SEJARAH KABUPATEN CIAMIS

SEJARAH KABUPATEN CIAMIS





Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; 
Ketua LOKANTARA (Lembaga Olah Kajian Nusantara) 


A. Keagungan Wilayah Ciamis dalam Peradaban Historis

Masyarakat Ciamis mempunyai kebanggaan sejarah besar. Kerajaan Galuh yang besar, agung, kaya, makmur, berwibawa, termashur berada di Ciamis. Kata Galuh berasal dari garap suluh. Garap dapat diartikan sebagai pekerjaan, pengabdian, perjuangan, persembahan, pemberian. Suluh dapat diartikan sebagai penerangan, sinar, cahaya, lampu, dian, pelita, api, cerah, cemerlang, gemilang, harapan. Dengan demikian kerajaan Galuh merupakan negeri yang selalu berjuang dengan sungguh-sungguh, demi sekalian rakyat, agar hidupnya selalu makmur gemilang.

Kerajaan Galuh berdiri pada tanggal 12 Juli 1482. Rajanya bernama Kanjeng Sinuwun Prabu Niskala Wastu Kancana. Beliau seorang raja yang bijak bestari, berwibawa, berkharisma, berbudi luhur, berjiwa agung, berwawasan luas, berpandangan jauh ke depan. Rakyat yang tinggal di pedesaan, pegunungan, perkotaan, mengenal raja Galuh sebagai pengayom, pengayem yang ramah tamah, gagah gumregah, pemurah dermawan, hormat kasih, cerdas, cermat, teliti, tegas, tangkas, trampil dan pintar.

Pada tanggal 14 Juni 1485 Prabu Niskala Wastu Kancana mendapat kunjungan kenegaraan dari Raja Demak Bintara. Beliau bergelar Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Fatah Jimbun Sirullah I. Turut menyertai rombongan kerajaan Demak yaitu Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Murya, Sunan Drajad, Sunan Giri dan Sunan Bonang. Dewan Wali Sanga terwakili enam orang. Prabu Niskala Wastu Kancana didampingi segenap pembesar kerajaan Galuh, yakni Pangeran Himbanagara, Pangeran Linggawisesa, Pangeran Bunisora, Pangeran Watugaluh.

Hubungan diplomasi antara kerajaan Galuh dengan Kasultanan Demak Bintara berlangsung harmonis dan saling menguntungkan. Negari Galuh saat itu terkenal sebagai kerajaan yang subur makmur dalam bidang agrobis. Budidaya minyak kelapa berkualitas ekspor. Juga masyarakat Ciamis pandai membuat gula kelapa yang bermutu tinggi. Warga Galuh Ciamis pintas membuat hiasan janur. Pemuda pemudi Demak Bintara lantas dikirim belajar ke Ciamis.

Perjuangan Prabu Niskala Wastu Kancana diteruskan oleh Prabu Susuk Tunggal mulai tahun 1516. Beliau pernah berguru kepada Sunan Kalijaga di Kadilangu selama menuntut ilmu pengetahuan. Beliau bersahabat erat dengan Sunan Prawata, Jaka Tingkir, Ratu Kalinyamat, Pangeran Hadirin. Pembesar Demak Bintara ini menjadi tokoh penting dalam merintis kerja sama dengan warga wilayah Pasundan.

Penobatan Jaka Tingkir sebagai raja Pajang dihadiri oleh Prabu Susuk Tunggal. Upacara penobatan Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir pada tahun 1546. Rombongan kerajaan Galuh belajar tata cara jumenengan. Iringan musik gamelan tertata sangat rinci. Raja berjalan disertai dengan iringan gending Monggang. Tamu-tamu berdatangan diiringi gending Kebo Giro. Acara makan siang berada di gedung sasana handrawina, lantas ditutup dengan gending Udan Mas. Kirab agung disertai dengan iringan gending gamelan Carabalen. Pengalaman ini dikembangkan di kerajaan Galuh.

