SEJARAH KABUPATEN JEPARA

 SEJARAH KABUPATEN JEPARA. 




Oleh: Dr Purwadi, M.Hum. 
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA,
 hp 087864404347


A. Pendekar Putri Jepara


Kabupaten Jepara memiliki teladan utama dalam bidang kepemimpinan kekuasaan dan pemerintahan. Salah seorang raja yang memerintah Kerajaan Kalingga dengan adil adalah seorang wanita yaitu Dewi Sima. 




Dalam lintasan sejarah Ratu Sima merupakan raja kraton Kalingga yang selalu menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan. Ratu Sima memang hambeg adil paramarta.


Saat memerintah kerajaan Kalingga Ratu Sima dapat berlaku adil kepada siapa saja, tanpa pandang bulu. Kerajaan Kalingga terletak di daerah Keling Jepara. Secara geografis daerah ini termasuk kawasan pesisir. Keling adalah keluarga sing eling.


Raja Kalingga menjadi teladan bagi sekalian perjuangan gerakan kaum wanita. Peranan wanita sangat penting kedudukannya dalam masyarakat. Sejarah telah membuktikan arti penting kedudukan wanita baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara.


Putri sejati nan mulia. Di bawah ini disebutkan tokoh tokoh wanita yang mendukung adanya eksistensi dan legitimasi kekuasaan. Di dalam negara wanita mempunyai kedudukan sederajat dengan pria. Wanita wani ditata. Tapa tapak telapak. Pada hakekatnya kaum wanita mempunyai hak yang sama dengan kaum pria dalam ikut serta melaksanakan tugas tugas negara.


Oleh karena dalam masa pemerintahan negara mengalami kemakmuran dan kebesaran atau dengan kata lain mengalami jaman keemasan. Pencuri dan penjahat dihukum mati atau dihukum berat. Oleh karena itu masyarakat merasa tenteram tidak ada gangguan suatu apapun.


Tokoh lain yang meniru perjuangan ratu Sima adalah Roro Jonggrang. Di dalam pemerintahan raja Baka di Mataram Kuna ada peristiwa yang kemudian lalu bernama ceritera Roro Jonggrang. Ia adalah puteri raja yang dipinang oleh seorang satria yaitu Bandung Bandawasa. Meskipun raja mempunyai kekuasaan yang sangat besar namun Roro Jonggrang tidak dipaksa menerima lamaran tersebut, akan tetapi diberi kebebasan untuk menjawab dan menentukan sikap sendiri.




Kebijakan Ratu Sima jadi inspirasi. Setelah raja Erlangga mengundurkan diri sebagai raja, sebenarnya yang berhak menggantikannya sebagai raja adalah Dewi Kilisuci. Akan tetapi ia tidak bersedia menjadi raja dan lebih suka menjadi pertapa di gunung Penanggungan. Ia dapat menentukan sikap dan menjalankan perbuatan sesuai dengan kehendak hati nuraninya sendiri. Ini berarti bahwa ia juga memberi kesempatan kepada kedua saudaranya untuk menggantikan ayahnya sebagai raja Daha dan Jenggala.


Ada samubarang gawe yang perlu perhatian. Meskipun Calon Arang melakukan perbuatan melawan negara, namun ia saya kemukakan sebagai contoh karena dengan segala ketekunannya ia menjadi orang yang sakti. Hal ini menunjukkan bahwa pada waktu itu wanita juga mendapat kesempatan mengembangkan kepandaiannya sesuai dengan kemampuannya.


Kecakapan dan kepandaian bukan menjadi monopoli kaum pria saja.Ratu Sima tetap jadi suri tauladan. Sejarah Jenggala dan Daha penuh dibiasi dengan ceritera romantik antara Panji dengan Dewi Sekartaji. Dalam hal ini nampak sekali bahwa wanita dalam hal ini Dewi Sekartaji mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri demi kebahagiaannya.


