikal bakal cerita Purwaka Caruban Nagari sejak tanggal 12 Safar 887 H atau 2 April 1482 M. Putrinya bernama Prabamanik menikah dengan Raden Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi, raja Pajajaran. Pernikahan Dewi Prabamanik dengan Raden Walangsungsang berlangsung sangat meriah. Pesta besar diselenggarakan oleh Ki Gedeng Tapa. Masyarakat Cirebon turut berbahagia.
Ketua kerabat istana Pajajaran adalah Prabu Surawisesa. Dengan bermusyawarah dengan Nyai Rara Santang dan Raden Kian Santang, terjadi persetujuan penting. Raden Walangsungsang dimohon untuk memimpin kawasan Cirebon. Masyarakat lama sekali merindukan figur hebat seperti Walangsungsang.
Putra putri Pajajaran ini menobatkan Raden Walangsungsang sebagai raja Cirebon dengan gelar Pangeran Cakra Buana. Pusat pemerintahannya yakni menempati Istana Dalem Agung Pakungwati
Pangeran Cakra Buana beribadah haji pada tahun 1485. Beliau lantas mendapat gelar Haji Abdullah Isnan. Bersamaan dengan itu istrinya yang bernama Prabamanik sedang mengandung. Putri Prabamanik bergelar Ratu Syarifatul Andayah. Anak yang lahir itu lalu bernama Syarif Hidayatullah. Anak hebat ini kelak bergelar Sunan Gunung Jati.
Hubungan Cirebon dengan Kerajaan Demak sangat erat. Pangeran Hidayatullah menikah dengan Ratu Emas, putri Sultan Trenggana raja Demak. Selama Cirebon dipimpin Pangeran Syarif Hidayatullah, masyarakat hidup makmur ayem tentrem. Cirebon menjadi pusat budaya agung. Puncak puncak budaya Jawa berkembang dengan berbaur bersama kebudayaan Sunda. Cirebon dipimpin oleh Pangeran Syarif Hidayatullah sejak tahun 1524.
Kasultanan Cirebon semakin jaya dan termasyur. Panembahan Ratu memimpin sejak tahun 1548. Negeri Cirebon mengembangkan kesusastraan, kesenian, kebudayaan yang bersumber dari nilai Sunda dan Jawa. panembahan Ratu berhubungan erat dengan Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, raja Pajang. Sultan Cirebon ini kerap mengundang Sunan Kalijaga untuk memberi wejangan tentang syariat tarikat hakikat makrifat. Ajaran ini dikembangkan menjadi sembah raga cipta jiwa rasa.
Pangeran Karim yang bergelar Panembahan Girilaya menjadi Sultan Cirebon tahun 1639. Sultan Cirebon ini bersamaan dengan Sultan Agung. Selanjutnya Cirebon pada tahun 1666 dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta dengan gelar Panembahan Tohpati. Perjalanan dinasti Cirebon mengalami perkembangan.
Pada tahun 1677 Cirebon dikelola dengan cara baru. Pangeran Marbawijaya menjadi Sultan Sepuh dengan gelar Sultan Raja Syamsuddin. Sejak itulah muncul istilah Kraton Kasepuhan Cirebon. Kegiatan ini mendapat sokongan penuh dari Kerajaan Mataram.
Begitulah sejarah telah dipelajari oleh para tokoh budaya. KRT Bambang Hadipuro belajar sejarah untuk mendapatkan nilai kearifan. Dengan membaca dan berdiskusi bersama raja Kraton Kacirebonan, Pangeran Abdul Gani Natadiningrat.
Adapun Pangeran Kertawijaya dinobatkan menjadi Sultan Anom dengan gelar Sultan Muhammad Badriddin. Pembagian kerajaan Cirebon menjadi dua ini terjadi pada tahun 1677. Kraton Kasepuhan beristana di Kratong Pakungwati, sedangkan kraton Kanoman menempati kediaman Pangeran Cakra Buana.
Kasultanan Kacirebonan dipimpin oleh Pangeran Wangsakuta dengan gelar Pangeran Abdul Kamil Muhammad Wasaruddin sejak tahun 1679. Karaton Kacirebonan mengembangkan budaya adi luhung. Sedangkan Karaton Gebang Cirebon didirikan oleh Pangeran Wira Sutawijaya pada tahun 1679. Istana ini dibangun dengan bentuk yang sangat indah.