Kerajaan Galuh berhubungan dengan kerajaan Mataram tahun 1595. Pimpinan Galuh Ciamis bernama Prabu Tunggal Buana. Permaisuri Panembahan Senopati, Ratu Waskitha Jawi memberi sumbangan kepada kerajaan Galuh Ciamis berupa kayu jati. Pendapat istana Galuh bertambah megah. Bagian depan berbentuk joglo, dengan ragam joglo pengrawit, joglo jubungan, joglo witana, joglo cempurung, joglo kepuhan, joglo ceblokan, joglo tawanboni.

Adipati Panaekan memimpin Galuh Ciamis pada tahun 1618. Istrinya bernama Ratu Pandan Arum, adik Sultan Agung raja Mataram. Tiap tahun Adipati Panaekan dan Ratu Pandan Arum datang ke negeri Mataram. Beliau berdua mengajak siswa siswi Galuh untuk belajar kitab Sastra Gending. Karya Sultan Agung ini berguna untuk membentuk pendidikan karakter. Kebijakan Sultan Agung dalam bidang kalender juga diterapkan di Kerajaan Galuh. Kalender Sultan Agung merupakan bentuk akulturasi budaya yang menyelaraskan tahun Masehi dan Komariah.

Pengembangan dan pengelolaan wilayah Galuh Ciamis berlangsung lancar. Pada tahun 1620 Sultan Agung datang untuk menyalurkan pembukaan lomba baca tulis aksara Sunda. Peserta terdiri dari pemuda-pemuda yang gemar ilmu humaniora. Penyalinan kitab-kitab kuna berlangsung setahun lamanya. Pakar-pakar kesusteraan Mataram didatangkan untuk melakukan pelatihan penerjemahan kitab Klasik.

Kitab Nawaruci, Suluk Bonang, Serat Nitisruti, Darmasunya diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda. Adipati Panaekan memberi bantuan besar. Biaya diambil dari anggaran kerajaan Galuh. Peserta pelatihan yang lulus dengan predikat memuaskan diangkat menjadi guru kerajaan Galuh. Gaji guru dan tunjangan profesi tenaga pendidikan cukup layak. Penataran guru dilaksanakan dengan teratur. Karier keguruan dibuat sangat rapi dan berjenjang. Cukup mengagumkan.



B. Masyarakat Galuh Ciamis Menganyam Peradaban Hidup dengan Gemilang

Sesungguhnya kerajaan Galuh Ciamis merupakan kelanjutan dari Kerajaan Pajajaran. Penguasa kerajaan Galuh memang keturunan Prabu Siliwangi. Raja besar ini mewarisi nilai keteladanan, kejujuran, kebajikan, kepahlawanan, keagungan, keluhuran. Faktor inilah yang menyebabkan keturunan Prabu Siliwangi mendapat simpati dan empati dari sekalian rakyat.

Jiwa kepemimpinan Prabu Siliwangi mengalir pada diri Raden Panji Aria Jayanagara. Pada tahun 1652 sebagai pimpinan Ciamis beliau mengirim pemuda untuk belajar seluk beluk ilmu maritim di Tegal. Proyek pendidikan kelautan ini didukung penuh oleh Sinuwun Amangkurat Agung, raja Mataram yang memerintah tahun 1645 – 1677. Pelopor maritim Asia Tenggara ini sangat berpengaruh di wilayah Galuh Ciamis. Dari proses pembelajaran ini menjadi bekal warga Ciamis untuk mengelola pantai Pangandaran.

Kepemimpinan Adipati Angganaya menonjol dalam bidang arsitektur. Pada tahun 1684 pernah dijadikan konsultan oleh Sinuwun Amangkurat Amral saat membangun kota Surakarta. Pada masa kepemimpinan Adipati Angganaya ini taman kota Galuh Ciamis tampil asri. Beliau pernah melakukan studi banding ke Samudra Pasai. Di sana beliau belajar kitab Bustanassalatin, karya Nurudin Arraniri. Ilmu pengetahuan di Galuh Ciamis semakin maju berkembang.