Kehebatan Ratu Sima tetap berlanjut. Ceritera ceritera roman tersebut misalnya berbentuk ceritera Dewi Kleting Ku-ning dan ceritera tentang Cinde Laras. Dari ceritera ini nampak bahwa ketenteraman negara sebagian juga tergantung kepada ketenteraman keluarga raja.


Pada masa pemerintahan Majapahit tercatat adanya beberapa wanita yang menduduki jabatan tertinggi yaitu raja Tribuwana Tungga Dewi Jayawisnu wardhani sebagai raja puteri yang sangat terkenal karena memerintah dengan baik dan merintis kebesaran kerajaan Majapahit


Di samping itu ada lagi raja puteri yaitu Dewi Suhita yang semasa tampuk pemerintahannya diwarnai oleh terjadinya Perang saudara yaitu perang Paregreg. Setelah perang ini dapat diatasi oleh ayahnya yang bertahta kembali, akhirnya Dewi Suhita menjadi raja lagi untuk kedua kalinya mengganti ayahnya. Majapahit makin jaya makmur. 


B. Pendiri Kabupaten Jepara




Masyarakat Jepara memang sadar sejarah. Setelah Sultan Trenggana wafat, terjadi pelanggaran terhadap Sunan Kalinyamat dan Sunan Prawata. Pelanggaran hak ini dilakukan oleh Ariya Penangsang yang menjadi Adipati Jipang. Ia adalah putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Pangeran Sekar Seda Lepen adalah putera Sultan Demak dan kakak Sultan Trenggana.


Pangeran Sekar Seda Lepen wafat di sungai karena itu namanya terkenal dengan Pangeran Sekar Seda Lepen artinya yang meninggal di sungai. Karena ia wafat maka yang meng-gantikan menjadi raja ialah Sultan Trenggana. Karena itu sewafat Sultan Trenggana, Arya Penangsang merasa bahwa sebenarnya yang berhak menjadi raja adalah dia.


Untuk mencapai maksudnya itu karena merasa bahwa ayahnya dahulu redup oleh Sunan Prawata, maka ia lalu membalas tidak hanya Sunan Prawata tetapi juga Sunan Kalinyamat. Iapun mencoba kontra dengan Adipati Pengging akan tetapi tidak berhasil. Untuk membalas hak suaminya, maka Nyai Kalinyamat pergi bertapa tanpa berpakaian, sampai merasa mendapat petunjuk bahwa pelanggar tersebut akan mendapat balasan setimpal.


Dalam hal ini sedikit banyak ia ikut serta menentukan harah dan nasib kerajaan selanjutnya. Walaupun perbuatannya hanyalah suatu protes terhadap ketidakadilan dan perbuatan sewenang wenang terhadap suaminya. Akan tetapi hal ini mengundang simpati dan rasa kasihan masyarakat untuk membantu menghancurkan sumber kejahatan itu. Keadilan harus ditegakkan.


Pada waktu Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senapati menghadapi gerakan melawan Ki Ageng Mangir. Salah satu cara untuk mengalahkan musuh tersebut adalah menjadikan putera puterinya sendiri sebagai istri Ki Ageng Mangir. Diceriterakan bahwa Ki Ageng Mangir orang yang sakti dan mempunyai senjata tombak bernama Kyai Baruklinting.




Dengan kekuatan senjata Mataram tidak berhasil mengalahkan musuhnya. Karena itu lalu dicari jalan yang sebaik baiknya untuk mengalahkan Ki Ageng Mangir. Puteri raja Dewi Sekar Pembayun dijadikan pemain teledek bersama sama dengan rombongan penabuh gamelan yang telah diatur.


Ki Ageng Mangir berkenan menanggap dan setelah melihat kecantikan pemain puteri tersebut ia jatuh cinta. Kemudian teledek tersebut dijadikan istrinya. Sejarah sebagai kaca benggala. Setelah selang beberapa lama tahulah Ki Ageng Mangir bahwa istrinya adalah putera musuhnya yaitu raja Mataram. Nasi telah menjadi bubur. Ia bersama istrinya menghadap raja dengan maksud menunjukkan kesetiaannya kepada raja. Sesampainya di istana, ia menghadap dan menyembah raja.