Sejarah Cirebon yang amat agung dan anggung tersebut merupakan kelanjutan dari kejayaan Kerajaan Pajajaran. Keberadaan Cirebon sangat penting dalam lintasan sejarah Nusantara.
Nenek moyang sudah bekerja keras untuk mengembangkan kebudayaan. Generasi sekarang tinggal mempelajari, mengembangkan dan melestarikan.
B. Pengembangan Budaya Cirebon.
Pemimpin Cirebon sepanjang sejarah selalu mengutamakan kerja sama dengan berbagai lembaga.
Para Bupati Cirebon kerja sama dengan Kasultanan Kacirebonan yang dipimpin Pangeran Abdul Gani Natadiningrat. Kegiatan itu dalam bidang budaya.
Dengan prinsip saling menghormati, kerja sama itu menghasut program yang bermanfaat. Sebuah contoh keutamaan yang amat diperhatikan oleh KRT Bambang Hadipuro di mana saja berada.
Berikut para pemimpin yang pernah menganyam peradaban Cirebon. Agar generasi muda memperoleh hikmat kebijaksanaan.
1. Kanjeng Raden Adipati Sinuk Muchamad 1800 – 1808
2. Kanjeng Raden Ngabei Suradiningrat 1808 – 1828
3. Kanjeng Raden Adipati Baudenda Suradiningrat 1828 – 1847
4. Kanjeng Raden Adipati Suryadirja 1847 – 1877
5. Raden Adipati Suraadiningrat 1877 -1902
6. Kanjeng Raden Adipati Salmon Salam Suryadiningrat 1902 – 1918
7. Raden Mas Panji Aryiodinoto 1920 – 1927
8. Kanjeng Raden Tumenggung Suriadi 1928 – 1942
9. Muhammad Sewaka 1942 – 1943
10. Muhammad Oemar Said 1943 – 1945
11. Mr. Raden Ma’mun Sumadipraja 1945 – 1947
12. Raden Sidik Baratadirdja 1947 – 1950
13. Raden Mochamad Michrad 1950 – 1951
14. Muhammad Radi Martadinata 1951 – 1954
15. Raden Moestofa Soerjadi 1954 – 1956
16. Raden Djoko Sa’id Prawiro Widjojo 1956 – 1957
17. Raden Sulaeman Tanudiradja 1957 – 1958
18. Raden Kamar Suriawidjaya 1958 – 1960
19. Raden Harum Zainal Abidin 1960 – 1965
20. Raden Soemitro 1965 – 1966
21. Kol. Inf. H. R. Anwar Soetisna 1966 – 1973
22. Kol. Inf. Hasan Soegandhi 1973 – 1978
23. Drs. H. Mr. Gunawan Bratasasmita 1978 – 1983
24. Kol. Caj. H. Memed Tohir 1983 – 1988
25. Kol. Art. H. Suwendho 1988 – 1993
26. Kol. Kav. H. Rachmat Djoehana 1993 – 1998
27. H. Sutisna S.H 1998 – 2003
28. Drs. H. Dedi Supardi M.M. 2003 – 2013
29. Drs. H. Dudung Mulyana M.Si 2013 – 2014
30. Dr. H. Sunjaya Purwadi Sastra M.M., M.Si. 2014 – 2018
31. Dr. Ir. H. Dicky Saromi, M.Sc. 2018 – 2019
32. Drs. H. Imron Rosyadi, M.Ag 2019 - 2024.
Tata pemerintahan Kacirebonan sudah berjalan lama. Kedudukan pemangku adat mendapat posisi penting. Dalam rangka memberi sumbangan buat berkembangnya kebudayaan nasional.
Hubungan antara lembaga perlu keselarasan. Maka diusahakan dengan sikap saling menghormati. Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota dan Kasultanan Kacirebonan sudah biasa kerja sama dalam berbagai bidang.
Kekayaan budaya masa silam memang berlimpah ruah. Tinggal melakukan apresiasi dan dokumentasi. Buat bahan pengembangan edukasi pada lapisan generasi. Dalam hal ini ilmu pengetahuan dapat berperan.