Ahli sastra Islam dari Mataram Kartasura pernah diundang ke Galuh Ciamis pada tahun 1714. Beliau seorang putri yang hebat. Kebutuhan menjadi permaisuri Sinuwun Paku Buwana I. Namanya Kanjeng Ratu Mas Balitar. Kedatangan beliau ke Galuh Ciamis atas undangan Adipati Kusumadinata I. Ratu Mas Balitar mengajari pembacaan kitab Iskandar Zulkarnain, Serat Menak dan Serat Ambiya. Kitab ini kemudian disalin dalam aksara dan bahasa Sunda.

Pelatihan manajemen pelabuhan dilakukan pada tahun 1803. Galuh Ciamis dipimpin oleh Adipati Pangeran Natakusuma. Atas undangan Raden Sukaptinah, permaisuri Sinuwun Paku Buwana IV. Warga daerah Cidolog Banjaranyar, Banjarsari, Baregbeg, Cihaurbekti, Cijeungjing belajar manajemen di Pelabuhan Tanjung Priok. Warga daerah Cikoneng, Cimaragas, Cipaku, Cisaga belajar di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Warga dari daerah Jatinagara, Kawali, Lakbok, Lumbung, Pamarican belajar di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Warga dari daerah Panjalu, Panawangan, Panumbangan, Purwadadi, Rajadesa belajar di Pelabuhan Tanjung Kodok Lamongan. Warga dari daerah Rancah, Sukadana, Sukamantri, Tambaksari, Banjar, Sendangkasih belajar di Pelabuhan Lasem Rembang.

Pengiriman siswa besar-besaran terjadi pada tahun 1842. Adipati Kusumadiningrat mengirim pemuda ke perguruan Pengging. Mereka belajar tentang sejarah, filsafat, bahasa, sastra. Pujangga Raden Ranggawarsita memberi pelatihan kepada warga Galuh Ciamis. Penyalinan, penulisan, penyusunan, penerjemahan kitab-kitab klasik ke dalam bahasa Sunda. Proses budaya ini mendapat dukungan penuh dari raja Surakarta, Kanjeng Sinuwun Paku Buwana VII yang memerintah tahun 1830 – 1858.

Pada tahun 1894 mulai beroperasi stasiun kereta api di Ciamis. Adipati Pangeran Kusumabrata sangat berjasa dalam menyediakan lahanuntuk jalan kereta api. Peresmian rel kereta api dan stasiun Ciamis dihadiri oleh Sinuwun Paku Buwana X, raja kraton Surakarta Hadiningrat. Hubungan diplomasi Ciamis dengan daerah lain memang berjalan sangat harmonis.

Pemimpin harus memperhatikan kesejahteraan warganya. Pada tahun 1916 Bupati Ciamis Aria Sastrawinata mengirimkan pemuda untuk mengikuti pelatihan manajemen perkebunandi daerah Kembang Semarang. Dari pelatihan manajemen kebun kopi ini lantas dilakukan budidaya kopi di lingkungan gunung Sawal. Rakyat bisa hidup mandiri. Roda ekonomi berputar lancar. Lapangan kerja terbuka semakin luas.

Bupati Aria Sastrawinata kerap mengirim praktek kerja di pabrik gula Gondang Winangun Klaten. Para siswa dikirim dengan naik kereta api. Pemuda Ciamis diantar untuk magang kerja di pabrik Gula Rejoagung Madiun. Pada tahun 1921 pemuda Ciamis dikirim untuk magang kerja di pabrik gula Mrican Kediri. Semua itu dilakukan agar masyarakat Ciamis mendapat kemakmuran yang berlimpah ruah.

Irigasi menjadi perhatian Bupati Ciamis Aria Sunarya. Studi banding tentang manajemen pengairan dilakukan pada tahun 1936 di Cakra dan Kali Larangan. Sistem pengairan ini perlu diterapkan untuk mengatur sungai Citanduy. Pertanian, perkebunan dan peternakan memerlukan sistem irigasi yang teratur. Bupati Aria Sunarya menyadari arti penting ketahanan pangan. Petani harus dibantu dalam bidang pengairan. Tanaman yang subur demi mewujudkan masyarakat yang makmur.