Ratu Sima bisa dijadikan sebagai suri tauladan. Akan tetapi, masih ada juga kerajaan kerajaan yang meneruskan corak kehinduan Majapahit misalnya, Pajajaran yang akhirnya lenyap setelah ditundukkan oleh Sultan Yusuf dari Banten di tahun 1579. Sejarah Balambangan yang di tahun 1639 baru bisa ditundukkan oleh Sultan Agung dari Mataram.


Untuk masyarakat di Pegunungan Tengger yang sampai saat ini masih mempertahankan corak Hindunya dengan memuja Brahma. Masyarakat Bali  masih tetap dapat terus mempertahankan kebudayaan lama. 


Penerus Majapahit yang tetap di Majapahit, selain Purbawisesa yang berkeraton di Kahuripan adalah Kertabumi atau Brawijaya, yang memerintah di tahun 1453-1478. Lantas diketahui mengenai perjalanan kerajaan nya yang makin moncer.


Jaman berjalan owah gingsir. Namun ia mempunyai salah satu putra yang bernama raden Patah atau Jin Bun, yang diberi kedudukan sebagi Bupati Demak. Hanya saja yang menarik, ia mengundurkan diri dan pindah ke gunung Lawu, lalu masuk agama Islam. Pada tahun 1437 terjadi peristiwa unik Bre Daha diangkat menjadi ratu Majapahit.


Keadaan ini menunjukkan adanya ketegangan yang memuncak. Untuk sementara Dewi Suhita tidak berdaya mengatasi kekacauan tersebut. Tokoh wanita yang menjadi inspirasi adalah Ratu Mas Balitar. Kanjeng Ratu Mas Balitar adalah garwa dalem sinuwun Paku Buwana I. Gelar Ratu Balitar lainnya adalah Kanjeng Ratu Ibu atau Sang Aprabu Nini.


Pelaku sejarah Jepara hebat sekali. Berhubung nyata kepribadiannya yang luhur dan agung, Ratu Balitar dihormati sebagai Putri amardika jimate wong nusa Jawa. Sikap Ratu Balitar yang bijak bestari ini mampu meredakan krisis politik yang selalu bergolak pada masa awal kerajaan Kartasura dan Surakarta. Hal ini bukan suatu kebetulan, karena beliau adalah seorang tokoh putri yang gemar akan ilmu pengetahuan.


Ratu Balitar terlibat dalam pembuatan karya sastra yang berjudul Serat Iskandar, Serat Menak, dan Serat Yusuf. Serat Iskandar masih berkaitan dengan Hikayat Iskandar Zulkarnain berbahasa Melayu. Serat Menak dan Serat Jusuf ini dibuat oleh Ratu Balitar di samping untuk syiar Islam juga demi kemajuan pendidikan masyarakat saat itu yang selalu menghadapi pergolakan politik.


Bagi kebanyakan para putri sekarang, kiranya patut apabila mau meniru kebijaksanaan dan kepandaian Kanjeng Ratu Mas Balitar dalam menyikapi perubahan dan pergolakan di pentas kenegaraan. Keberadaan Ratu Sima menjadi inspirasi bagi Raden Ajeng Kartini dalam memajukan emansipasi wanita. Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879.


Untuk mengetahui kehidupan Raden Ajeng Kartini, bisa ditelusuri lewat museum Kartini. Museum RA Kartini berada dilingkungan rumah dinas Bupati Rembang di Jl. Gatot Subroto 8 Rembang, merupakan bangunan asli yang dulu dihuni RA Kartini beserta suaminya Djojodiningrat, Bupati Rembang (1889-1912). Sampai sekarang bangunan tersebut masih dipergunakan sebagai rumah dinas Bupati Rembang.