C. Pengokoh Jatidiri Bangsa
Kajian budaya Kacirebonan sebagai sarana pengokoh jatidiri bangsa. Generasi muda perlu tahu. Aquin Nansnia Setiawan Putri dan Rania Elka Aundira Setiawan Putri adalah generasi penerus. Maka KRT Bambang Hadipuro berusaha memberi bekal peradaban.
Kearifan lokal yang bersumber dari Kraton di Nusantara merupakan warisan luhur nenek moyang.
Kehidupan berbangsa dan bernegara semakin kokoh jatidirinya, manakala sejarah peradaban dijadikan sebagai pedoman. Nilai keagungan itu hendaknya disadari oleh segenap generasi muda.
Kraton Kacirebonan telah memberi kontribusi positif bagi pengembangan kebudayaan nasional. Aneka ragam upacara, busana, musik, pusaka, bangunan, kesusasteraan dan adat istiadat yang dimiliki Kraton sungguh mengandung nilai filosofis yang tinggi.
Kajian yang mendalam atas budaya Kraton bisa dilakukan dalam berbagai perspektif. Dengan demikian akan diperoleh pemahaman yang sistematis, integral dan komprehensif. Jangkep genep genah.
Perspektif historis terhadap budaya Kraton terkait dengan aspek kesejarahan. Jasmerah atau jangan sekali kali meninggalkan sejarah merupakan bentuk karakter kebijaksanaan.
Bersama dengan Kraton di sluruh nusantara, kajian historis akan mempertebal rasa kebangsaan. Butir butir kearifan lokal yang bersumber dari Kraton menambah wawasan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam perspektif etis filosofis, budaya Kraton sungguh menawarkan kesejukan, kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebersamaan dan kerukunan. Teks teks sastra memantulkan tontonan, tuntunan dan tatanan.
Kedalaman rohani salaras dengan kebutuhan jasmani. Itulah jalan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Pembinaan mental spiritual generasi muda memerlukan keseimbangan dalam interaksi sosial.
Budi pekerti luhur dan akhlakul karimah menjadi syarat mutlak untuk menjadi bangsa yang besar dan bermartabat.
Pada segenap generasi muda KRT Bambang Hadipuro punya harapan besar. Kemajuan ilmu dan teknologi memang menggembirakan.
Nilai Luhur kita kembangkan. Fasilitas yang disajikan oleh dunia modern terus terang amat mengagumkan. Perubahan cepat sekali terjadi. Informasi sangat deras berlalu lalang.
Pelajaran Antropologi budaya dihayati oleh KRT Bambang Hadipuro. Di sinilah arti penting posisi Kraton untuk menjawab tantangan dunia global. Budaya Kraton mampu memberi keseimbangan antara jagat global dengan jagat lokal.
Jagad gumelar dan jagad gumulung saling berhubungan. Globalisasi dan tradisi berjalan secara selaras serasi dan seimbang. Keselamatan, kesejahteraan dan keberuntungan masa depan diwujudkan oleh sekalian warga bangsa di mana saja berada.
Wilayah kepulauan nusantara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke mempunyai kekayaan budaya yang berlimpah ruah.
Pendekatan kultural sudah selayaknya digunakan untuk mengatasi problem kebangsaan. Kita yakin bahwa pendekatan budaya lebih mudah dimengerti oleh segala lapisan masyarakat.
Harapan mulia perlu dilaksanakan dengan sebaik baiknya. Bersama dengan budaya Kraton kita berharap Indonesia semakin makmur dan jaya.
Raja Kraton Kacirebonan, Pangeran Abdul Gani Natadiningrat pemimpin yang terbuka. Mudah kerja sama dengan berbagai kelompok. Termasuk dengan KRT Bambang Hadipuro yang saling berkunjung. Dari Jepara tokoh sejarah masa lampau dapat digunakan sebagai kaca benggala.
Tokoh sosial budaya aktif berkiprah. Perhatian KRT Bambang Hadipuro pada Kasultanan Kacirebonan besar sekali. Terjalin hubungan yang akrab dan saling menguntungkan. Demi melestarikan adat istiadat luhur yang dapat memperkokoh jatidiri bangsa.
Kasultanan Kacirebonan berjuang terus untuk mengembangkan seni budaya. Butir butir kearifan lokal dianyam secara anggun dan agung. Pelestarian kebudayaan nasional tetap lestari.
Komentar
Posting Komentar