C. Para Bupati Ciamis yang Melaksanakan Darma Bakti

1. Kanjeng Adipati Panaekan 1618 – 1625
2. Dipati Imbanagara 1625 – 1636
3. Panji Aria Jayanegara 1636 – 1678
4. Anggapraja 1678 – 1679
5. Angganaya 1679 – 1693
6. Sutadinata 1693 – 1706
7. Kusumadinata I 1706 – 1727
8. Kusumadinata II 1727 – 1732
9. Jayabaya Patih Imbanagara 1732 – 1751
10. Kusumadinata III Mas Garuda 1751 – 1801
11. Adipati Natadikusuma 1801 – 1806
12. Surapraja 1806 – 1811
13. R.T. Jayengpati Kartanagara 1811
14. Tumenggung Natanagara 1811 – 1814
15. Pangeran Sutajaya 1814 – 1815
16. R.T. Wiradikusumah 1815 – 1819
17. R.A. Adikoesoemah 1819 – 1939
18. Aria Koesoemadiningrat 1839 – 1886
19. Aria Kusumasubrata 1886 – 1914
20. R. T. Aria Sastrawinata 1914 – 1935
21. R. T. Aria Sunarya 1935 – 1944
22. R. Mas Ardiwiangun 1944 – 1946
23. R. Vater Dendakusumah 1946 – 1948
24. Gumelar Wiranagara 1948 – 1950
25. Prawiranata 1950 
26. Redi Martadinata 1950 – 1952
27. Abdul Rifa’i 1952
28. Mas Rais Sastradipura 1952 – 1954
29. Yusuf Suriadipura 1954 – 1958
30. Gahara Wijayasurya 1958 – 1960
31. Udia Kartapruwita 1960 – 1966
32. Kol. Abubakar 1966 – 1973
33. Kol. Hudli Bambang Aruman 1973 – 1978
34. Drs. Soeyoed 1978 – 1983
35. Kol. Taufik Hidayat 1983 – 1988
36. Kol. Dedem Ruchlia 1993 – 1998
37. Drs. Maman Suparman Rachman 1998 – 1999
38. Oma Sasmita, S.H 1999 – 2004
39. Kolonel H. Engkon Komara 2004 – 2014
40. Drs Iing Syam Arifin, M.M 2014 – 2019
41. Dr. Herdiat Sunarya 2019 – 2024

Keteladanan yang diwariskan kerajaan Pajajaran diteruskan oleh kerajaan Galuh. Para raja yang berjiwa agung ini menjadi inspirasi para pimpinan kabupaten Ciamis. Pemimpin dan rakyat kompak bersatu padu untuk mewujudkan masyarakat adil makmur.

Potensi alam Ciamis yang berupa perairan, sungai, gunung, sawah, kebun merupakan modal kekayaan yang perlu dikembangkan terus. Rakyat mengenyam pendidikan yang cukup dan merata. Hal ini merupakan modal yang bagus untuk mengembangkan potensi kabupaten Ciamis untuk menuju masyarakat yang ideal. Pembangunan segala bidang yang digalakkan pemerintah didukung penuh oleh segenap rakyat.

Masa depan kabupaten Ciamis tentu akan lebih cerah ceria. Prestasi gemilang masa kini perlu diteruskan. Dari Ciamis ini peradaban dibangun. Sumbang sih warga Ciamis sangat diharap. Ciamis sejahtera, maka Indonesia juga semakin jaya. Warga Ciamis telah berpengalaman dalam melintasi perjalanan sejarah besar.

Ditulis oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; 1 Agustus 2020
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, hp. 087864404347




Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUGENG RIYADI IDUL FITRI.

Asal Usul Leluhur Prabowo Subianto

Macapat Mahargya Dr Sudarmaji M.Pd.