Museum RA Kartini menempati salah satu kamar yang dulu di tempati RA Kartini untuk melakukan aktivitas, menulis buah pikiran dan ide ide beliau, juga sebagai tempat beliau melahirkan putera satu satunya yang bernama RM Susalit, dan sebagai kamar pribadi sampai beliau wafat.


Musium ini pengunjung dapat melihat beberapa perabot yang dulu dipergunakan RA Kartini. Misalnya seperti bak mandi, bothekan tempat jamu, kotak jahitan, meja makan, meja merawat bayi, lukisan karya RA Kartini berupa tiga ekor angsa. Naskah tulisan tangan, sepasang rono penyekat ruangan dari kayu berukir hadiah dari ayahandanya. Foto foto kenangan semasa hidupnya di sekitar museum, disebelah timur gapura komplek Rumah Dinas Bupati, masih berdiri dengan kokoh, bangunan kuno yang dahulu digunakan RA Kartini untuk mengajar anak anak bumi putera.


Beliau dimakamkan di desa Bulu, 17,5 Km dari kota Rembang ke arah selatan jurusan Blora. Di tempat ini pada tanggal 17 September 1904 dimakamkan pahlawan Pergerakan Wanita Indonesia. Areal makam tersebut merupakan makam keluarga Bupati Rembang RMAA Djojodiningrat dan putera RA Kartini, RM Soesalit. 




Pada bulan April tepatnya tanggal 21 April untuk memperingati hari kelahiran RA Kartini, puluhan ribu pengunjung berziarah ke makam tersebut. Pendekar kaum wanita sejati. Hubungan Jepara dan Rembang menjadi semakin erat.


C. Pahargyan ing Joglo Hadipuran. 


Nguri uri budaya Jawi murih basuki lestari. Lembaga Olah Kajian Nusantara utawa LOKANTARA ngadani gelar seni budaya. Mapan aneng Joglo Hadipuran Sukodono Tahunan Jepara. Pinuju dina Setu Kliwon 16 November 2019.


 Titi laksana adicara dipandhegani dening Bambang Setiawan kang kawentar sinebut KRT Bambang Hadipuro.

Wiwit sedina sakdurunge pahargyan lumaku, para warga desa Sukodono kepyek kerja bakti. Tuwa mudha kakung putri sengkut gumregut nyamektakake acara kang karantam.


 Panggung, tratag, rontek, umbul umbul dipasang kanthi rerenggan sing asri. Tandha yen warga Sukodono padha gembleng nyangkuyung pahargyan. Apa maneh kalebu acara sing langka. Kula semangate dadi makantar kantar. Dusun Sukodono Tahunan Jepara rumangsa bombong atine, amarga pikantuk kehormatan sing gedhe. Saiyek saeka praya njunjung drajading praja.

Serat ulem kang sumebar nganti sakjabane rangkah kabupaten Jepara.


 Kadang mitra rawuh saka Yogyakarta, Klaten, Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar, Salatiga, Banjarnegara, Jakarta, Semarang, Kudus. Kena diarani iki acara gedhen gedhenan. Rombongan Karaton Surakarta Hadiningrat. Ing pangajab budaya sanggup ngrembaka arum kuncara.


Abdi dalem putri disuhi dening Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Santi Purwaningrum. Ibu ibu lan remaja gumregah anggone cecawis unjukan lan dhaharan sing edi mirasa. Suguhan mbanyu mili, tanpa ana pedhote.


 Jumbuh karo kutha Jepara sing misuwur papan ukir ukiran, mila kabeh perangan gawe sarwa tumata. Joglo Hadipuran rinengga asri, winangun ukir ukiran. Pahargyan edi peni sanyata gawe cingak, sengsem, gumun, ngungune kang sami mirsani.




Tamu sinedhahan yaiku Bupati Jepara kang diwakili dening Dian Kristiandi mimbuhi regenging pahargyan. Kepala Dinas Pariwisata lan Budaya paring panyengkuyung. Dene para pejabat kang rawuh saka kecamatan Tahunan, Polsek, Koramil, Pejabat Muspika katon padha karenan ing penggalih. 


Seni budaya Jawa kang adi luhung pancen perlu lestari. Nganti tekan tlatah manca negara, seni budaya Jawa padha gandrung kayungyung, kanthi mengkono program wisata ing Jepara uga bisa tambah tumangkar.

Gelar seni wujud kerawitan, tembang, tari lan pedhalangan.


 Urutaning acara kairing gangsa. Gendhing gendhing pinilih kanthi pengrawit peng pengan. Waranggana uga swara kung. Penari dumadi mahasiswi pengalaman. Megah, indah lan mewahi. Yekti bebadan Lokantara sembada ing samubarang gawe. Siji mbaka siji urutan acara katliti. Tegese nyukupi ing sakabehane. Diangkah bisa kecandhak lan becik.


Joglo Hadipuran dijangkepi gapura regol sakembaran. Sairip karo wewangunan ing Pulo Bali. Yen dinulu saka cerak meh padha karo candi gagrag Jawa Timuran. 


Bahan dhasar bata rinumpaka, katumpuk tumpuk. Katonton saka pinggir dalan pancen ngresepake. Kiwa tengen patamanan. Kembang kembangan mimbuhi swasana sing asri. 


Mlebu palataran, ing kono bale rata kang tinata sarwa nengsemake. Sisih lor pojok gardhu joglo. Kena kanggo leyeh-leyeh nyuda sayah.

Pager sing ngupengi pekarangan mirip beteng kraton. Joglo kaperang dadi telung perangan. Perangan sepisan wujud bale, bisa kanggo papan rembugan.


 Katon kenthongan kang gumandhul. Cagak 8 saka kayu jati. Kori rinengga reca lan payung. Tanpa beda karo rerenggan ing Pulo Bali. Perangan tengah Joglo kanggo nyimpen pusaka. Tombak, keris, wedung, cundrik. Warisan kuno dipepetri supaya bisa mberkahi.

Dene perangan wingking dumadi kamar mirunggan.


 Tamu kang rawuh bisa sare. Upama ditandhing genah luwih gumebyar timbang wewangunan hotel bintang sanga. Tenan, lumrah wae. Jepara pusat ukir ukiran. Wiwit jaman Majapahit, Demak, Pajang, Mataram lan Surakarta tlatah Jepara wus kondhang kaloka. Isen isene pura kang magepokan karo rerenggan kayu, mesthi sing nandangi para tukang saka Jepara.


 Malah nganti dina iki tetep unggul, yen Jepara kuwi papane juru ukir sing mitayani. Kondhang nganti tekan manca negari.

Pendherek saking Gumelem Susukan Banjarnegara sampun dugi rikala Sabtu Kliwon, 16 November 2019 jam 6 enjing. Dipun pangarsani dening Mbah Mino, abdi dalem Karaton Surakarta ingkang ngesuhi Kabupaten Banjarnegara. 




Mawi tumpakan bus cacah sekawan, lajeng dhahar sarapan sesarengan. Gamelan ugi dipun tata ing panggung. Sedaya kemput nyambut damel.

Juru paes ugi sengkut ndandani mbak-mbak lan mas mas kang kapatah ngayahi wajib. Saperangan nata meja kursi, sound system, tenda, klasa, lan piranti upacara wisuda. Pak Hansip nindakake jejibahan. 


Nata parkir, arus lalulintas, lan keamanan. FPKM uga mbantu nglancarake gawe. Wondene seragam petugas nambahi perbawa tumrap pahargyan.

Angin sumilir, langit biru, cahya srengenge sumunar. Swasana pahargyan ing dina iki katon mubyar nyenengake.


 Kanca wira pradangga wiwit ngayahi kewajiban. Kabantu waranggana pengalaman. Sakwuse lingsir bedhug, swara kerawitan ngumandhang ing awang awang. Pengrawit mudha tua dadi siji. Mong kinemong. Tegese sing isih meguru marang sing tuwa. Sing tuwa gelem nyinau tumrap kang isih mudha.


 Pasinaon seni kerawitan bisa ditularke kanthi gampang lan premati. Ing kene pelestarian seni lumaku kanthi becik. Tegese pamulangan langsung ditularake marang wiranom.

Gendhing santi mulya, suba kastawa, eling eling, ladrang slamet menehi padhanging swasana.




 Nalika GKR Wandansari rawuh, gendhinge Raja Manggala. Gagah mrebawani. Rawuhe GKR Wandansari lan GKR Retno Dumilah sinarta abdi dalem lan bregada prajurit. Regeng, nggayeng lan seneng. Abdi dalem busana kejawen jangkep. Kakung ngagem beskap, jarik, blangkon, samir, sabuk timang, sabuk wala, radya laksana. Sing putri jarik, kebaya, sanggulan. Kabeh abdi dalem luwes, dhemes, kewes lan pantes. Sarwa edi peni.


 Tata cara srah tinampen diwiwiti. Cacah ana 54 jiwa kang nampa serat kekancingan saka Kraton Surakarta Hadiningrat.

Watara jam 16.00 sore paripurna acara. Diterusake ziarah marang pasareyan Kanjeng Ratu Kalinyamat. 


GKR Wandansari lan GKR Retno Dumilah didherekake abdi dalem nyekar. Minangka tahlil tahmid dipandhegani KH Saefudin Banjarnegara. Kukuse dupa kumelun. GKR Wandansari caos donga konjuk Kanjeng Ratu Kalinyamat. Sekaliyan karo garwane. Kanjeng Ratu Kalinyamat sumare ing Mantingan Tahunan Jepara. 


Kang garwa asma Kanjeng Pangeran Hadirin. Asal saka Samudra Pasai Aceh. Pangeran Hadirin saudagar sugih kang karem dana weweh.

Suka sukur ing joglo Hadipuran, kanthi nggelar pentas wayang purwa. Lakon Gathutkaca winisuda. Dalang cacah 6 jiwa sing enom lan bagas waras. 


Amrih penonton tetep sigrak, pewayangan kapurwakan jam 20.00 WIB. Dhalang muda sing prigel ing olah sabet nyata gawe sengsem kang mirsani. Gonta-ganti lakon satemah seneng bebarengan. Wektu adegan Limbuk, penonton sinugata tari gambyong Pare Anom. Banjur njoged bendrong. Sing njoged cacah 16 jiwa. Kalung sampur, nyeblakake slendhang, pacak gulu, trisik, ugel ugel, katon gumyak. Atine padha suka parisuka. Kepyakan seni budaya ing dusun Sukodono Tahunan Jepara mau sanyata dadi sarana murih kuncarane jati diri bangsa.


D. Keteladanan Para Pemimpin Jepara



1. Ratu Kalinyamat tahun 1536-1569, 

Bupati pertama Kadipaten Jepara adalah Retna Kencana atau Nimas Ratu Kalinyamat. Beliau menikah dengan Datuk Thoyib atau Datuk Pangeran Tengku Thoyib. Sultan Trenggana memberi gelar Tengku Thoyib dengan sebutan Pangeran Hadlirin.


2. Pangeran Timur (1569-1590)

Pangeran Timur adalah anak Sultan Trenggana, raja Demak. Adik Ratu Kalinyamat ini memimpin Kabupaten Jepara pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya Kerajaan Pajang.


3. Pangeran Radin (1590-1610)

Pangeran Radin adalah cucu Sultan Hadiwijaya. Masih cucu kemenakan Ratu Kalinyamat. Ayah Pangeran Radin adalah Raden Benowo. Pangeran Radin berdarah Pajang dan Demak.


4. KRT Wirosetyo (1610-1624)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati, raja Mataram.


5. KRT Potro Manggolo (1624-1646)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma.


6. KRT Wirodiko (1646-1678)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram oleh Sri Susuhunan Amangkurat Agung.


7. KRT Wongsodipo (1678-1704)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunn Amangkurat Amral.


8. KRT Wiroatmoko (1704-1712)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Amangkurat Mas, raja Mataram Kartasura.


9. KRT Martopuro (1712-1721)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunan Paku Buwono I.


10. KRT Sujonopuro (1721-1730)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunan Amangkurat Jawi.


11. KRT Citrosoma I (1730-1745)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunan Paku Buwono II.


12. KRT Citrosoma II (1745-1756)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta oleh Sinuwun Paku Buwono II.


13. KRT Citrosoma III (1756-1785)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta oleh Sinuwun Paku Buwono III.


14. KRT Citrosoma IV (1785-1809)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono IV.


15. KRT Citrosoma V (1809-1821)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono IV.


16. KRT Citrosoma VI (1821-1829)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono V.


17. KRT Cendhol (1829-1836)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono VI.


18. KRT Citrosoma VII (1836-1858)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono VII.


19. KRT Citro Wikromo (1858-1870)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono VIII.


20. KRMAA Sosroningrat (1870-1905)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono IX.


21. RMAA Koesoemo Oetoyo (1905-1927)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Sura-karta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono X.


22. RAAA Soekahar (1927-1942)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Sura-karta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono X.


23. RMAA Soemitro Oetoyo (1942-1949)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono XI.


24. H Sahlan Ridwan (1949-1961)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


25. R Sunarto (1961-1965)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


26. H Zubaidi Ali (1965-1967)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


27. Moehadi SH (1967-1973)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


28. Soewarno Djojo Mardowo SH (1973-1976)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


29. Soedikno SH (1976-1981)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


30. Hisom Prasetyo SH (1981-1991)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


31. Drs. Bambang Poerwadi (1991-1996)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


32. Drs. H Soenarto (1997-2002)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.


33. Drs. Hendro Martojo (2002-2012)

Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Megawati.


34. KH Ahmad Marsuqi (2012-2017). Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


35. Dian Kristiandi menjabat tahun 2018. Dengan semangat pengabdian, Bupati Dian Kristiandi membangun Kabupaten Jepara. Kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama. Beliau dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.




Alangkah baiknya, para pemimpin Jepara selalu membaca sejarah leluhur. Pendiri Kadipaten Jepara adalah Kanjeng Ratu Kalinyamat. Beliau adalah putri Sultan Trenggana raja Demak Bintara. Suaminya bernama Pangeran Hadlirin dari Samudra Pasai Aceh.


Nama lainnya yaitu Datuk Thoyib yang bermurah hati dalam perjuangan kebudayaan. Kabupaten Jepara semakin misuwur arum kuncara. Penduduknya rajin, cermat, makmur, sejahtera.


Pangkur. 


Nimas Ratu Kalinyamat. 

Tilar wisma amartapa neng wukir. 

Tapa wuda sinjang rambut. 

Ing Gunung Danaraja. 

Apratignya tan arsa tapihan ingsun. 

Yen tan antuk adiling Hyang. 

Patine sedulur mami


Bait tembang di atas melukiskan tekad Kanjeng Ratu Kalinyamat yang kehilangan suami, Pangeran Hadirin. Sebelumnya juga sudah meninggal kakak tercinta Sunan Prawoto. Pembunuhnya Arya Penangsang, Adipati Jipang Panolan. Krisis politik di Demak bisa diatasi oleh Sultan Hadiwijaya. Jasanya yang besar itulah sebagai legitimasi beliau berkuasa di Kraton Pajang.


Jepara kawasan penting dalam sejarah kerajaan Demak, Pajang dan Mataram. Peran masyarakat Jepara sepanjang jaman selalu membawa kejayaan kedamaian dan keluhuran.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Leluhur Prabowo Subianto

SUGENG RIYADI IDUL FITRI.

Macapat Mahargya Dr Sudarmaji M.Pd.